Header Ads

test

Revolusi Islam, Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan



Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, kekuatan imperialis dunia dengan beragam konspirasi berusaha meruntuhkan pemerintahan Republik Islam Iran. Kekuatan arogan dunia dalam sebuah kesepahaman rahasia mendorong rezim Saddam Husain di Irak untuk menyerang Iran. Hal ini dilakukan oleh mereka untuk menghancurkan Revolusi Islam. Mereka memprediksikan bahwa dengan perang ini, Republik Islam yang baru berdiri dapat dihancurkan. Dengan demikian secara praktis kekuatan arogan dunia mulai melancarkan tindakan langsung memusuhi Republik Islam.

Konspirasi ini pada akhirnya gagal berkat pengorbanan dan perjuangan gagah berani militer serta kesabaran rakyat Iran. Sementara agresor diusir dari wilayah Iran dengan penuh kehinaan, namun perang yang dipaksakan selama delapan tahun dengan Irak, dengan segala kesulitannya merupakan sebuah pengalaman berharga, karena perang ini telah membuat bangsa Iran semakin solid dan kuat. Di sisi lain Amerika malah berada dalam posisi sulit. Oleh karena itu, seiring dengan berakhirnya perang yang dipaksakan ini, kebijakan Amerika terhadap Iran pun mengalami perubahan.

Amerika kemudian memilih untuk membangun berbagai pangkalan udara, darat dan laut serta memberi persenjataan canggih kepada negara tetangga Iran berusaha menyulitkan Tehran di sektor ancaman keamanan. Pasca peristiwa 11 September, Presiden Amerika saat itu, George W. Bush mencantumkan kebijakan preemtiv dalam agenda kerjanya  dan selama dua dekade lalu, ia telah menempatkan sejumlah besar pasukannya di kawasan Timur Tengah.

Proses ini menunjukkan bahwa kekuatan arogan dunia telah memberikan ancaman keamanan kepada Iran di sektor stabilitas dan pertahanan. Mengingat adanya ancaman ini, salah satu indeks penting dalam doktrin pertahanan Republik Islam adalah meningkatkan kemampuan pertahanan baik di bidang perangkat lunak maupun keras. Dalam hal ini, Iran selama tiga dekade lalu meski berada dalam kondisi sulit dan sensitif, dengan melewati perang yang dipaksakan selama delapan tahun dan sanksi berat, terus memajukan kemampuan pertahanannya. Para teknisi dan militer Iran dengan memanfaatkan teknologi dalam negeri memproduksi beragam peralatan baik perangkat lunak maupun keras yang dibutuhkan sektor pertahanan.

Di antara prestasi besar Iran adalah produksi pesawat tempur Thunder, beragam drone, radar pelacak, beragam rudal baik jarak pendek, menengah dan jauh, sistem pertahanan anti udara dan radar canggih. Saat ini Iran masuk dalam jajaran sepuluh besar negara yang memiliki teknologi antariksa. Pengiriman satelit Omid dan Toloue ke orbit serta produksi satelit Safir dan Simorgh merupakan hasil dari kemajuan teknologi yang dicapai Iran.

Di bidang industri rudal, saat ini Republik Islam di kawasan termasuk negara unggul. Produksi rudal Shahab dan Sijjil, Saqib, Sayyad, Fateh, Zelzal, Misaq, Raad, Toufan (Storm) dan Safar (Journey) bukti dari prestasi gemilang Tehran. Di bidang kemampuan bawah laut, Iran termasuk sejumlah kecil negara dunia yang memiliki prestasi besar dalam rancangan dan produksi kapal selam kelas menengah. Sementara itu, di bidang perangkat canggih elektronik dan komunikasi industri pertahanan, Iran memiliki kemampuan besar dalam bidang ini termasuk kemampuannya mengontrol serta mensabotase drone Amerika Serikat di zona udara timur Iran. Kemampuan Iran menurunkan drone ini tanpa cacad dalam pandangan para pengamat disebut sebagai pentas paling penting pertunjukan kemampuan Iran di bidang pertahanan udara.


Lembaga riset dan strategi internasional tahun lalu dalam sebuah forumnya dengan tema "Kemajuan Doktrin Militer Iran" yang digelar di Universitas Nanyang Singapura selain mengkaji doktrin militer Iran juga membahas serta mengakui kemampuan besar Tehran di bidang rudal, perang lunak, perang cyber serta peningkatan kemampuan pertahanan Iran. Doktrin militer Iran demi mendukung tujuan keamanan nasional yang selain memberi jaminan kedaulatan negara juga menetapkan posisinya sebagai salah satu kekuatan utama di Teluk Persia.

Amerika Serikat dalam satu dekade lalu, pasca pendudukan Afghanistan dan Irak mulai memperbanyak pasukannya di kawasan. AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga menempatkan berbagai sistem anti rudal dengan beragam kegunaan serta menjual senjata dan jet tempur senilai miliaran dolar kepada negara-negara Arab Teluk Persia telah mengobarkan krisis dan ketegangan di kawasan. Dengan berbagai dalih, AS dan NATO tengah menebar Iranphobia serta mencegah terciptanya stabilitas di kawasan.

Pentagon pasca tahun 2001 telah mengalokasikan dana besar-besaran untuk membangun, mempersenjatai dan memperluas pangkalan militer baik darat maupun lautnya di Timur Tengah khususnya di Teluk Persia  serta kawasan yang berdekatan. Penempatan pasukan serta lalu lalang lebih dari seratus kapal perang AS, Inggris, Perancis serta pembangunan pangkalan armada laut, udara dan darat negara-negara tersebut di negara Arab secara praktis telah menjadikan Teluk Persia sebagai kantong krisis dan poros senjata di dunia.

Mengingat pergerakan yang memprovokasi ketegangan ini, Republik Islam dalam doktrin pertahanannya pun mulai memberlakukan perang lunak dan syaraf. Dalam pandangan pengamat lembaga riset dan strategi internasional, Iran meski menghadapi sanksi keras memiliki kemampun besar dalam bidang strategi pertahanan. Sementara untuk menghadapi lawan di berbagai bidang, Iran mencapai kemajuan berarti. Dalam pandangan pengamat lembaga ini, jika Amerika Serikat atau Israel menyerang Iran, maka balasan militer Tehran tidak seperti yang mereka bayangkan, karena Iran sejak dekade 90-an telah melakukan riset dan mengamati kemampuan syaraf, cyber dan strategi Israel serta menyusun langkah-langkah untuk menghadapinya.

Saat ini, Iran tengah melakukan riset untuk menghadapi berbagai ancaman. Di antaranya adalah produksi drone jarak jauh dan sistem pertahanan menengah Mirsad yang menyerupai sistem anti udara Hawk. Sistem pertahanan udara jarak menengah ini mampu menembak jatuh pesawat dengan penerbangan rendah atau menengah. Hal ini menunjukkan kemampuan tinggi Iran untuk menjawab setiap ancaman musuh dan mengindikasikan kesiapan penuh militer Republik Islam dalam mengadapi setiap agresi dan pelanggaran kedaulatannya.

Saat ini prestasi dan kekuatan pertahanan Iran marupakan manifestasi dari kekuatan nasional. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat menjelaskan peta jalan menggapai kemajuan di industri pertahanan modern menekankan kreasi dan kebijakan menengah. Beliau dalam suratnya kepada Departemen Pertahanan mengatakan, "Kalian harus mengiringi langkah dengan kreasi dan terus berusaha menggali langkah baru sehingga kita mampu menggapai kemajuan baru."

Asas doktrin pertahanan Republik Islam dalam koridor pandangan makro dan strategi berdasarkan pada dua asas utama. Pertama produksi alat-alat yang mendukung kekuatan bagi pertahanan yang aktif dan kedua pertahanan kokoh. Meski demikian, masih ada satu pendukung lainnya yakni peningkatan kekuatan diplomasi pertahanan. Republik Islam Iran meski senantiasa mendapat ancaman dari kekuatan regional dan trans-regional, namun berulang kali menekankan bahwa kerjasama untuk menciptakan stabilitas dan keamanan oleh negara kawasan tidak membutuhkan kehadiran pasukan asing dan hal ini dijadikan sebagai prioritas utama kebijakan regional Tehran.

Presiden Republik Islam Iran, Hassan Rohani saat menyampaikan pidato di KTT Majelis Umum PBB ke 68 selain menjelaskan secara detail kondisi kawasan saat ini dan sistem internasional, juga menegaskan bahwa Iran sebagai salah satu kekuatan regional bertindak secara bertanggung jawab terkait keamanan regional dan internasional. Iran juga menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini.

Rohani menjelaskan, senjata nuklir dan kimia tidak pernah mendapat tempat dalam doktrin pertahanan Iran, karena senjata pemusnah massal ini bertolakbelakang dengan doktrin agama dan moral. Rohani mengatakan, opsi "Koalisi untuk perang" di seluruh dunia yang terbukti gagal harus diganti dengan "koalisi untuk perdamaian permanen". Dengan ideologi seperti ini, Republik Islam menekankan peningkatan interaksi dan kerjasama pertahanan sebagai salah satu sarana untuk merealisasikan perdamaian dan keamanan, bukan saja demi Iran namun bagi kawasan dan dunia. Oleh karena itu, kerjasama pertahanan di tingkat regional harus dimaksudkan untuk menciptakan keamanan, stabilitas permanen dan rasa saling percaya.

Sejatinya keamanan dan stabilitas permanen hanya mungkin diraih dengan partisipasi seluruh negara kawasan. Interaksi ini pasti akan sangat berpengaruh dalam mengurangi kehadiran pasukan asing serta mempercepat keluarnya mereka dari kawasan. Iran seraya menekankan prinsip ini bahwa kepentingan pertahanan kolektif di kawasan memiliki pengaruh mendasar dalam menghapus ketegangan dan memperkokoh stabilitas serta keamanan regional, tercatat sebagai pelopor dalam masalah ini. Berbagai langkah Iran seperti usulan kerjasama pertahanan kolektif dengan negara tetangga, mengubah opini bahwa aktivitas nuklik damai Iran serta rudal Tehran bukan ancaman merupakan strategi yang ditekankan Republik Islam.

No comments