Menghina Imam Husain, Menghina Kesucian Islam
Ayatullah Sayyid Ahmad Alamul Huda adalah salah satu ulama kaliber dan imam Jumat kota Masyhad, Republik Islam Iran.
Dalam kajian tafsir yang digelar kemarin di Mahdiyah Masyhad, Ayatullah Alamul Huda mengupas surah al-Nashr. Berikut ringkasan kajian tafsir yang dihadiri oleh beragam lapisan masyarakat luas ini:
Idza ja’aka nashrullah wal fath.
Nashr berarti memberikan pertolongan. Di manapun Allah memberikan pertolongan, maka di situ pasti terwujud keberhasilan.
Sebagian orang dengan bersandarkan pada kata nashr ini hanya berupaya untuk mengandalkan Allah. Jelas sangatlah keliru apabila kita hanya menanti segala sesuatu dari Allah. Ketika kita sedang menghadapi sebuah kebatilan, ini berarti Allah berkehendak supaya kita bergerak supaya “gerakan Ilahi” mengalahkan “gerakan setani”. Sebenarnya Allah bisa saja melakukan segala sesuatu dengan pertolongan gaib. Jika Dia berkehandak demikian, maka sudah pasti Dia sudah melakukannya sebelum ini. Tetapi, apa peran kita dalam hal ini?
Banyak sahabat yang mengeluhkan keburukan hijab di tengah masyarakat dan usaha mereka sudah berkali-kali untuk membenahi problem ini. Tetapi mereka mengeluhkan mengapa masih ada hijab yang buruk.
Menyerahkan masalah kepada orang adalah sebuah tindakan yang tidak benar. Jika Anda merasa bertanggung jawab lantaran amarah, maka Anda sendiri yang harus bergerak, bukan malah menyerahkan masalah kepada sebuah lembaga pemerintah.
Ya. Kadang-kadang kondisi menjadi sedemikian rumit sehingga kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan pertolongan Allah, semua problem yang sedang kita hadapi terselesaikan dengan baik.
Kata kedua dalam ayat pertama ini adalah fath. Sebagian orang mengartikan kata ini dengan kemenangan. Padahal artinya bukan kemenangan. Kemenangan dalam Bahasa Arab adalah zhafar. Fath adalah menyingkirkan seluruh problem.
Rasulullah saw kala itu tidak menang atas orang-orang kafir. Tetapi beliau berhasil menyingkirkan setiap problem yang dihadapi masyarakat. Hal ini terjelma dalam misi beliau untuk membangun manusia. Beliau bisa membasmi seluruh kaum jahiliha. Tetapi beliau tidak diutus untuk membunuh manusia. Beliau datang untuk menciptakan hamba-hamba Allah.
Setiap ada Nashr, pasti di situ ada fath. Pertanyaan yang muncul adalah apakah Allah telah memberikan nashr kepada Imam Husain as dan Sayyidah Fatimah as?
Dalam kaidah filosofis ditegaskan, akibat tidak mungkin berpisah dari sebabnya. Jika fath adalah sebuah akibat dan nashr adalah sebab, maka setiap ada nashr pasti di situ ada fath.
Jika kita mengklaim bahwa Allah tidak membantu Imam Husain dan Sayyidah Fatimah as, maka kita telah mempertanyakan seluruh aktifitas mereka.
Imam Husain dan Sayyidah Fatimah as telah berhasil mewujudkan fath. Jika dahulu hanya ada 30 orang yang mendengungkan asyhadu anna aliyyan waliyullah, maka pada masa sekarang terdapat 300 juta orang mendengungkan syiar ini. Karbala juga telah berhasil mewujudkan fath. Coba Anda perhatikan, banyak terjadi kebangkitan di masa ini dengan mengambil ilham dari kebangkitan Asyura.
Sekalipun demikian, masih ada saja sebagian koran mencetak makalah yang menilai Imam Husain as hanyalah sebagai “pahlawan yang sudah luntur”. Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Imam Husain as adalah figur untuk seluruh dunia. Bisakah kita menemukan seorang uswah yang lebih berpengaruh di agama lain dan dunia daripada beliau?
Yang sangat disayangkan, badan pengawas Kementerian Budaya hanya bermain sebagai penonton. Apakah kita hanya bermain sebagai penonton hanya supaya kita disebut memiliki semangat demokrasi dan membebaskan aksi penghinaa terhadap Imam Husain as? Apakah penghinaan kepada beliau berbeda dengan penghinaan terhadap Rasulullah saw?
Post a Comment