Kemunculan Imam Mahdi Terjadi Secara Tiba-tiba
Tsaqib dalam Bahasa Arab berarti sesuatu yang memiliki kemampuan untuk melubangi dan membelah. Syahab tsaqib adalah batu langit (meteor) yang membelah kegelapan malam secara tiba-tiba. Kriteria utama batu ini adalah memancarkan secara tiba-tiba dalam kegelapgulitaan mutlak.
Kemunculan Imam Mahdi as dalam banyak hadis diserupakan dengan meteor ini. Beliau akan muncul dalam kegelapan mutlak dan secara tiba-tiba.
Menurut penegasan para imam maksum as, Imam Mahdi as akan muncul secara tiba-tiba dan tanpa persiapan sebelumnya. Beliau sendiri dalam sebuah tawqi’ menegaskan, “Allah akan membangkitkan tugas kami ini secara tiba-tiba.” (Kamal al-Din, bab 35, hadis no. 6)
Dalam sebuah hadis dari Imam Ali bin Musa Ridha as, para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, “Kapankah al-Qa’im dari keturunan Anda akan muncul?” Beliau menjawab, “Perumpamaan al-Qa’im adalah seperti hari kiamat. Tak seorang pun yang bisa memastikannya kecuali Diri-Nya sendiri ... Ia akan mendatangi kalian secara tiba-tiba.” (Aya Zhohur Nazdikast, hlm. 135-136)
Ungkapan fuj’atan atau baghtatan dalam hadis-hadis itu menegaskan bahwa Imam Mahdi as akan muncul pada suatu masa yang kita tidak pernah memungkinkannya menurut perhitungan lahiriah dan pada umumnya, masyarakat belum bersedia untuk itu.
“Secara tiba-tiba” adalah sinonim “secara perlahan-lahan”. “Secara perlahan-lahan” bisa mempersiapkan prolog dan mukadimah terlebih dan setelah itu masyarakat akan mempersiapkan diri. Tetapi kemunculan Imam Mahdi as tidak terjadi demikian. Beliau akan muncul tanpa persiapan sebelumnya dan hanya sedikit orang yang memprediksikan kemunculan ini.
Poin lain yang bisa kita simpulkan dari kemunculan yang terjadi secara tiba-tiba ini adalah kita tidak bisa meyakini kemunculan shughra sebagaimana bisa kita saksikan dalam sebagian tulisan akhir-akhir ini. Menurut mereka, Imam Mahdi as diserupakan dengan matahari. Ketika matahari ingin tenggelam, ia tidak tenggelam secara sekaligus sehingga dunia tidak terkena bahaya lantaran tenggelam yang terjadi secara tiba-tiba. Begitu pula ketika hendak terbit sehingga dunia tidak mengalami bahaya cahaya yang muncul secara tiba-tiba. Ketika ingin gaib, Imam Mahdi mengalami kegaiban shughra. Ketika ingin muncul, beliau juga harus mengalami kegaiban shughra.
Perspektif ini tidak memiliki dalil dan logika yang kuat. Dalam setiap penyerupaan, pembicara hanya cukup menginginkan salah satu titik keserupaan, tidak harus semua titik keserupaan terpenuhi. Jika memang ia menegaskan menginginkan seluruh titik keserupaan, maka masalahnya jelas. Tetapi jika tidak ada penegasan seperti ini, maka yang diinginkan adalah titik keserupaan yang paling kentara. Jika kita menyerupakan seorang pemberani dengan singa, tentu kita tidak menginginkan seluruh kriteria yang dimiliki oleh singa untuk manusia itu seperti kebuasan, kebinatangan, dan lain sebagainya. Yang dimaksud di sini adalah titik keberanian yang dimiliki oleh singa. Jika kita menginginkan titik keserupaan lain selain itu, maka harus ada indikasi untuk itu.
Untuk Imam Mahdi itu, kita hanya boleh menarik titik keserupaan yang kentara dari matahari untuk beliau. Sementara itu, untuk titik-titik keserupaan yang lain, kita memerlukan dalil yang kuat untuk itu, bukan hanya mengandalkan imaginasi individual kita.
Dalam sebuah hadis, Imam Baqir as menyerupakan Imam Mahdi as dengan batu meteor. Seperti dijelaskan sebelum ini, batu meteor muncul pada saat kegulitaan mutlak secara tiba-tiba.
Penyerupaan semacam bisa membatalkan pandangan “kemunculan shughra” yang diyakini oleh sebagian orang.
Masalah lain adalah kemunculan Imam Mahdi bisa mengalami bada’. Seandainya pun kita meyakini kemunculan shughra, tidak ada kepastian bahwa kemunculan beliau pasti terjadi setelah itu.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah lalu bagaimana dengan tanda-tanda pasti tentang kemunculan Imam Mahdi itu? Apakah tanda-tanda ini sejalan dengan realita kemunculan beliau yang akan terjadi secara tiba-tiba? Jika tanda-tanda ini pasti terjadi, maka kemunculan beliau tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba. Pertama, seluruh tanda ini harus terjadi dan lantas setelah itu beliau akan muncul. Tentu tanda-tanda ini adalah sebuah mukadimah bagi kemunculan beliau, dan kemunculan beliau tidak terjadi secara tiba-tiba.
Pertanyaan ini dimunculkan oleh penulis kita Mikyal al-Makarim. (Mikyal al-Makarim, jld. 2, hlm. 160-161) Untuk menjawab pertanyaan ini, ia sendiri mengusulkan dua jawaban:
Pertama, bisa saja tanda-tanda kemunculan ini akan mengalami bada’. Penamaan tanda-tanda ini dengan tanda pasti tidak bertentangan dengan konsep bada.
Kedua, kita bisa mengakurkan kemunculan secara tiba-tiba dengan tanda-tanda pasti itu tanpa harus mengangkat konsep bada’. Yakni beliau akan muncul secara tiba-tiba bersama dengan tanda-tanda yang pasti itu. Artinya, tanda-tanda kemunculan tersebut terjadi sangat berdekatan atau bersamaan dengan kemunculan beliau. Sebagai contoh, pembunuah Nafs Zakiyyah termasuk salah satu tanda pasti. Menurut hadis, antara pembunuhan ini dan kemunculan Imam Mahdi hanya terpisah 15 hari. Waktu 15 hari menurut tradisi dihitung sebagai pemisah yang lumrah dan sangat dekat.
5. مکیال المکارم، ج 2، ص 160 و 161.
6. اثبات الهداه، ج 7، ص 422، ح 99، از امام صادق (ع): و النداء من المحتوم... و قتل النفس الزکیه من المحتوم.
7. کمال الدین باب 57، ح 2.
8. کمال الدین باب 57، ح 2.
9. اصول کافی، کتاب الحجه، بابٌ فی الغیبه، ح 24.
10. زیارت جامعه کبیره (بحارالأنوار، ج 102، ص 128).
11. بحارالأنوار، ج 52، ص 185، ح 9.
12. مکیال المکارم، ج 2، ص 158.
(Shabestan)
Post a Comment