Nilainya Jiwa
Jiwa itu lebih tinggi nilainya dari sutra, dosa itu lebih rendah dibandingkan dengan combro !
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah: 111)
Ketika ada transaksi ada yang menjual dan ada yang mmbeli, nah disinilah Allah berperan sebagai Musytari “Pembeli”, Mukminin sebagai Ba’i “Penjual”.
Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa harta mereka ketika ada tukar beli harus ada pengganti seperti halnya uang dan sebagainya, lalu Allah menggantinya dengan ganjaran masuk surga, disitulah nilai jiwa itu menjadi mahal karena Allah beli dengan ganjaran masuk Jannah “Surga”
Ada sebuah cerita di zaman Rasulullah saw:
Ada sepasang suami istri ketika di datangi oleh tamu seorang suami itu merasa senang, bahagia. Sedangkan istrinya sebaliknya, ketika didatangi oleh tamu istri tersebut merasa sumpek. Dan sang suami meminta pendapat dari Rasulullah saw.
Kemudian Rasulullah saw memberi pendapat: “Baiklah besok saya akan bertamu kerumah anda”. Kemudian si suami memberitahukan kabar ini kepada istrinya bahwa Rasulullah akan bertamu ke rumah kita. Di situ sang istri merasa senang karena akan kedatangan tamu Rasulullah, segera sang istri menyiapkan hidangan yang spesial untuk menyambut Rasulullah saw. Tidak lama kemudian Rasulullah datang kerumah si suami istri tersebut, si istri menyambut dengan gembiranya, dan menjamu rasulullah dengan hidangan yang telah dibuatnya. Rasulullah mengatakan kepada sang istri tersebut bahwa saya besok akan datang lagi dengan membawa sahabat 15 orang, mendengar itu sang istri itu langsung merasa kaget dan raut wajahnya langsung tidak mengenakan memasaknyapun menjadi tidak bersemangat karena mendengar berita itu, tak lama kemudian Rasulullah berpamitan pulang kemudian sang istri tersebut melihat langkah kaki dari belakang Rasulullah itu ada yang mengikuti yaitu kelajengking ular dan hewan yang menyeramkan.
Rasulullah bertanya kepada istri tersebut: apa kau melihatnya ?
Sang istri: na’am ya Rasulllah saya melihatnya.
Rasulullah: Bahwa hakikat tamu itu membawa berkah dan ketika pulangnya membawa bala dari rumah yang ditamunya tersebut.
Jangan pernah merendahkan dengan jiwa dengan hal-hal yang remeh ! misalnya: Marah, tahan...
Jiwa itu nilainya mahal, cabut sesuatu yang tidak layak ditanam dijiwa ini. Karena yang mau ditanam itu zakat puasa membaca al-qur’an , upacara malam”Tahajud” bermunajat kepada KekasihNya memohon ampun dan lain-lain yang menjadikan jiwa ini harum semerbak.
Di dalam surat Asy Syams ayat 1-6:
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا (1) وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (2) وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا (3) وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا (4) وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا (5) وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا (6
Bahwa Dalam ayat-ayat ini Allah bersumpah dengan matahari terbit atau tidak terbit sebab dia adalah benda besar yang menunjukkan atas kekuasaan yang menciptakannya dan bersumpah dengan cahayanya, karena dia adalah sumber kehidupan bagi semua yang hidup. Dengan bulan apabila mengiringinya, dengan siang apabila menampakkannya, dengan malam apabila menutupinya, dengan langit serta pembinaannya, dengan bumi serta penghamparannya dan dengan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya.
Kesemuanya itu menunjukkan atas kekuasaan Allah SWT pencipta benda-benda dan hal-hal yang luar biasa itu.
Semua isim memakai alif lam yaitu yang bermakna khusus”ma’rifat dan ketika ditanyakan “Jiwa” jangan anak-anak dulu yang ditanyakan , orang yang sudah berjanggut juga tidak memahami apa itu jiwa.
Barangsiapa yang mengenal jiwa maka akan mengenal yang merawat jiwanya .
orang gila itu adalah orang yang tidak mengenal dirinya dan tidak mengenali Allah. Jiwa itu tau mana yang baik dan mana yang buruk, sangat rugi orang yang menodai jiwanya.
Jiwa kita itu bisa positif bisa negatif bisa naik turun. Jiwa yang tenang diri yang akan menjadi berdialog dengan Allah.
Imam Ali as: akan bangga karena engkau menjadikan aku budakmu.

Post a Comment