Header Ads

test

Enam Dosa Pemusnah Amal Manusia


Kitab Nahjul Balaghah adalah sebuah karya spektakuler berisi wejangan komplit tentang kehidupan di berbagai bidang, mulai dari ranah individual hingga sosial.

Pada kesempatan ini, mari kita renungkan Khutbah ke-153 dari kitab tersebut.

Dalam khutbah ini, Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as memperingatkan kita untuk menanggalkan enam dosa yang dapat menguapkan dan mengikis segala kebaikan amal kita sekalipun kita berpikiran telah melakukan kewajiban seorang hamba dengan penuh ikhlas.

Apakah keenam dosa tersebut?

1. Syirik dalam ibadah.

2. Memadamkan amarah dengan cara mengambinghitamkan orang lain.

3. Mencela orang lain lantaran tindakan buruk yang dilakukan.

4. Menciptakan bid’ah dalam agama untuk melicinkan urusan.

5. Riya’.

6. Bertindak di tengah masyarakat dengan dua lidah.

Dalam kitab Ghurar al-Hikam, Imam Ali as juga menegaskan bahwa syirik adalah hama keimanan. Jika hama menghampiri sebuah tanaman, maka ia akan memusnahkan seluruh tanaman itu. Syirik juga demikian.

Rasulullah saw pernah menyatakan ketakutan terhadap syirik kecil (al-syirk al-ashghar). Ketika beliau ditanya apakah maksud syirik kecil ini? Beliau menjawab, riya’.

Banyak ketergelinciran di dunia ini dimulai dari satu titik: syirik. Barang siapa memiliki dua hati dalam dirinya, berarti ia telah memiliki sifat munafik. Yaitu syirik kecil seperti ditegaskan oleh Rasulullah di atas. Barang siapa tertimpa dua hati seperti ini, lima dosa yang lain itu pasti juga akan menghampirinya.

Orang semacam ini akan bertindak di tengah masyarakat dengan dua lidah: memuji di hadapan mereka dan mencela di belakang mereka. Untuk itu, ia akan mencerca orang lain lantaran perbuatan yang ia lakukan. Padahal ia sendiri diselimuti oleh cela yang sama. Sayangnya, ia tidak malah merenungkan cela sendiri, tetapi malah menjelek-jelekkan orang lain.

Pandangan al-Quran tentang syirik

Dalam surah Yusuf ayat 106, Allah berfirman, “Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah kecuali mereka adalah musyrik.”

Menurut Ayatullah Makarim Syirazi, mungkin saja seseorang berada di puncak iman yang tertinggi dan mungkin pula berada di titik syirik yang paling rendah. Tetapi, ada juga yang berada di antara kedua titik ini. Yakni, mungkin saja ia beriman, tetapi masih terkotori syirik. Karena iman adalah sebuah bentuk ketergantungan kepada Allah, dan ketergantungan ini bisa kuat dan juga bisa lemah. Mungkin saja seseorang mengaku beriman kepada Allah, tetapi ia masih bergetar ketika menghadapi musibah yang menimpa.

No comments