Strategi Israel Melanjutkan Serangannya ke Jalur Gaza
Serangan rezim Zionis ke Jalur Gaza menimbulkan krisis baru di kota
tersebut. Bayang-bayang kematian menghantui seluruh warga Gaza dan
berdasarkan pengumuman lembaga-lembaga keselamatan, krisis air minum
saat ini benar-benar mengancam warga Gaza dan berpotensi menimbulkan
tragedi kemanusiaan.
Di sisi lain, rezim Zionis Israel melanjutkan perekrutan pasukan baru untuk memperkokoh kekuatan militernya dan menggunakan tenaga-tenaga baru untuk melanjutkan serangan ke Jalur Gaza.
Sebuah lembaga hak asasi manusia Arab di Inggris beberapa waktu lalu menuntut London dan seluruh pemerintah Eropa untuk mengakhiri aktivitas pusat-pusat perekrutan pasukan militer Israel.
Situs berita Felestin Online dalam laporannya mengungkap, sejumlah markas milik Israel beroperasi di sejumlah negara Eropa untuk merekrut pasukan dan mengirim mereka ke Palestina pendudukan 1948, untuk bergabung dengan militer Israel dan terlibat dalam pembantaian warga Palestina.
Berita-berita yang terpublikasikan dalam hal ini menunjukkan bahwa pusat-pusat perekrutan pasukan untuk militer Israel itu beraktivitas secara terang-terangan di negara-negara Eropa dan tidak dibatasi oleh negara tuan rumah. Sumber-sumber pemberitaan Palestina juga menyebutkan bahwa pusat perekrutan Sar-El yang dikelompok oleh Israel-Geva adalah markas perekrutan militer Israel yang paling tersohor di Eropa. Sar-El membuka kantor perwakilan di 30 negara dunia.
Adanya pusat-pusat perekrutan pasukan dan serdadu Israel dan juga pengumpulan bantuan di berbagai negara untuk memperkuat militer Israel, mengingatkan kita pada pembentukan kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda atau Daulah Islam Iraq wa Syam (DIIS) beberapa tahun lalu. Kelompok yang sekarang melakukan berbagai kejahatan di Irak dan Suriah itu didukung secara finansial oleh sejumlah negara Barat.
Markas perekrutan pasukan untuk militer Israel di negara-negara Eropa kemungkinan juga menggunakan metode yang sama. Karena terdapat banyak kesamaan antara aksi-aksi DIIS di kawasan dan militer Israel di Palestina. Keduanya merekrut pasukan dari berbagai dunia, keduanya juga mendapat dukungan dari Barat dan Amerika Serikat. Selain itu, keduanya juga mendapat lampu hijau dari para pejabat Washington untuk melakukan brutalitas mereka. Dan keduanya sekarang sedang melakukan tindak kejahatan yang paling buas di kawasan.
Tidak diragukan lagi bahwa serangan DIIS di Irak dan Suriah yang disusul dengan gelombang baru serangan Israel ke Gaza, merupakan hasil dari perencanaan AS dan rezim Zionis.
Kawasan sedang menjadi target makar Amerika Serikat dan zionisme global. Menghadapi makar tersebut memerlukan koordinasi ketat antarnegara-negara Arab dan langkah serius dari masyarakat internasional. Sebuah fenomena yang lenyap dalam tarik-ulur politik internasional, yang akibatnya membuat Israel seakan tidak terbelenggu untuk melakukan kejahatannya terhadap warga Palestina termasuk perempuan dan anak-anak.
Kejahatan itu terjadi di saat lembaga-lembaga yang selalu berkoar tentang perdamaian, keamanan dan hak asasi manusia, sekarang hanya menonton terbantainya warga Palestina.
Sumber : Irib
Di sisi lain, rezim Zionis Israel melanjutkan perekrutan pasukan baru untuk memperkokoh kekuatan militernya dan menggunakan tenaga-tenaga baru untuk melanjutkan serangan ke Jalur Gaza.
Sebuah lembaga hak asasi manusia Arab di Inggris beberapa waktu lalu menuntut London dan seluruh pemerintah Eropa untuk mengakhiri aktivitas pusat-pusat perekrutan pasukan militer Israel.
Situs berita Felestin Online dalam laporannya mengungkap, sejumlah markas milik Israel beroperasi di sejumlah negara Eropa untuk merekrut pasukan dan mengirim mereka ke Palestina pendudukan 1948, untuk bergabung dengan militer Israel dan terlibat dalam pembantaian warga Palestina.
Berita-berita yang terpublikasikan dalam hal ini menunjukkan bahwa pusat-pusat perekrutan pasukan untuk militer Israel itu beraktivitas secara terang-terangan di negara-negara Eropa dan tidak dibatasi oleh negara tuan rumah. Sumber-sumber pemberitaan Palestina juga menyebutkan bahwa pusat perekrutan Sar-El yang dikelompok oleh Israel-Geva adalah markas perekrutan militer Israel yang paling tersohor di Eropa. Sar-El membuka kantor perwakilan di 30 negara dunia.
Adanya pusat-pusat perekrutan pasukan dan serdadu Israel dan juga pengumpulan bantuan di berbagai negara untuk memperkuat militer Israel, mengingatkan kita pada pembentukan kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda atau Daulah Islam Iraq wa Syam (DIIS) beberapa tahun lalu. Kelompok yang sekarang melakukan berbagai kejahatan di Irak dan Suriah itu didukung secara finansial oleh sejumlah negara Barat.
Markas perekrutan pasukan untuk militer Israel di negara-negara Eropa kemungkinan juga menggunakan metode yang sama. Karena terdapat banyak kesamaan antara aksi-aksi DIIS di kawasan dan militer Israel di Palestina. Keduanya merekrut pasukan dari berbagai dunia, keduanya juga mendapat dukungan dari Barat dan Amerika Serikat. Selain itu, keduanya juga mendapat lampu hijau dari para pejabat Washington untuk melakukan brutalitas mereka. Dan keduanya sekarang sedang melakukan tindak kejahatan yang paling buas di kawasan.
Tidak diragukan lagi bahwa serangan DIIS di Irak dan Suriah yang disusul dengan gelombang baru serangan Israel ke Gaza, merupakan hasil dari perencanaan AS dan rezim Zionis.
Kawasan sedang menjadi target makar Amerika Serikat dan zionisme global. Menghadapi makar tersebut memerlukan koordinasi ketat antarnegara-negara Arab dan langkah serius dari masyarakat internasional. Sebuah fenomena yang lenyap dalam tarik-ulur politik internasional, yang akibatnya membuat Israel seakan tidak terbelenggu untuk melakukan kejahatannya terhadap warga Palestina termasuk perempuan dan anak-anak.
Kejahatan itu terjadi di saat lembaga-lembaga yang selalu berkoar tentang perdamaian, keamanan dan hak asasi manusia, sekarang hanya menonton terbantainya warga Palestina.
Sumber : Irib
Post a Comment