Header Ads

test

Syarah Doa Bulan Rajab

Ada tiga bulan dalam Islam yang mendapat perhatian khusus; bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Banyak riwayat yang menyebutkan tentang keutamaan tiga bulan ini. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Bulan Rajab adalah bulan Allah. Tidak ada bulan yang punya kehormatan dan keutamaan sepertinya. Berperang di bulan ini hukumnya haram. Rajab adalah bulan Allah dan Sya’ban adalah bulanku, sementara bulan Ramadhan adalan bulan umatku. Barangsiapa yang berpuasa di bulan ini akan membuat Allah gembira dan kemarahan-Nya akan menjauhinya serta pintu dari pintu-pintu neraka ditutup untuknya.”
Hadis ini menunjukkan ketinggian dan keutamaan bulan Rajab. Satu dari amalan penting di bulan ini adalah membaca doa bulan Rajab setiap selesai melaksanakan shalat. Tulisan ini merupakan syarah ringkas tentang doa ini.
Teks Doa
Doa ini pertama kali dinukil dari buku Iqbal al-A’mal karya Sayid bin Thawus. Doa bulan Rajab ini dimuat pada jilid 3 buku ini, bab “Da’awatun Aakhar fi Gurrah Syahr Rajab” halaman 210-211. Lafad periwayatannya sebagai berikut:
“Wa min ad-Da’awaat Kulla Yaumin min Rajab Maa Dzakarahu al-Thiraazi aidhan fa Qaala: “Du’aun ‘Allamahu Abu Abdillah ‘alaihissalam Muhammad as-Sajjaad wa Huwa Muhammad Ibnu Dzakawan Yu’rafu bi as-Sajjaad.” Fa Qaalu: “Sajada wa Bakiya fii Sujuudihi hatta ‘Amiya.” Rawaa Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Barasi Radhiallahu ‘anhu, Qaala: Akhbaranaa al-Husainu bin Ahmad bin Syaiban, Qaala: Haddatsanaa Hamzah bin al-Qasim al-‘Alawi al-‘Abbasi, Qaala: Haddatsanaa Muhammad bin Abdullah bin ‘Imran al-Burqi, ‘an Muhammad bin Ali al-Hamadani, Qaala: Akhbrani Muhammad bin Sinan ‘an Muhammad as-Sajjad fii Haditsin Thawilin, Qaala: Qultu li Abi Abdillah ‘alaihissalam: “Ju’iltu Fidaaka, Hadzaa Rajabun. ‘Allimni fiihi Dua’an Yanfa’uniya Allah bihi.” Qaala: Faqaala lii Abu Abdillah ‘alaihissalam: “Uktub Bismillahirrahmanirrahiim, wa Qul fi Kulli Yaumin min Rajabin Shabaahan wa Masa’an wa fii A’qabi Shalawaatika fii Yaumika wa Lailatika:
Yaa Man Arjuuhu li Kulli Khair wa Aamanu Sakhathahu ‘Inda Kulli Syarr
(Wahai Zat yang diharapkan di setiap kebaikan dan mengamankan kemarahan-Nya di setiap keburukan)
Yaa Man Yu’thi al-Katsira bi al-Qalil
(Wahai Zat yang memberi sesuatu yang banyak dibanding sesuatu yang kecil)
Yaa Man Yu’thi Man Saalahu
(Wahai Zat yang memberi siapa saja yang meminta)
Yaa Man Yu’thi Man lam Yasalhu wa Man lam Ya’rifhu Tahannunan minhu wa Rahmah
(Wahai Zat yang memberi siapa saja yang tidak meminta dan tidak mengetahui-Nya lewat pemberian nikmat dan kasih sayang)
A’thinii bi Masalatii Iyyaka Jami’a Khairi ad-Dunya wa Jami’a Khairi al-Akhirah
(Berikan aku segala kebaikan dunia dan segala kebaikan akhirat)
Washrif ‘anni bi Masalatii Iyyaka Jami’a Syarri ad-Dunya wa Syarri al-Akhirah
(Jauhkan aku dari segala keburukan dunia dan keburukan akhirat)
Fa Innahu Ghairu Manqushin Maa A’thaita
(Karena sesungguhnya Engkau tidak akan berkurang setelah memberi)
Wa Zidnii min Fadhlika Yaa Kariim
(Dan tambahkan kepadaku dari keutamaan-Mu Wahai yang Maha Pemurah)

يا مَنْ اَرْجُوهُ لِكُلِّ خَيْرٍ وَ آمَنُ سَخَطَهُ عِنْدَ كُلِّ شَرٍّ
يا مَنْ يُعْطِى الْكَثيرَ بِالْقَليلِ
يا مَنْ يُعْطى مَنْ سَئَلَهُ
يا مَنْ يُعْطى مَنْ لَمْ يَسْئَلْهُ وَمَنْ لَمْ يَعْرِفْهُ تَحَنُّناً مِنْهُ وَرَحْمَةً
اَعْطِنى بِمَسْئَلَتى اِيّاكَ جَميعَ خَيْرِ الدُّنْيا وَجَميعَ خَيْرِ الاْخِرَة
وَاصْرِفْ عَنّى بِمَسْئَلَتى اِيّاكَ جَميعَ شَرِّ الدُّنْيا وَشَرِّ الاْخِرَةِ
فَاِنَّهُ غَيْرُ مَنْقُوصٍ ما اَعْطَيْتَ
وَ زِدْنى مِنْ فَضْلِكَ يا كَريمُ
Qaala: tsumma Madda Abu Abdillah ‘alaihissalam Yusraa fa Qabadha ‘ala Lihyatihi wa Da’aa bi Hadzaa ad-Du’a wa Huwa Yaluudzu bi Sababatihi al-Yumnaa tsumma Qaala: Ba’da Dzaalika:
Yaa Dzal Jalaali wa al-Ikraam
(Wahai Pemilik Keagungan dan Kemuliaan)
Yaa Dza an-Na’maai wa al-Juud
(Wahai Pemilik nikmat dan Kedermawanan)
Yaa Dzal Manni wa at-Thaul
(Wahai Pemilik bantuan dan pemberian)
Harrim Syaibatii ‘ala an-Naar
(Haramkan jenggotku dibawa ke neraka)
يا ذَاالْجَلالِ وَالاْكْرامِ
يا ذَاالنَّعْماَّءِ وَالْجُودِ
يا ذَاالْمَنِّ وَالطَّوْلِ
حَرِّمْ شَيْبَتى عَلَى النّارِ
Apa yang disebutkan at-Tiraazi juga termasuk dari doa-doa yang dibaca setiap hari di bulan Rajab. Ia berkata, “Doa yang diajarkan oleh Abu Abdillah as kepada Muhammad as-Sajjad. Namanya Muhammad bin Dzakawan yang dikenal dengan panggilan as-Sajjad.” Mereka mengatakan, “Muhammad bin Dzakawan melakukan sujud dan menangis, sehingga matanya buta.”
Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Barasi, semoga Allah meridhainya, meriwayatkan, Al-Husein bin Ahmad bin Syaiban meriwayatkan kepada kami, berkata, Hamzah bin al-Qasim al-Alawi al-Abbasi meriwayatkan kepada kami, berkata, Muhammad bin Abdullah bin ‘Imran al-Burqi meriwayatkan kepada kami dari Muhammad bin Ali al-Hamadani berkata, Muhammad bin Sinan meriwayatkan kepada kami dari Muhammad as-Sajjad, berkata, “Aku berkata kepada Abu Abdillah as, “Aku sebagai tebusanmu. Ini adalah bulan Rajab. Ajarkan aku sebuah doa yang bermanfaat kepadaku dari sisi Allah.”
Imam Shadiq as berkata, “Tulislah, Bismillahirrahmanirrahim. Bacalah doa ini di setiap hari di bulan Rajab, baik pagi maupun sore hari, dan setelah shalat baik di siang hari atau malam hari:
Yaa Man Arjuuhu li Kulli Khair wa Aamanu Sakhathahu ‘Inda Kulli Syarr
Yaa Man Yu’thi al-Katsira bi al-Qalil
Yaa Man Yu’thi Man Saalahu
Yaa Man Yu’thi Man lam Yasalhu wa Man lam Ya’rifhu Tahannunan minhu wa Rahmah
A’thinii bi Masalatii Iyyaka Jami’a Khairi ad-Dunya wa Jami’a Khairi al-Akhirah
Washrif ‘anni bi Masalatii Iyyaka Jami’a Syarri ad-Dunya wa Syarri al-Akhirah
Fa Innahu Ghairu Manqushin Maa A’thaita
Wa Zidnii min Fadhlika Yaa Kariim
Muhammad as-Sajjad berkata, “Kemudian Abu Abdillah as menggerakkan tangan kirinya memegang jenggotnya dan menggerakkan jari telunjuknya lalu berdoa:
Yaa Dzal Jalaali wa al-Ikraam
Yaa Dza an-Na’maai wa al-Juud
Yaa Dzal Manni wa at-Thaul
Harrim Syaibatii ‘ala an-Naar
Allamah Majlisi mengutip hadis ini dengan sedikit perubahan pada penjelasan doa tersebut dan bukan pada teks doa, begitu juga dengan Muhaddits al-Qommi.
Siapa Muhammad bin Dzakawan?
Perawi hadis doa bulan Ramadhan adalah Muhammad bin Dzakawan yang dikenal dengan sebutan as-Sajjad. Tapi ia termasuk perawi yang tidak begitu jelas dari sisi ilmu Rijal. Almarhum Mameqani, ahli hadis Syiah menulis, “Muhammad bin Dzakawan tidak disebut sama sekali oleh para sahabat kami ahli ilmu Rijal. Saya sendiri tidak pernah menemukan ia meriwayatkan hadis, kecuali yang diriwayatkan oleh Sayid bin Thawus di buku Iqbal al-A’mal mengenai doa bulan Rajab.”
Tapi tampaknya masih mungkin melihat Muhammad bin Dzakawan sebagai orang yang memiliki catatan hadis dengan penjelasan bahwa kemungkinan periwayat hadis ini adalah Muhammad binZiyad. Karena Muhaqqiq Ardebili dalam bukunya Jami’ al-Ruwaat menyebut Muhammad bin Ziyad dengan sebutan as-Sajjad. Muhaqqiq Ardebili mengatakan, “Muhammad bin Sinan meriwayatkan dari Muhammad bin Ziyad.” Sangat mungkin periwayat asli doa bulan Rajab ini adalah Muhammad bin Sinan sendiri dan atau Muhammad bin Zaid al-Syahham. Karena ia juga meriwayatkan doa ini dengan sedikit perubahan. Tapi kemungkinan bahwa Muhammad bin Dzakawan adalah perawi yang memiliki mushaf atau catatan hadis Muhammad bin Ziyad as-Sajjad lebih dapat diterima.
Beberapa Poin Tentang Doa Bulan Rajab
1. Bismillah tidak termasuk bagian dari doa, tapi penyebutannya termasuk dalam bab sunnah memulai setiap perbuatan dengan Basmalah.
2. Doa ini dapat dibaca setiap hari, baik siang maupun malam dan setiap selesai shalat, baik wajib atau sunnah. Anjuran ini menunjukkan betapa pentingnya doa bulan Rajab ini.
3. Kata Jami’ sebelum kata Syar pada potongan doa (Washrif ‘anni bi Masalatii Iyyaka Jami’a Syarri ad-Dunya wa Syarri al-Akhirah) ada, sekalipun hanya tertulis dalam naskah lainnya.
4. Terkait waktu menyentuh dan memegang jenggot ada dua kemungkinan; pertama sejak awal doa, dimana tangan kiri memegang jenggot. Dan maksud dari kata ad-Du’aa dalam hadis itu (wa Da’aa bi Hadzaa ad-Du’a) adalah dari awal, yaitu Yaa Man Arjuuhu... dan bukan doa yang dimulai dari Yaa Dzal Jalaali wa al-Ikraam... Kemungkinan kedua, maksud dari kata ad-Du’aa dalam hadis itu (wa Da’aa bi Hadzaa ad-Du’a) dimulai dari Yaa Dzal Jalaali wa al-Ikraam.
Allamah Majlisi menerima kemungkinan yang kedua dan tampaknya memang kemungkinan kedua inilah yang lebih benar. Hal itu dapat dikuatkan dengan akhir dari doa ini “Harrim Syaibatii ‘ala an-Naar” yang berarti Haramkan jenggotku dibawa ke neraka.
5. Dari sejumlah riwayat tentang doa bulan Rajab ini, memegang jenggot dengan tangan kiri dan menggerak-gerakkan jari telunjuk kanan merupakan kondisi yang terjadi pada diri Imam Shadiq as, dan bukan bagian dari doa bulan Rajab ini. Bila seseorang meneliti dengan seksama kandungan dua ini, tanpa terasa ia akan mengalami hal yang sama dengan yang terjadi pada diri Imam Shadiq as. Dan dalam hadis-hadis lain kita dapat menemukan beberapa kondisi lain yang dialami oleh seorang pembaca doa.
Kondisi yang dialami oleh Imam Shadiq as, sekalipun bukan bagian dari doa, tapi situasi yang dapat mempengaruhi doa lebih sempurna. Tentu saja akan muncul pertanyaan dibenak seseorang yang melihat doa ini. Bagaimana tidak, doa ini dibedakan dari kondisi biasa, kemudian berubah ketika tiba pada bagian Yaa Dzal Jalaali wa al-Ikraam dan seterusnya dengan tangan kiri memegang jenggot dan jari telunjuk kanan bergera-gerak. Mengapa seseorang harus harus melakukan doa dengan menjalankan syarat-syaratnya secara detil?
Bila kita sepakat bahwa doa ini memiliki kandungan yang luar biasa, sehingga dianjurkan untuk membacanya setiap hari; siang dan malam dan setiap selesai shalat; wajib atau sunnah, maka doa ini merupakan harta karun. Untuk meraihnya harus mengikuti segala tata caranya. Bila kita melakukannya tidak sesuai dengan tata cara yang ada, maka kita tidak akan sampai pada tujuan dari doa ini, sekalipun kita tetap mendapatkan pahala duniawi dan akhirat dari pembacaan doa ini.
Sekilas Pemaknaan Doa Rajab
Ketika kita mulai membaca doa Rajab “Yaa Man Arjuuhu li Kulli Khair” yang berarti Wahai Zat yang diharapkan di setiap kebaikan. Awal doa ini memberikan harapan kepada kita bahwa ketika tiba bulan Rajab, maka harapan kepada kita hanyalah kebaikan. Lanjuta doa pertama ini memberikan jaminan keamanan kepada manusia dari kemarahan Allah Swt, “wa Aamanu Sakhathahu ‘Inda Kulli Syarr” (dan mengamankan kemarahan-Nya di setiap keburukan). Artinya, selain hanya mengharapkan kebaikan Allah Swt di bulan Rajab, Allah sendiri telah meliburkan kemarahan-Nya kepada manusia yang ingin memanfaatkan keagungan dan keutamaan bulan ini.
Sebuah ungkapan yang dapat dikata khusus diperuntukkan hanya di bulan Rajab, dan tidak dapat ditemukan di bulan-bulan lainnya. Bagian pertama doa ini memberikan harapan kepada seluruh manusia baik yang ingin bertaubat dan menyucikan dirinya hingga mereka yang ingin meraih kesempurnaan maknawi. Bagian pertamanya memberikan harapan bahwa Allah Swt pada bulan ini hanya akan memberikan kebaikan kepada manusia dan dasarnya adalah bagian kedua bahwa di bulan Rajab manusia akan aman dari kemarahan-Nya. Sebuah kesempatan luar biasa yang diberikan kepada manusia untuk melewati bulan berikutnya dan tiba di bulan Ramadhan.
Yaa Man Yu’thi al-Katsira bi al-Qalil, harus dipahami bahwa ketika kita bermunajat kepada Allah kita tidak membawa bekal yang banyak, tapi Allah Swt akan memberikan kita sangat banyak. Begitulah Allah dengan segala kasih sayang-Nya. Allah tidak akan membiarkan kita mengetuk pintunya dan membiarkan kita berlalu tanpa memberikan sesuatu. Apa yang diberikan lebih banyak dari yang kita pikirkan, sehingga kita merasa dekat dengan-Nya.
Yaa Man Yu’thi Man Saalahu, penggalan doa ini meyakinkan kita bahwa setiap kali kita meminta kepada Allah, Dia pasti akan menjawab permintaan kita.
Sementara ungkapan “Yaa Man Yu’thi Man lam Yasalhu wa Man lam Ya’rifhu Tahannunan minhu wa Rahmah”, memberikan ketenangan kepada kita dan meyakinkan bahwa ketika tiba bulan Rajab, kita harus tahu betapa bulan ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Tapi bila suatu waktu kita lupa untuk berdoa dan mengingat Allah di hari-hari bulan ini, maka ketahuilah bahwa Allah tetap akan memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan.
Doa ini juga menjelaskan tiga kelompok manusia:
1. Man Lam Ya’rifhu, orang-orang yang tidak mengenal Allah Swt. Mereka adalah kelompok manusia pada umumnya yang dapat memanfaatkan rahmat umum Allah Swt.
2. Man Lam Yasalhu, orang-orang yang berada satu tingkat dari kelompok manusia pada umumnya yang mengetahui bulan Rajab dan memanfaatkannya, tapi terkadang mereka lupa untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah.
3. Man Saalahu, orang-orang khusus yang bermunajat dengan ikhlas kepada Allah Swt. Munajat ini membuat Allah memandang mereka dengan cara yang khusus.
A’thinii bi Masalatii Iyyaka... hingga penggalan selanjutnya Washrif ‘anni bi Masalatii Iyyaka..., membuat kita sebagai manusia tidak malu-malu lagi meminta kepada Allah Swt. Karena sebelumnya kita tahu bahwa apa saja adalah kebaikan dan Allah tidak akan marah kepada kita. Artinya, bila memang demikian kebaikan yang ada di bulan Rajab ini, maka “Berikan aku segala kebaikan dunia dan segala kebaikan akhirat”. Merasa tidak cukup dengan ini, kita tambahkan lagi, “Jauhkan aku dari segala keburukan dunia dan keburukan akhirat”.
Mengapa kita begitu berani meminta segala kebaikan dari Allah, padahal kita tahu bekal yang kita miliki sedikit? Penggalan selanjutnya menyebut alasannya, “Fa Innahu Ghairu Manqushin Maa A’thaita, (Karena sesungguhnya Engkau tidak akan berkurang setelah memberi). Gaya berdoa yang tampaknya terlihat arogan dengan meminta segala kebaikan dunia dan akhirat, tapi berakhir menjadi sebuah dialog cinta dengan mengetengahkan alasan bahwa sang Pemberi tidak akan pernah berkurang kekayaan dan kesempurnaan-Nya. Alasan ini membuat permintaan yang seakan-akan arogan itu menjadi puncak dari segala ketiadaan dan kebutuhan kita kepada Allah Swt...

No comments