Wakil Norwegia: Pemahaman Al-Quran, Langkah Awal untuk Mengamalkannya
Farid Arvazgany pewakilan dari negara Norwegia dalam percakapan dengan reporter Quran dan Maarif Shabestan, mengatakan, saya berusia dua puluh empat tahun dan dalam kompetisi ini mengikuti lomba dalam jurusan tilawah. Hampir 5 tahun saya menekuni bidang ini.
Mengenai kualitas penyelenggaraan kompetisi kali ini, ia mengatakan, harus saya akui bahwa ini adalah kali pertama saya ke Iran dan ikut serta dalam kompetisi al-Quran. Akan tetapi dengan baik bisa diketahui bahwa kompetisi ini memiliki kedisiplinan dan kualitas yang tinggi, karena ketika saya berbincang dengan para peserta dari negara-negara lain, mereka semua mengatakan hal-hal yang baik tentang Iran. Sebelum ini, saya pernah satu kali mengikuti kompetisi yang sama di Swedia, akan tetapi saya lebih menerima Iran.
Mengenai kesiapannya dalam kompetisi ini, Farid mengatakan, harus saya akui, sebenarnya saya tidak terlalu memiliki kesiapan untuk mengikuti kompetisi ini. Sudah dua tahun lamanya saya tidak berlatih dengan guru manapun. Sebelum datang ke sini pun saya hanya sedikit saja berlatih. Akan tetapi tilawah saya tidaklah terlalu buruk, tentunya karena saya tidak memiliki ustadz secara langsung di Iran dan hanya belajar dengan Ustadz Abulqasim melalui internet. Akan tetapi saya tidak terlalu kecewa jika tak bisa meraih peringkat, karena bisa hadir dan ikut dalam kompetisi ini saja telah menjadi pengalaman yang berharga bagi saya.
Perwakilan Norwegia ini sembari mengatakan bahwa ustadz saya di Iran adalah Ustadz Abulqasim, juga menambahkan, saya berkomunikasi dengan Ustadz Abdulqashim melalui internet, dan mengirimkan suara kepada beliau juga melalui internet. Ustadz pun setelah mendengarkan suara saya lantas mengatakan apa yang positif atau negatif dari suara saya. Saya sangat senang telah memiliki ustads seperti beliau.
Mengenai perkenalannya dengan ustadz Abulqashim, ia mengatakan, saya mengenal beliau di Jerman, dan sempat belajar dari beliau.
Farid juga mengatakan bahwa penyelenggaraan kompetisi Quran bisa menambah kebersatuan di kalangan umat muslim, dan menambahkan, saya berbincang dengan rekan-rekan peserta di hotel dan berkenalan dengan mereka. Seluruh peserta baik Sunni maupun Syiah saling bersaudara. Dengan demikian, negara-negara Islam harus seperti Iran, memberikan perhatian yang besar terhadap kompetisi semacam ini sehingga terjalin kebersatuan yang lebih besar di kalangan umat Muslim. Di negara seperti Norwegia, hanya terdapat 2 markas untuk pengajaran al-quran, untuk menyebarkan Islam dan Quran, kamipun harus menyelenggarakan kompetisi seperti ini di negara-negara seperti Norwegia, supaya kita bisa menambah jumlah umat muslim, karena jumlah muslimin di Norwegia, mungkin tidak lebih dari 100 ribu orang.
Perwakilan Norwegia ini mengatakan, sangat penting bagi seorang qari untuk memahami al-Quran, karena di negara seperti tempat saya tinggal, masyarakatnya hanya memiliki pengenalan yang dangkal tentang al-Quran, dan jika mereka menanyakan tentang hal ini, saya harus mampu menjawabnya dan mengatakan tentang faidah-faidah yang dimiliki al-Quran, dan ini berarti hanya bisa membaca dan menghafal Quran saja, tidaklah cukup.
Dan tentang aktivitas-aktivitasnya di Norwegia, ia mengatakan, saat ini saya bersama beberapa teman tengah menerjemahkan al-Quran dan beberapa doa, selain juga menerjemahkan beberapa kitab agama dengan bahasa Norwegia.
Ia mengatakan, bagi saya al-quran adalah segalanya, dan merupakan jalan untuk mencapai kesempurnaan, saya berharap, suatu hari nanti seluruh masyarakat dunia akan mengarahkan pandangannya kepada al-Quran.
Mengenai kualitas penyelenggaraan kompetisi kali ini, ia mengatakan, harus saya akui bahwa ini adalah kali pertama saya ke Iran dan ikut serta dalam kompetisi al-Quran. Akan tetapi dengan baik bisa diketahui bahwa kompetisi ini memiliki kedisiplinan dan kualitas yang tinggi, karena ketika saya berbincang dengan para peserta dari negara-negara lain, mereka semua mengatakan hal-hal yang baik tentang Iran. Sebelum ini, saya pernah satu kali mengikuti kompetisi yang sama di Swedia, akan tetapi saya lebih menerima Iran.
Mengenai kesiapannya dalam kompetisi ini, Farid mengatakan, harus saya akui, sebenarnya saya tidak terlalu memiliki kesiapan untuk mengikuti kompetisi ini. Sudah dua tahun lamanya saya tidak berlatih dengan guru manapun. Sebelum datang ke sini pun saya hanya sedikit saja berlatih. Akan tetapi tilawah saya tidaklah terlalu buruk, tentunya karena saya tidak memiliki ustadz secara langsung di Iran dan hanya belajar dengan Ustadz Abulqasim melalui internet. Akan tetapi saya tidak terlalu kecewa jika tak bisa meraih peringkat, karena bisa hadir dan ikut dalam kompetisi ini saja telah menjadi pengalaman yang berharga bagi saya.
Perwakilan Norwegia ini sembari mengatakan bahwa ustadz saya di Iran adalah Ustadz Abulqasim, juga menambahkan, saya berkomunikasi dengan Ustadz Abdulqashim melalui internet, dan mengirimkan suara kepada beliau juga melalui internet. Ustadz pun setelah mendengarkan suara saya lantas mengatakan apa yang positif atau negatif dari suara saya. Saya sangat senang telah memiliki ustads seperti beliau.
Mengenai perkenalannya dengan ustadz Abulqashim, ia mengatakan, saya mengenal beliau di Jerman, dan sempat belajar dari beliau.
Farid juga mengatakan bahwa penyelenggaraan kompetisi Quran bisa menambah kebersatuan di kalangan umat muslim, dan menambahkan, saya berbincang dengan rekan-rekan peserta di hotel dan berkenalan dengan mereka. Seluruh peserta baik Sunni maupun Syiah saling bersaudara. Dengan demikian, negara-negara Islam harus seperti Iran, memberikan perhatian yang besar terhadap kompetisi semacam ini sehingga terjalin kebersatuan yang lebih besar di kalangan umat Muslim. Di negara seperti Norwegia, hanya terdapat 2 markas untuk pengajaran al-quran, untuk menyebarkan Islam dan Quran, kamipun harus menyelenggarakan kompetisi seperti ini di negara-negara seperti Norwegia, supaya kita bisa menambah jumlah umat muslim, karena jumlah muslimin di Norwegia, mungkin tidak lebih dari 100 ribu orang.
Perwakilan Norwegia ini mengatakan, sangat penting bagi seorang qari untuk memahami al-Quran, karena di negara seperti tempat saya tinggal, masyarakatnya hanya memiliki pengenalan yang dangkal tentang al-Quran, dan jika mereka menanyakan tentang hal ini, saya harus mampu menjawabnya dan mengatakan tentang faidah-faidah yang dimiliki al-Quran, dan ini berarti hanya bisa membaca dan menghafal Quran saja, tidaklah cukup.
Dan tentang aktivitas-aktivitasnya di Norwegia, ia mengatakan, saat ini saya bersama beberapa teman tengah menerjemahkan al-Quran dan beberapa doa, selain juga menerjemahkan beberapa kitab agama dengan bahasa Norwegia.
Ia mengatakan, bagi saya al-quran adalah segalanya, dan merupakan jalan untuk mencapai kesempurnaan, saya berharap, suatu hari nanti seluruh masyarakat dunia akan mengarahkan pandangannya kepada al-Quran.
Post a Comment