Header Ads

test

Perlunya Perantara atau Wasilah untuk menuju kepada Allah swt


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).


Banyak manusia terlalu pede dan yakin berjumpa dengan Allah secara langsung tanpa perantara. Padahal kita tahu, suatu yang suci kalau bercampur dengan yang tidak suci, maka kesucian itu akan ternodai.

Mungkinkah yang Maha Suci (Allah) dapat bertemu dg manusia biasa (tidak suci)? Saya rasa tidak. Disinilah Rasul, dan para manusia suci kemudian menunjukkan perannya. Rasul dan para manusia suci, memiliki dua dimensi. Dimensi suci yang dapat terhubung dengan Allah yang Maha Suci, dan dimensi kemanusiaan yang dapat terhubung dengan manusia.

Dari situlah kemudian Rasul dan para manusia suci disebut "jembatan" penghubung antara manusia dengan Tuhannya. Disitulah wasilah, tawassul berperan. Disitulah sholawat dibutuhkan.

Sholawat, wasilah, dan pertolongan manusia suci yg kemudian melahirkan syafaat itu, yang disebut "jembatan" antara manusia dg Tuhan.
Itulah mengapa Allah menurunkan para Rasul dan manusia suci. Karena tanpa membangun "jembatan" tak sempurna penciptaan. Yang menganggap para Nabi, Rasul dan Imam (pemimpin setelah Nabi Muhammad) bukan manusia suci, mereka itu terlalu percaya diri.

Lalu, bagaimana kita bisa mendapat syafaat, melewati jembatan penghubung, tanpa kita bersholawat, tanpa kita cinta kepada pemilik-pemilik jembatan itu. Apakah kita dapat melewati jembatan itu, tanpa mengetuk pintu dan memohon kepada pemiliknya agar kita dapat melewatinya? Sholawat, cinta, dan menjalankan nilai-nilai ajaran sucinya, merupakan sebentuk ketukan pintu untuk mendapat syafaat, yg kemudian menjadi kunci pembuka jembatan menuju kepada Tuhan.

No comments