Belajar Walaupun dari Orang Kafir dan Gila

Agama Islam sangat menekankan supaya kita belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. “Belajarlah dari buaian ibu hingga liang lahad.” Begitu penegasan sebuah hadis Nabawi. Untuk itu, banyak hadis yang mendorong orang tua supaya mengajarkan anak-anak mereka sehingga mereka bisa memetik hasilnya ketika sudah dewasa.

Begitu banyak hadis yang menekankan kita supaya menuntut ilmu pengetahun dan malah tidak membatasi kita dari siapa kita harus belajar.

Imam Amirul Mukminin Ali berkata, “Pelajarilah hikmah itu sekalipun dari orang musyrik.” (Misykat al-Anwar, hlm. 134)

Dalam hadis lain, beliau juga pernah menekankan, “Pelajarilah hikmah (dan pengetahuan) itu sekalipun dari mulut orang gila.” (Mishbah al-Syari’ah, hlm. 160)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Mengajarkan ilmu kepada orang lain hanya demi meraih rida Allah adalah sebuah kebaikan, mempelajarinya adalah ibadah, berdialog ilmu adalah tasbih, dan mengamalkannya adalah jihad. Menyerahkan ilmu itu kepada orang yang memang layak akan menyebabkan ia dekat kepada Allah, karena ilmu mengajarkan halal dan haram dan teman karib pada saat kesendirian.” (Al-Amali, Syaikh Thusi, hlm. 569)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa mempelajari sebagian ilmu hanya demi meraih keridaan Ilahi, maka Allah akan menganugerahkan pahala tujuh puluh nabi kepadanya.” (Raudhah al-Wa’izhin, jld. 1, hlm. 12)

Beliau juga bersabda, “Barang siapa ingin melihat orang yang telah terselamatkan dari api neraka, maka hendaknya ia melihat orang-orang yang menuntut ilmu. Demi Allah! Untuk setiap langkah menuju rumah ilmu, Allah akan menuliskan ibadah satu tahun baginya dan membangunkan sebuah kota baginya di surga. Ketika ia berjalan di atas bumi, maka bumi memohonkan ampunan baginya ....” (Munyat al-Murid, hlm. 100)

Rasulullah saw dalam hadis lain bersabda, “Menghadiri majelis ilmu adalah lebih baik daripada mengantarkan jenazah dan menjenguk seribu orang sakit.” (Misykat al-Anwar, hlm. 135)

Sumber : Shabestan