Header Ads

test

Khutbah Nabi Saw saat Menyambut Ramadhan

Dalam Kitab Minhaj Al-Balaghah diriwayatkan khotbah Nabi Muhammad Saw menyambut bulan Ramadhan. Seperti biasa, khotbah Nabi itu singkat tetapi menyentuh hati. Di tengah-tengah khotbah, Nabi melayani pertanyaan para sahabatnya. Khotbahnya dialogis. Rasulullah Saw menguraikan kata-kata yang sederhana, tetapi mengandung muatan makna yang dalam. Di bawah ini kita memuat lagi sebagian khotbah itu dan memberikan catatan pada bagian-bagian yang sering dilupakan kaum Muslimin.
"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.
Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Sahabat-sahabat bertanya: "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini ia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan Pekerjaan orang-orang yang di miliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memperbanyak shalawat di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan yang lain ringan Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran pada bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar la tidak akan pernah menutupkannya lagi. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonkan kepada Tuhanmu agar la tidak pernah membukanya bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka bermohonlah agar mereka tidak lagi menguasaimu.
Ali bin Abi Thalib kw berkata: `Aku berdiri dan berkata: Ya Rasul Allah, amal apa yang paling utama di bulan ini?"
Nabi menjawab: "Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga dari apa yang diharamkan Allah."
Bulan Berkah. Ramadhan adalah bulan yang menaburkan berkah. Berkah adalah kelebihan manfaat di atas manfaat yang biasa. Berkah adalah bonus Bila Rp 100.000,00 yang Anda peroleh Anda habiskan untuk berfoya-foya sendirian, uang Anda tidak mengandung berkah. Bila dengan uang yang sama Anda mengobati orang yang sakit, membayar utang orang yang berutang, memberi makan pada orang yang lapar, memberi pakaian pada orang telanjang, maka uang Anda adalah uang yang penuh berkah. Bila air minum itu selain melepaskan dahaga juga menyembuhkan sakit Anda, maka air minum itu mengandung berkah.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah karena setiap amal yang kita lakukan dilipat gandakan pahalanya. Satu nilai fardhu di bulan Ramadhan dihargai sama dengan 70 fardhu di bulan yang lain. Membaca satu ayat Al-Quran di bulan Ramadhan ini sama dengan mengkhatam Al­Quran di bulan yang lain. Bahkan seandainya orang itu hanya tidur saja dibulan ini, tidurnya dihitung sebagai ibadah. Seandainya ia hanya bernafas saja di bulan Ramadhan, nafasnya dihitung tasbih.
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Sebaliknya, sesuai dengan keadilan Ilahi, dosa yang dilakukan di bulan Ramadhan dilipatgandakan siksanya beberapa kali dosa yang dilakukan di bulan-bulan yang lain. Bahkan ketika Anda berpuasa, tetapi Anda tidak mampu menjaga diri Anda dari apa yang diharamkan Allah, Anda kehilangan semua pahala, semua berkah. ,
Bulan Rahmat. Nabi Saw menyebut bulan ini bulan rahmat (kasih sayang), karena pada bulan ini kita menajamkan kembali rasa sayang kita. Kita dianjurkan menyayangi anak yatim, karena mereka adalah anak anak yang telah kehilangan kasih sayang. Kita diperintahkan untuk mengasihi orang-orang muda, supaya mereka tidak mencari kasih sayang di tempat­-tempat yang terlarang. Kita diimbau untuk menyantuni saudara-saudara yang lemah, fakir miskin dan para pekerja yang berada di bawah tanggungan kita. Bulan Ramadhan adalah bulan solidaritas sosial. Di tengah-tengah masyarakat yang sudah gersang dengan rasa kasih, ramadhan hadir untuk meniupkan rahmat.
Pada bulan inilah anak-anak menjalin kembali kasih sayang mereka dengan orang tua mereka, pegawai mempererat hubungan persaudaraan dengan atasan mereka, dan orang-orang miskin memadu ikatan kasih mereka dengan orang-orang kaya.
Bulan Maghfirah. Pada bulan ramadhan, Allah membukakan pintu taubat dan ampunan. Pada bulan inilah kita menemukan saat yang paling tepat; ketika kita tersungkur di hadapan Allah, merintih memohonkan ampunan-Nya. Punggung kita yang telah sarat dengan dosa kita ringankan dengan memperpanjang sujud kita. Disini kita membebaskan diri kita dari pasungan dosa dengan memperbanyak istighfar.
Karena itu diantara wirid yang harus kita biasakan di bulan Ramadhan adalah istighfar: Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan Maha Mulia. Ampuni aku. Innaka ‘afuwwun karim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.
Ya Allah, jadikan puasaku di bulan ini puasa mereka yang shiyam. Dan ibadah malamku termasuk ibadah mereka yang qiyam. Bangunkan Aku dari tidurnya orang-orang yang lalai. Ampuni dosa-dosaku, wahai Tuhan Semesta Alam. Maafkan segala kesalahanku, Wahai Yang Mengampuni setiap hamba-Nya yang memohon ampunan.

(Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah, hlm 79)

No comments