Kualitas Salat Imam Khomeini
Ayatullah Jalali Khomeini mengatakan, “Pentingnya salat dalam pandangan Imam ra, berakar pada ajaran Islam, sedemikian hingga Rasulullah Saw menganggap melakukan salat pada waktunya merupakan amalan terpenting di samping berbuat baik kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah.
Profesor hauzah, mantan imam jamaah di Khomein, dan pendiri Hauzah Ilmiah Jalali Khomeini, dalam perbincangannya dengan Shabestan, mengatakan, “Imam Khomeini ra, adalah ahli tahajjud, sosok yang senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan doa dan ibadah, sehingga Asyraqi, menantu Imam menukilkan bahwa setiap kali Imam menjadi tamu kami, setiap tengah malam kami akan mendengar suara isak tangisnya.”
Ia menambahkan, “Dinukilkan bahwa Imam kepada putrinya mengatakan, Jika sudah malam letakkan tissue di atas sajadahku, dan pagi harinya terlihat bahwa Imam menggunakan tissue-tissue tersebut untuk mengusap air matanya, dan setelahnya, ketika waktu doa dan munajat beliau semakin panjang, beliau berkata kepada putrinya supaya meletakkan handuk di atas tempat tidur beliau.”
Ayatullah Jalali Khomeini, sembari menyinggung tentang tahun-tahun saat menemani Imam Khomeini di Najaf, Qom dan Teheran, mengatakan, “Kualitas salat jamaah Imam Khomeini, biasa dan wajar saja, karena sebagaimana kita ketahui, salat jamaah haruslah dilakukan dalam waktu yang singkat, dengan memperhatikan kondisi makmunya.”
Selanjutnya ia mengatakan, “Imam Khomeini senantiasa menegaskan kepada para thalabeh untuk menjadi hamba Tuhan yang baik dan tidak menganggap sepele salat-salat nawafil terutama salat malam. Sebagai sosok yang sangat memperhatikan salat, beliau bahkan pasca operasi tetap melakukan salatnya dengan berdiri, kendati dengan adanya selang-selang transfusi darah di tubuhnya.”
Ayatullah Jalali juga menyinggung tentang penegasan khusus Imam terhadap salat dan al-Quran, “Beliau mempunyai waktu khusus untuk membaca al-Quran, dimana waktu ini tidak bisa diganggu oleh siapapun, kendati oleh pejabat eselon pertama sekalipun.”
Mengenai ketawakalan Imam kepada Tuhan, ia mengatakan, beliau adalah misdaq dari وَمَن يَتَوَكَّل عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسبُهُ” dan melanjutkan, “Arti penting dari salat itu cukup kita saksikan dari apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dalam perang Shiffin. Dikatakan, saat terjadi perang, Imam Ali As selalu memandang ke arah langit, dan hal ini membuatku penasaran, sehingga aku bertanya, Wahai Imam, apa yang membuatmu sehingga terus-menerus memandang ke atas?, beliau menjawab, Aku ingin mengetahui, telah tibakah waktu salat, ataukah belum. Ibnu Abbas berkata, Aku lantas berkata kepada Imam, apa yang Anda lakukan dalam keadaan seperti ini? Dan Amirul Mukminin menjawab, Ibnu Abbas, untuk apakah kita berperang? Setelah itu beliau memerintahkan untuk menghenghentikan perang, lalu melakukan salat pada awal waktu.”
Pada akhir pembicaraannya, Ayatullah Jalal Khomeini mengatakan bahwa salat merupakan tujuan terbesar untuk seluruh nabi dan auliya, berkata, “Penjelasan dari pentingnya salat cukup dengan melihat riwayat yang mengatakan bahwa syarat terkabulnya amal adalah terkabulnya salat.”

Post a Comment