Header Ads

test

Tabarrukan dari Kisah-kisah Teladan Imam 'Ali Zainal 'Abidin As

Kisah-kisah Teladan Dari Imam 'Ali Zainal 'Abidin As

Imam Ali Zain Al-'Abidin As

Lahir: Madina, 5 Sya'ban 38 H

Syahid: Madina, 25 Muharram 95 H

Dimakamkan di Madinah

1. Di Luar Rumah pada Kegelapan Malam

Imam Keempat kita, Imam 'Ali Zainal 'Abidin As merupakan orang yang paling baik kepada kaum Muslimin yang miskin dan membutuhkan. Beliau senantiasa keluar dengan jalan apa saja untuk membantu mereka. 

Tatkala kegelapan malam menyelimuti kota dan orang-orang sedang tertidur, Imam As terjaga, menaruh beberapa makan dalam sebuah karung dan memikul di pundaknya untuk dibawa ke rumah-rumaha orang miskin. 

Meskipun dalam keadaan gelap dan orang-orang sedang tertidur, Imam menutup wajahnya khawatir kalau-kalau ada yang melihatnya. Beliau tidak ingin orang-orang yang dia tolong mengetahuinya sehingga membuat mereka malu.

Dengan cara diam-diam, Imam merawat kurang-lebih 100 keluarga tanpa mereka ketahui siapa yang menolong mereka.

Imam Sajjad (gelar Imam Zainal Abidin As) berkata, "Menolong orang dengan diam-diam menghilangkan murka Allah Swt pada Hari Kiamat."

Ketika beliau menolong seorang pengemis, beliau mencium tangan si pengemis sehingga si penerima tidak akan merasa malu. Imam berkata, "Aku tidak memberikannya kepadamu, akan tetapi aku memberikannya kepada Allah Swt."

Imam Sajjad As merawat keluarga-keluarga miskin seperti keluarganya sendiri. Imam Baqir As meriwayatkan bahwa, "Ayahku membeli sebuah mantel tebal untuk musim dingin. Ketika musim panas tiba, beliau memerintahkannya untuk dijual dan menyerahkan uangnya sebagai sedekah."

Hal ini menunjukkan bahwa Imam Sajjad As menggunakan uang ekstra yang beliau miliki untuk menolong kaum miskin.

Hanya tatkala beliau wafat dan orang-orang lama tidak lagi menerima makanan, mereka mengetahui bahwa pastilah Imam Zainal Abidin As yang telah menolong mereka selama ini.

Sumber Rujukan:

Hilyat al-Awliya, vol. 3, hal. 136

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:

Salah satu kewajiban kita bila Allah Swt memberikan kita harta adalah membaginya kepada orang yang kurang beruntung dari kita. 

Ketika kalian melakukan sebuah pekerjaan yang baik, kalian tidak boleh mengatakan kepada orang lain, lantaran Allah Swt dapat melihat dan Dialah yang akan memberikan kalian ganjaran atas apa yang telah kalian lakukan.

Imam Sajjad As bersabda:

Memandang dengan ceria kepada seorang Muslim adalah bagian dari ibadah. Tuhaful Uqul, hal. 282

2. Hajar Aswad yang Berbicara

Setelah syahadah Imam Husain As, Imam Keempat kita, Imam Zainal Abidin As dan seluruh wanita di Karbala dibawa ke Damaskus oleh orang-orang kejam Yazid dan menjebloskan mereka ke dalam penjara di Damaskus.

Setelah setahun berlalu, Imam Sajjad As diizinkan untuk meninggalkan Damaskus, dan beliau memutuskan untuk kembali ke Madinah tempat tinggalnya. Di Madinah, Imam memiliki banyak kerabat dan sahabat, termasuk pamannya, Muhammad al-Hanafiyyah.

Suatu hari, tatkala mereka berdua pergi ke Makkah, pamannya meminta untuk bersua dengan Imam Sajjad As secara khusus. Ketika mereka bertemu, Muhammad al-Hanafiyyah berkata bahwa lantaran dia adalah saudara Imam Husain As dan putra Imam Ali As, seyogyanya dialah yang menjadi Imam selepas Imam Husain As. Muhammad al-Hanafiyyah juga mengingatkan Imam bahwa dia lebih tua darinya dan sepanjang yang ia ketahui bahwa, Imam Husain As belum mengumumkan siapa yang kelak menjadi Imam selepasnya. 

Imam Sajjad As berkata, "Wahai Paman, takutlah kepada Allah, percayalah kepadaku bahwa masalah Imamah adalah kepunyaanku bukan untukmu."

Namun, Muhammad al-Hanafiyah tetap saja membantah Imam Sajjad As hingga mereka tiba di Ka'bah.

Imam Sajjad As berkata, "Jika engkau ingin bukti bahwa aku adalah Imam yang sesungguhnya, mengapa kita tidak bertanya kepada Hajar al-Aswad untuk memberitahukannya kepada kita."

Muhammad al-Hanafiyyah setuju dan berdiri di hadapan Hajar al-Aswad dan berulang kali dia bertanya untuk mendapatkan penegasan dari batu hitam tersebut bahwa dialah imam. Tidak ada respon dari batu hitam tersebut.

Kemudian Imam As maju dan berkata, "Wahai Hajar al-Aswad! Aku bertanya kepadamu, Demi Allah yang telah mengajarkanmu nama-nama para nabi dan imam, katakanlah kepada kami dalam bahasa Arab yang jelas, siapakah Imam Zaman sekarang ini?"

Tiba-tiba Hajar al-Aswad mulai bergetar dan bergoyang, seakan-akan hendak keluar dari Ka'bah. Lalu, dengan izin Allah Swt, Hajar al-Aswad berbicara dengan suara yang lantang dan berkata, "Imam zaman adalah Ali bin Husain bin Ali."

Kala mendengar pesan yang menakjubkan ini, Muhammad al-Hanafiyah berbalik ke arah Imam Sajjad As dan berkata, "Wahai anak saudaraku! Memang benar bahwa engkau adalah Imam dan aku adalah pengikutmu"

Sumber Rujukan:

Syaikh Kulaini, al-Kafi, vol. 1, hal. 348

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:

Imam adalah orang yang dipilih oleh Allah, bukan oleh manusia. 

Apabila diperlukan, Allah mengabarkan kepada manusia ihwal siapa imam melalui mukjizat.

Imam Zainal Abidin As bersabda:

Jika seseorang menghinamu namun kemudian datang meminta maaf, maka terimalah maafnya. Tuhaful Uqul, hal. 282. 

3. Berusaha untuk Membuat Orang Tertawa

Suatu saat, Imam Keempat kita , Imam 'Ali Zainal 'Abidin As berjalan di sebuah jalan di Madinah dengan para sahabat dan murid-muridnya.

Pada masa itu, ada seorang yang berlaku konyol yang biasa mengerjain orang sehingga membuat yang lain tertawa. Dia tidak memiliki hal yang lain untuk dikerjakan.

Orang ini melihat Imam Sajjad As dan datang menghampiri para sahabat Imam. Dan, sebagaimana biasa, dia berpikir untuk membuat orang lain tertawa.

Ketika Imam Sajjad As melintasinya, dia merebut aba'a (jubah) Imam dari pundaknya dan membawanya kabur. 

Imam bertanya, "Siapakah dia?" Mereka berkata, "Dia adalah orang yang senantiasa berbuat konyol kepada orang-orang yang melintas."

Imam berkata, "Katakan kepadanya bahwa Allah Swt telah menjadikan suatu hari (Hari Kiamat) ketika mereka yang menghabiskan waktunya untuk melakukan perbuatan konyol dan hal-hal yang tidak berguna dalam keadaan memikul kerugian besar.

Perbuatan yang sama terjadi di Kufa, ketika seseorang menghantam kepala seorang botak yang melintas untuk membuat orang tertawa.

Ketika temannya mengabarkan bahwa orang yang baru saja dia candai adalah panglima perang kaum Muslimin, Malik Asytar. Mendengar nama ini, orang ini menjadi sangat ketakutan.

Lalu dia mengejar Malik untuk meminta maaf. Akan tetapi Malik berkata, "Aku baru saja berdoa kepada Allah Swt untuk memberimu petunjuk supaya berperlaku yang lebih baik."

Orang tersebut sangat malu atas perbuatan konyol yang dilakukannya.

Sumber Rujukan:

Amali, Syaikh Saduq, hal. 220, Daastan-e Raastan, Syahid Mutahhari.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:

Kita tidak sepatutnya menghabiskan waktu kita melakukan perbuatan konyol untuk menarik perhatian orang.

Janganlah bercanda dengan orang lain sehingga orang tertawa atas apa yang engkau katakan, dengan melakukan itu, engkau telah mencederai perasaan orang yang engkau candai.

Kegiatan

Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa orang tersebut merampas jubah Imam Sajjad As?
_______________________________________________ 
_______________________________________________
Nasihat apakah yang disampaikan oleh Imam Sajjad As kepada orang-orang untuk diteruskan kepada orang tersebut? 
______________________________________________________________________________________________
Siapakah Malik as-Asytar itu? Usahakanlah untuk mencari tahu lebih banyak tentang Malik al-Asytar selain dari apa yang dikisahkan di atas?
_______________________________________________
_______________________________________________
Menurutmu, mengapa orang yang memukul Malik al-Asytar menyesal atas perlakuannya?
_______________________________________________
_______________________________________________

Imam Ali Zainal Abidin As bersabda:

Janganlah berkawan dengan seorang pendusta lantaran dia ibarat sebuah fatarmorgana. Dia menunjukkan hal yang dekat sebagai sesuatu yang jauh dan yang jauh sebagai yang dekat. Tuhaful Uqul, hal. 279. 


4. Zabur Keluarga Nabi

Setelah tragedi pilu Karbala, Imam Keempat kita, Imam 'Ali Zainal 'Abidin As, kembali ke Madinah setelah menghabiskan masa setahun dalam penjara Yazid di Damaskus.

Di Madinah, Imam Sajjad As secara ketat diawasi oleh orang-orang Yazid, yang ingin mencari tahu kalau-kalau Imam Sajjad As memulai kegiatan yang merongrong pemerintahan Yazid. 

Imam Ali Zainal Abidin As bertugas untuk mengajarkan dan membimbing kaum Muslimin, dan ia melakukannya dengan berbagai cara.

Imam Sajjad As dikenal oleh para ulama sebagai seorang yang ahli dalam bidang hadits Nabi Muhamamd Saw. Banyak ulama datang ke hadiratnya untuk menuntut ilmu darinya.

Salah satu jalan yang ditempuh oleh Imam untuk membimbing umat adalah melalui jalan doa dan munajat kepada Allah Swt. Ia membaca doa dan umat akan ikut serta bersamanya berdoa. Pada saat yang sama umat dapat belajar banyak tentang Islam berkat doa-doa yang memuat banyak pesan dan ajaran itu.

Sebagai hasilnya, hari ini kita memiliki kumpulan doa dalam sebuah buku yang disebut sebagai, "as-Sahifah al-Kamilah al-Sajjadiyah." Imam Ali Zainal Abidin As dikenal sebagai as-Sajjad. Kitab doa ini juga dikenal sebagai Zabur Ahlul Bait As."

Salah satu doa yang terkenal dari kitab doa ini adalah Makarimul Akhlaq. 

Dalam satu bait doanya, Imam Sajjad As bersenandung:

Allahummah (Ya Allah)!

Sampaikan salawat dan salam ke atas Muhamamad dan keluarganya yang kudus,

Janganlah Engkau angkat aku satu derajat pun di hadapan manusia,

Tanpa Engkau turunkan aku juga semisal dengan itu dalam diriku,

Dan jangan Engkau datangkan kepadaku kemegahan lahir 

Tanpa Engkau berikan kerendahan batin dalam diriku


Demikianlah doa yang dilantunkan oleh Imam kita yang mulia.

Sumber Rujukan:

Sahifah as-Sajjadiyah, Doa No. 20, Makarimul Akhlaq

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali Zainal Abidin As di atas adalah:

Doa merupakan jalan untuk meminta sekaligus terkandung pelajaran di dalamnya.

Kita harus mencoba membaca doa-doa dari kitab Sahifah al-Kamilat as-Sajjadiyah dan merenungkan kandungannya. 

Kegiatan

Apakah kalian memiliki kitab Sahifah as-Sajjadiyah di rumah?

Jika tidak, mintalah kepada orang tua kalian untuk membelinya. Bacalah beberapa bagian dari doa-doa sesering mungkin dan kajilah ajaran-ajaran Imam Sajjad As dari doa-doa tersebut.

Ayat-ayat berikut ini merupakan ayat-ayat al-Qur'an tentang doa

Bacalah ayat-ayat berikut ini dan tulislah arti ayat tersebut di bawahnya.

وَ اِذا سالَکَ عِبادِيْ عَنِّي فِانِّي قَرِ يبٌ ¸اُجِيْبُ دَعْوةَ الدّاعِ اِذَا دَعاَنِ

¸فَلْيَسْتَجِيْبُوا لِي وَلْيُؤمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

(Surah al-Baqarah [2]:186)
_______________________________________________
_______________________________________________ 

وَ قاَلَ رَبُّکُمْ اُدْعُوْنِي اَسْتَجِبْ لَکُمْ ¸اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَکْبِرُونَ عَنْ عِبادتيْ سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ داخِريْنَ °

(Surah al-Ghafir [40]:60)
______________________________________________________________________________________________

Imam Ali Zainal Abidin As bersabda:

(Setelah menguraikan panjang lebar tentang apa saja yang dilakukan oleh seorang ibu untuk anaknya, ia berkata), "Ibu memikul sarat beban untukmu, maka, engkau harus berupaya keras untuk berterima kasih kepadanya dan membuatnya rida." Tuhaful Uqul, hal. 263. 

No comments