Propaganda Anti Syiah untuk Alihkan Pembantaian Antar "Jihadis" Suriah
Propaganda kelompok Wahabi-Takfiri yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah yang selama ini memegavonkan permusuhan dengan pemerintah Suriah menyoroti karakter Syiah di negeri ini dan menyamakan dengan rezim Assad.
Untuk melegitimasi klaim "jihadnya", kelompok ini mencoba mengencet Syiah tidak hanya menuduhnya sebagai ajaran sesat, tetapi juga sebagai ancaman terhadap ajaran Islam murni dan ancaman terhadap keutuhan Republik Indonesia.

Retorika ini mendorong kelompok-kelompok seperti Abu Bakar Ba'asyir, Athian Ali, Abu Jibril, Ahmed Zein al-Kaf dan Bakhtiar Nasir Cs menyamakan muslim Syiah Indonesia sebagai kepanjangan dari rezim Syiah di Suriah dan lebih buruk dari orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi.
Dalam sebuah artikel pendek yang dimuat di situs http://www.voltairenet.org, Navhat Nuraniyah, peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies, menulis sebuah artikel berjudul "Syrian Conflict Fallout: Time to Contain Hate Speech in Indonesia", menyebut bahwa propaganda ini telah menghasilkan buah karya yang maha jahat.
Navhat Nuraniyah menulis, pada tahun 2011, plot mengerikan kelompok Takfiri ini terungkap dalam berbagai aktivitas mereka yang menargetkan tokoh-tokoh Syiah Indonesia dan lembaga terkait. Sementara pada tahun 2012, ribuan penduduk desa yang diprovokasi oleh Wahabi menyerang komunitas Syiah di pulau Madura dan massa Sunni menyerang sebuah pesantren di Jawa Timur.
Navhat Nuraniyah juga mengungkap, sekitar lima puluh warga Indonesia sedang berperang di Suriah yang menurutnya sangat membahayakan perdamaian sosial di Indonesia.
Islam Times melihat, apa yang dilakukan kelompok-kelompok Takfiri Wahabi dengan menyulut konflik sektarian adalah usaha mereka untuk menutupi aib dan celaka atas aksi pembantaian dan pembunuhan antar kelompok "jihadis" satu ideologi di Suriah.
Mereka yang mengklaim sebagai kelompok "Jihadis" ini sangat khawatir terhadap imbas pembantaian antar rekan satu ideologi mereka di ISIS dan Front al-Nusra di Suriah.
Sementara pada saat yang sama, potensi pembantaian ini bisa terjadi kapan saja, mengingat pendukung ISIS dan Front al-Nusra di Indonesia dalam berbagai situs sangat jelas saling serang dan saling kecam, dan bahkan masing-masing mereka mengklaim sebagai wakil Tuhan di bumi untuk menegakkan Syariah ala Wahabiyah Takfiriyah di bumi Indonesia.
Maka untuk menutupi kekhawatiran itu, beberapa pekan lalu, kelompok Takfiri ini mendeklarasikan Aliansi Nasional Anti-Syiah di Bandung, Jawa Barat pada Ahad, 20 April 2014 di markas Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) di Jalan Cijagra yang hanya dihadiri lebih dari 500 orang, menurut laporan Tempo.
http://www.islamtimes.org/
Untuk melegitimasi klaim "jihadnya", kelompok ini mencoba mengencet Syiah tidak hanya menuduhnya sebagai ajaran sesat, tetapi juga sebagai ancaman terhadap ajaran Islam murni dan ancaman terhadap keutuhan Republik Indonesia.

Retorika ini mendorong kelompok-kelompok seperti Abu Bakar Ba'asyir, Athian Ali, Abu Jibril, Ahmed Zein al-Kaf dan Bakhtiar Nasir Cs menyamakan muslim Syiah Indonesia sebagai kepanjangan dari rezim Syiah di Suriah dan lebih buruk dari orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi.
Dalam sebuah artikel pendek yang dimuat di situs http://www.voltairenet.org, Navhat Nuraniyah, peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies, menulis sebuah artikel berjudul "Syrian Conflict Fallout: Time to Contain Hate Speech in Indonesia", menyebut bahwa propaganda ini telah menghasilkan buah karya yang maha jahat.
Navhat Nuraniyah menulis, pada tahun 2011, plot mengerikan kelompok Takfiri ini terungkap dalam berbagai aktivitas mereka yang menargetkan tokoh-tokoh Syiah Indonesia dan lembaga terkait. Sementara pada tahun 2012, ribuan penduduk desa yang diprovokasi oleh Wahabi menyerang komunitas Syiah di pulau Madura dan massa Sunni menyerang sebuah pesantren di Jawa Timur.
Navhat Nuraniyah juga mengungkap, sekitar lima puluh warga Indonesia sedang berperang di Suriah yang menurutnya sangat membahayakan perdamaian sosial di Indonesia.
Islam Times melihat, apa yang dilakukan kelompok-kelompok Takfiri Wahabi dengan menyulut konflik sektarian adalah usaha mereka untuk menutupi aib dan celaka atas aksi pembantaian dan pembunuhan antar kelompok "jihadis" satu ideologi di Suriah.
Mereka yang mengklaim sebagai kelompok "Jihadis" ini sangat khawatir terhadap imbas pembantaian antar rekan satu ideologi mereka di ISIS dan Front al-Nusra di Suriah.
Sementara pada saat yang sama, potensi pembantaian ini bisa terjadi kapan saja, mengingat pendukung ISIS dan Front al-Nusra di Indonesia dalam berbagai situs sangat jelas saling serang dan saling kecam, dan bahkan masing-masing mereka mengklaim sebagai wakil Tuhan di bumi untuk menegakkan Syariah ala Wahabiyah Takfiriyah di bumi Indonesia.
Maka untuk menutupi kekhawatiran itu, beberapa pekan lalu, kelompok Takfiri ini mendeklarasikan Aliansi Nasional Anti-Syiah di Bandung, Jawa Barat pada Ahad, 20 April 2014 di markas Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) di Jalan Cijagra yang hanya dihadiri lebih dari 500 orang, menurut laporan Tempo.
http://www.islamtimes.org/
Post a Comment