Menghidupkan Perang Salib dan Terorisme Internal untuk Memukul Islam
Teror dan terorisme di masa kini telah menjadi cara istimewa para musuh Islam untuk membumihanguskan Islam dan muslimin. Kita banyak menyaksikan aksi-aksi teror dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal di dunia dengan tujuan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah sebuah agama yang mendukung teror.
Berikut uraian Muhammad Husain Baqiri seorang dosen sebuah perguruan kepada KBS seputar subtansi terorisme dan tujuan-tujuan yang mereka kejar:
Kosa kata “teror” berasal dari Bahasa Prancis yang memiliki satu arti pokok: ketakutan dan menciptakan kerusakan.
“Teroris” adalah sebuah kosa kata Inggris yang berarti seseorang atau sekelompok yang memiliki metode teror.
Dari sisi aneka ragam cara teror, terorisme diklasifikasikan dalam dua golongan besar: tradisional dan modern.
Pada masa lalu, para penguasa senantiasa meneror orang-orang yang menentang kekuasaan mereka guna melanggengkan kekuasaan ini.
Dari sejak abad ke-16, aksi teror dilakukan secara komunal. Menjelang periode renaisance sebelum arti negara dan bangsa terwujud, kita menemukan istilah penipuan dan menyewa orang untuk membunuh orang. Setelah dua arti itu terwujud, terorisme mengalami perubahan paradigma. Modernisme menjadi faktor teror yang paling signifikan.
Negara-negara Barat yang humanis menggambarkan kepentingan-kepentingan tertentu bagi diri mereka. Lantaran sumber alam yang terbatas dan kepentingan tidak pernah terbatas, mereka selalu berhadapan dengan perang secara langsung. Karena biaya perang terlalu tinggi, mereka memilih cara baru yang dikenal dengan sebutan “terorisme negara”.
“Terorisme negara” berarti sekelompok orang dilengkapi secara finansial, media, dan militer, dan setelah membunuh, mereka menyatakan diri bebas dari semua tuduhan.
Terorisme ini termasuk salah satu metode teror yang biasa dilakukan di era modern ini.
Setelah Uni Sovyet runtuh, Amerika Serikat memerlukan sebuah ideologi ekternal di arena dunia. Untuk itu, mereka mendefinisikan sebuah musuh baru untuk diri mereka guna diperangi dan berlandaskan pada semua itu memburu kepentingan mereka di seluruh dunia.
Salah satu cara untuk itu adalah mengibarkan panji demokrasi. Cara yang lain adalah panji HAM. Serangan Amerika ke Iraq terjadi dengan alasan menegakkan demokrasi.
Jika sebelum ini faktor lain untuk menggelar terorisme adalah memerangi komunisme, maka sekarang adalah memerangi Islam. Tetapi, jelas, bukan Islam yang kita kenal. Barat memperkenalkan Islam kepada dunia yang muncul dengan kekuatan pedang, selalu menentang hak-hak kaum wanita, menentang kesenian, akhlak, budaya, dan demokrasi. Tujuan mereka adalah memerangi Islam yang apabila berkuasa akan memusnahkan budaya dan peradaban.
Islamfobia ini adalah kelanjutan terorisme negara tersebut. Islam yang sekarang dikenal di Barat adalah Islam yang kasar dan irasional.
Banyak cara yang digunakan Barat untuk membuktikan bahwa Islam bukanlah sebuah agama logika dan dialog. Di manapun Islam tersebar, semua itu melalui ketajaman pedang.
Sebenarnya, dengan klaim-klaim seperti ini, mereka ingin menghidupkan kembali lahan-lahan yang telah menyulur Perang Salib kala itu sehingga hegemoni Amerika yang memerlukan sebuah ideologi di ranah dunia terus berlanjut.
Peradaban Islam lantaran keistimewaan yang dimiliki dalam dirinya dalah sebuah tantangan bagi Dunia Barat.
Sumber: Shabestan
Post a Comment