Apakah Taqiyah sama halnya dengan Kemunafikan ???
Segelintir orang telah menjadi korban yang menyatakan artikan makna taqiyah dengan kemunafikan. Sebenarnya taqiyah dan kemunafikan adalah menyembunyikan keyakinan dan menampakan kekafiran, sedangkan kemunafikan adalah menyembunyikan kemunafikan dan menampakkan keyakinan, keduanya sangat bertentangan dalam fungsi, bentuk dan maknanya.
Quran menyatakan kemunafikan dengan ayat berikut :
" ketika mereka bertemu dengan orang - orang yang telah beriman, mereka berkata " kami telah Beriman !" tetapi tetapi ketika mereka kembali kepada setan - setan mereka, mereka berkata " saesunguhnya kami berada di pihak dan kami hanya berolok - olok terhadap mereka. ( Qs. Al- Baqarah : 14 )
Quran kemudian menyatakan taqiyah deengan ayat berikut :
Seorang mukmin dari kalangan Fir'aun, yang menyembungikan keimanan berkata. " Apakah kalian akan membunuh seseorang Karena ia mengatakan, Tuhanku adalah Allah ?"
( Qs. Al-Mu'min : 28 )
Selain itu :
Barangsiapa yang kafir setelah beriman, kecuali orang - orang ayang dipaksa sedangkan hatinya tetap beriman. Barang siapa yang teguih dalam kekafiran murka Allah menimpanya dan bagi mereka siksaan yang pedih (QS, an-Nahl : 160 )
Dan ayat lain menyatakan :
Orang - orang beriman tidak boleh memiliki orang - orang kafir dari pada orang - orang yang beriman sebagai kawan dan pelindung. Siapa yang melakukan hal itu. Putusklah hubungna antara Allah kecuali karena siasat (tat'taqu ) untuk melindungi diri ( tuqatan ) dari mereka (Qs, Ali Imran : 28)
Dan ketika Musa kembali kepada kaumnya dengan marah bercampur sedih ia berkata. " Betapa buruknya perbuatan kalian setelah aku meninggalkanmu. Apakah kalian akan mendahului urusan Tuhanmu ?" lalu ia meletakkan kepingan - kepingan batu, dan di pegangnya rambut kepala saudaranya, lalu direnggukan. Harun berkata "wahai putra Ibuku! Kaummu telah menindasku dan mereka akan membunuhnya! Janganlah engkau membuat senang musuh karena kemalanganku dan janganlah aku disamakan dengan orang - orang yang durhaka itu!
( Qs. Al-Raf : 15 )
Sekarang kita melihat bahwa Allah SWT sendiri telah berfirman bahwa salah satu hambanya yang setia menyembunyikan keyakinannya dan berpura - pura seolah ia dalah pengikut agama Fir'aun untuk menghindari diri dari penganiayaan, Kita juga melihat bahwa Nabi harum melakukan taqiyah ketika nyawanya dalam bahaya. Kita juga telah melihat bahwa taqiyah dengan nyata di perbolehkan ketika diperlukan. Sebenarnya Kitab Allah memberi perintah agar kita menghindari diri dari situasi yang menyebabkan kehancuran secara sia - sia, dan janganlah menjerumuskan dirimu ke dalam kebinasaa! (Qs. Al-Baqarah : 195 )
Alasan Logis dan Akal Sehat
Selain perintah Quran dan Hadis mengenai diperbolehkannya taqiyah, keharuskan itu juga datang dari sisi logis dan rasional. Bagi para peneliti cerdas manapun, adalah benar bahwa Allah SWT telah menganugrahkan ciptaan-nya mekanisme pertahanan khusus san nurani untuk melindungi dari dari bahaya yang mengancam. Meskipun taqiyah merupakan tingkah laku yang dipelajari. Bagaimana pun ia berasal untuk melanjutkan kelangsungan hidup yang melekat pada ciptaan. Artinya, tanpa rasa takut dan nurani untuk terus hidup, seseorang telah menyembunyikan sesuatu yang mungkin membahayakan keberadaannya.
Adalah suatu fakta bahwa seseorang dapat mengatasi takut pada dirinya . tetapi ia harus juga mengatur prioritas dan menilai kapan pernyataan kebenarannya akan menjadi tujuan yang lebih tinggi dan kapan hal itu kana tetap sama.
Apabila seseorang akan dibunuh karena ia seorang Syi'ah, menyembunyikan keyakinannya adalah hal yang sangat penting. Apabila menyembunyikan keyakinan tidak menjadi ketidakadilan bagi orang lain. Contohnya apabila kami seorang Syi'ahh, menyangkal keyakinan untuk melindungi diri, dan akibatnya, orang yang tidak berdosa di salahkan, maka kami harus mengaku, meskipun resikonya dibunuh, untuk melindungi orang itu, Tetapi apabila menyangkal kami tidak akan menjadi ketidakadilan bagi siapapun, maka kita harus menyembunyikan keyakinan untuk melindungi diri.
Mekamisme pertahana diri adalah anugrah Allah SWT krpada makhluk ciptaannya. Dan Allah tidak akan membiarkan makhluknya tidak memiliki perlindungan. Demikian juga taqiyah adalah mekanisme pertahanan diri secara natural yang terlah Allah berikan kepada Manusia. Kemampuan menggunakan lidah seseorang untuk menghindari penganiayaan tentunya merupakan satu contoh perlindungan diri.
Kita pernah membaca pada sebuah buku Sufi bahwa " islam adalah kebenaran tanpa bentuk " memang islam demikian adanya dan Islam adalah agama Allah SWT yang alami. Ini adalah kebenaran primordial, satu - satunya agama yang sesuai dengan naluri mausia dan kecendungannya. Dengan demikian taqiyah merupaka kebenaran yang tidak dapat di sangkal karena memenuhi kebutuhan nalurinya untuk kelangsungan san kesejahteraan hidup.
Penafsiran
Telah ditunjikan dalam pembahasan Rujukan kaum Sunni sebagai landasan Taqiyah bahwa seseorang diperbolehkan berbohong untuk menyelamatkan diri.
Sebagaimana yang dibenarkan Ghazali; 'diperbolehkanya mengucapkan kalimat kekafiran' seprerti yang dinyatakan Suyuthi; dan 'tersenyum kepada seseorang padahal hatimu mengutuknya seperti yang ditegaskan Buckhori; dan bahwa taqiyah versus kemunafikan, dan taqiyah di peraktikan oleh salah seorang sahabat Nabi Muhammada SAW yang paling terkenal. Ammar bin Yasin (Semoga Allah memberikan pahala yang berlimpah!), dan kita telah melihat bahwa Suruti meriwayatkan bahwa taqiyah boleh dilakukan hingga hari kiamat, dan seseorang dapat, mengatakan apapun yang ia inginkan, bahwa mencela Nabi Muhammad SAW apabila ia dalam keadaan bahaya dan keadaan mengancam, dan kita telah melihat bahwa Nabi Muhammad sendiri melakukan taqiyah dengan cara taqiyah dengan maksud menjalin hubungan yang baik antar umat. Selain itu, nabi Muhammad SAW tidak menyatakan misinya pada tiga tahun pertama kenabiannya, yang, sebenarnya, merupakan cara taqiyah lainya untuk menyelamatkan Islam ayng masih muda dari kehancuran.
Sekarang, pertanyaan kepada yang menentang kami adalah: Apabila sebagian besar kitab - kitab shahih anda secara eksplitis menganjurkan taqiyah , seperti yang telah di tunjukan, mengapa anda mengolok - olok kaum Syi 'ah dan menuduhnya sebagai orang munafik ? Demi allah SWT, siap yang munafik sekarang?
Sekarang jelas bahwa tidak ada perbedaan antara kaum Sunni dan Syi'ah mengenai taqiyaha, kecuali bahwa kaum Syi'ah melakukan taqiyah karena takut dianianya, sedangkan kaum Sunni tidak.
Kau Syi'ah harus bertaqiyah sebagai bagian dari penganiayaan yang telah mereka derita sejak pertama wafatnya karunia Semesta Alam, Muhammad SAW. Cukuplah mengatakan " Aku adalah seorang Syi'ah!" dan kepala anda di penggal bahkan saat ini di Negara - Negara seperti Saudi Arabia, mengenai kaum Sunni mereka tidak pernah melakukan apa yang di lakukan Syi'ah karena mereka selalu menjadi teman dari pemerintahan yang disebut pemerintahan Islam berabad - abad lamanya.
Komentar kami adalah bahwa kaum Wahabi sendiri melakukan taqiyah tetapi secara psikologis mereka telah diprogram oleh para pemimpin mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak mengenali taqiyah ketika mereka melakukannya. Ahmad Deedat berkata kepada umat kristiani telah diprogram sedemikian rupa sehingga mereka membaca kitab injil berjuta - juta kali tetapi mereka tidak pernah melakukan kesalahan! Mereka tetap menyakininya Karena para ulama mereka mengatakan demikian dan mereka membacanya pada permukaannya saja. Kami menyatakan hal ini juga terjadi terhadap orang - orang yang menentang taqiyah.
Dr. Tijani menulis peristiwa singkat saat di duduk bersebelahan dengan seorang ulama Sunni di kapal terbang ketika menuju London., keduanya akan menghadiri Konfrensi Islam, pada saat itu, ketegangan masih terasa karena persolan Salman Rusdie. Percakapan keduanya, mengalir membicarakan persatuan persatuan umat. Selanjutnya persoalan Sunni dan Syi'ah pun mengemukakan sebagai bagian dari percakapan itu. Ulama Sunni bertanya " kaum Syi'ah harus melepaskan keyakinan dan kepercayaan tertentu yang menyebabkan perpecahan dan permusuhan di kalangan umat muslimin!" Dr. Tijani bertanya " Seperti apa ?" Ulama Sunni itu menjawab " Seperti gagasan taqiyah dan mut'ah"
Dr. Tijani segera memberikan banyak bukti dalam mendukung pernyataan ini tetapi imat Sunni tidak percaya. Ia berkata meskipun semua bukti tersebut semuanya shahih dan benar, kita harus membuang hadis - hadis itu demi persatuan umat. Ketika mereka tiba di London, petugas imigran bertanya kepada ulama Sunni " apa tujuan kedatangan anda, Tuan ?" Ulama Sunni menjawab " Berobat !" Kemudian Dr. Rijani ditanya dengan pertanyaan yang sama, dan ia menjawab " mengunjungi teman " Dr. Tijani berjalan disamping ulama Sunni itu dan berkata " Bukannya benar kalau taqiyah dilakukan di sepanjang waktu dan untuk semua keadaan?" Ulama Sunni berkata " bagaimana bisa ?" Dr. Tijani menjawab " Karena kita berdua berdusta kepada pihak bandara, aku mengatakan bahwa kau akan mengunjungi teman dan engkau berkata akan 'berobat'. Padahal kita kemari untuk menghadiri Konfrensi Islam", Ulama Sunni tersenyum Bukannya Konfrensi Islam memberi penyembuh pada jiwa ?" Dr. Tijani langsung membalas,' Dan bukankah juga memberi kesempatan kita untuk bertemu teman?".
Anda lihat bahwa kaum Sunni mempraktekkan taqiyah, baik mereka mengakui pernyataannya ataupun tidak. Taqiyah merupakan bagian pembawaan fitnah manusia untuk menyelamatkan diri, dan kita sering melakukannya tanpa kita sadari.
Komentar kami mengenai hal ini adalah; siapakah dengan nama Allah SWT, ulama ini yang menyatakan bahwa meskipun banyak bukti diberikan kepadanya oleh Dr. Tijani semuanya shahih. Bukti - bukti itu harus disingkirkan dari kesatuan umat? Apakah anda benar - benar yakin bahwa umat akan bersatu dengan menyingkirkan perintah Allah? Apakah pertanyaan di atas memperlihatkan bahwa keutamaan pendidikan atau ungkapan lidah semata, kemasan bodohan dan kemunafikan ulama tersebut? Apakah kata - kata ulama yang menyatakan kata-kata ketidak pedulian tersebut pantas ditaati dan didengar? Siapakah dia, yang menyatakan kepada Allah, pencipta alam semesta, dan kepada Rasulullah SAW tentang yang benar dan yang salah? Apakah ia lebih mengetahui dari pada Allah SWT mengenai taqiyah? Yang maha tinggi Allah dari ketercelaan yang berasal dari mereka yang tidak sempurna akalnya untuk mengenali agama-Nya.
Imam Ja'far Shadiq berkata " Taqiyah adalah agamaku, dan agama nenek moyangku!" Imam juga berkata, " barang siapa yang tidak melakukan taqiyah berarti ia tidak menjalankan agamanya!".
Kesimpulannya, kami sekali lagi mengajak anda untuk memahami apa yang kami nyatakan pada diskusi ini. Kaum Syi'ah adalah umat Islam, tidak ada keraguan tentang hal ini. Pikirkanlah dan buktikanlah apa yang kami nyatakan di sini! Lebih baik lagi, ingatkah semua ini dan temuilah ulama yang paling anda percaya! Mintalah ia untuk menyangkal apa yang di klaim kaum Syi'ah dan nilailah apa dia jujur atau tidak! Ingatlah, janganlah sampai ada kebingungan dalam beragama! Kebenaran sangat jauh dari kesalahan; barang siapa yang menolak taghut dan beriman kepada Allah, maka ia telah mendapatkan pegangan yang kuat, yang tidak akan hancur ( Qs. Al- Bagarah : 256)
Komentar Lain mengenai Taqiyah
Seorang penanya dari mazhab menyatakan " taqiyah artinya berpura - pura melakukan atau mengatakan sesuatu yang benar - benar bertentangan dengan keyakinan atau perasaan. "
Ini bukan definisi yang benar. Taqiyah tidak semata - mata sesuatu yang benar - benar bertentangan, meskipun untuk beberapa hal, memang dimiliki taqiyah adalah menyembunyikan keyakinan, Anda mungkin ingin menyegarkan ingatan dengan membaca artikel kami. Dimana kami menyatakan definisi taqiyah sebagai menyembunyikan atau menutupi keimanan, keyakinan, pemikiran, perasaan, pendapat dan/atau strategi pada saat terancam bahaya laten, baik ini atau nanti, untuk menyelamatkan diri dari penganiayaan secara fisik dan atau mental.
Kami tidak memiliki hadis shahih yang menyatakan anda dapat bertaqiyah tanpa ada bahaya yang sedang mengancam. Jika anda berfikir sebaliknya, kutiplah hadis secara eksplisit menyatakan demikian! Ini adalah semua penafsiran guru anda dari hadis - hadis itu. Tidak ada hadis yang secara eksplisit guru anda dari hadis - hadis itu. Tidak ada yang secara eksplisit menyatakan demikian.
Keadaan bahaya mungkin ada saat itu atau saat yang akan datang. Selain itu, keadaan bahaya bisa terjadi pada anda atau pada orang lain yang berhubungan dengan anda hal demikian, Imam mungkin akan menyembunyikan beberapa informasi dari pada pengikutnya sendiri, jika ia mengetahui bahwa apabila mereka melakukan hal itu mereka akan terperangkap ke tangan penguasa. Sebenarnya, kami telah melihat beberapa orang Wahabi mengolok - olok Syi'ah dalam konsep taqiyah ini dengan merujuk dalam Ushul al-Kafi dan mengutip sebagian hadisnya di luar konteks untuk menyalah artikan konsep taqiyah bagi saudara Sunni. Hadis yang benar dari hadis yang mereka rujuk adalah sebagai berikut :
Ushul al-kafi hadis 195; Zurarah berkata.
"Saya menanyakan sesuatu kepada Abu Ja'far dan Imam menjawabnya. Setelah itu ada orang lain yang menemui Imam memberi jawaban yang berbeda. Kemudian orang ketiga datang dan menanyakan hal yang sama. Imam memberi jawaban yang masih berbeda dari pada jawaban yang diberikan kepadaku dan kepada orang kedua. Setelah keduanya telah pergi, saya berkata " wahai putra nabi! Dua orang pengikutmu berasal dari Iraq bertanya padamu dan engkau memberi jawaban yang berbeda." Mendengar hai ini, Imam menjawab " Wahai Zurarah! Kedua jawaban yang berbeda itu adalah demi kepentingan kita dan mereka memberikan sumbangsih bagi stabilitas kami berdua (aku dan pengikutku). (pada kondisi - kondisi bahaya) jika kalian semua bersatu, hal ini akan memudahkan orang - orang itu, (para musuh dan penguasa) membenarkan ketaatan kalian kepada kami dan hal ini akan membahayakan diri kalian dan memperpendek hidup kalian (Syi'ah) juga hidup kita."
Kami telah melihat bahwa orang - orang Wahabi ini mengutip bagian pertama hadis tersebut dan mengabaikan penjelasan Imam untuk menunjukan bahwa Imam melakukan taqiyah kepada para pengikutnya tanpa alasan. Dari hadis tersebut, tidak jelas apa sebenarnya pertanyaan dari pada pengikut Imam itu. Bagaimanapun penjelasan Imam pada bagian akhir menyiratkan bahwa pertanyaan tersebut berkaitan dengan tindakan sosial dan politik yang digunakan penguasa saat itu untuk mengenali dan menjebak kaum Syi'ah. Untuk inilah sebenarnya taqiyah digunakan. Perhatikan bahwa Imam memberi penekanan bahwa ia tengah menyelamatkan nyawa para pengikutnya dan Ahlulbait!
Contoh lain dijelaskan oleh hadis lain; Imam ikut serta dalam shalat jenazah seorang pegawai pemerintahan Umayah yang munafik untuk mengecoh penguasa yang akan mengurangi penganiayaan terhadap Nabi Muhammad. Pernahkan anda berfikir mengapa Nabi taqiyah dan tidak mengutarakan misinya pada tiga tahun pertama kenabian? Karena apabila demikian, Islam sudah akan dihancurkan sejak awal. Tujuan utama taqiyah adalah menjaga Islam dan Mazhab pemikiran Syi'ah apabila mereka tidak terpaksa taqiyah, mazhab kami telah dihancurkan. Apabila Nabi Muhammad taqiyah pada tiga tahun kenabian dan menyembunyikan misinya, lalu mengapa kaum Syi'ah tidak boleh melakukan taqiyah untuk menghindari diri dari penganiayaan oleh pemerintahan yang disebut sebagai pemerintahan Islam? Apakah Nabi seorang pengecut? Atau apakah ia ingin menjaga Islam dari kehancuran?
Mengenai hal ini pula, kami akan memberikan contoh lain kepada anda dari rosul lain yang menyembunyikan keyakinannya. Quran mengatakan, atas perintah Allah. Musa menunjuk harun sebagai penggantinya (pemimpin) dan menyerahkan umat kepadanya untuk berangkat ke Miqqat (bertemu dengn Allah) selama empat puluh hari. Setelah Musa pergi, seluruh sahabatnya kecuali sedikit dari mereka berbalik melawan harun. Mereka diperdaya oleh Samiri, dan menjadi penyembah sapi emas (lihat Qs. Al-A'raf : 142 Thaha : 85-98).
Sepulangnya Musa dari Miqat, ia sangat murka karena Allah memberitahunya bahwa umatnya telah sesaat ketika ia pergi. Musa tiba dan mulai menghujani pertanyaan kepada saudaranya, Harun. Mengapa ia tidak mengambil tindakan untuk mencegah kehancuran ini, Quran menyatakan bahwa Nabi Harun menjawab " wahai Musa, umat telah menindasmu dan mereka berusaha membunuhku. "
Apabila anda yakin bahwa Harun adalah nabi Allah, anda tidak akan menyebutnya seorang pengecut. Atau anda berpikir bahwa Harun adalah seorang Syi'ah? Sebenarnya ia adalah seorang Syi'ah (pengikut) Nabi Musa. Tugasnya menyelamatkan diri meskipun nampaknya kaum Wahabi berpikir bahwa seharusnya ia membunuh dirinya sendiri.
Sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah mengenai surat Ali Imran ayat 28, taqiyah dapat diterapkan kepada seorang non-Muslim hanya kepada sesama Muslim.
Seseorang yang disebut muslim yang menganiaya orang tak berdosa, tidak lebih baik orang yang non -Muslim. Apabila anda berkeliling dunia, mengunjungi Negara Arab Saudi, Iraq, Afganistan mayoritas orang - orang yang menganiaya umat Muslim menyebut dirinya Muslim juga. Juga, apabila anda melihat sejarah, mayoritas penguasa muslim yang menyebut dirinya orang Islam dan sebagai khalifah, adalah para penindas dan para tiran (seperti khalifah Umayah dan Abbasiyyah). Apakan anda menyarankan bahwa kami sebaiknya tidak menyelamatkan nyawa kami dari orang - orang zalim yang menanamkan dirinya sebagai umat Islam?
Selain itu, dengan pernyataan di atas, Ibnu Taimiyah tidak menganggap hadis shahih Muslim sebagai hadis yang shahih atau Ibnu Taimiyah telah menyangkal kesaksian Nabi Muhammad SAW. Bahkan Nabi Muhammad sendiripun melakukan taqiyah dalam bentuk diplomasi sebagai usaha untuk meningkatkan hubungan yang baik dengan masyatakat. Dalam shahih Muslim disebutkan hadis tentang kasus dimana ada pertengkaran antara dua orang Muslim sedemukian rupa sehingga dianggap sebagai bahaya yang besar, dan apabila usaha untuk mendamaikan mereka tidak berhasil, diperbolehkan untuk memutar balikan ucapan untuk mendamaikan mereka. Anda lihat, selalu ada kondisi bahaya dalam taqiyah. Contohnya, bahaya perceraian sepasang suami isteri yang bertengkar.
Seorang Sunni mengatakan: Surat an-Nahl ayat 106 hanya dapat di terapkan dalam ketika seorang muslim menghadapi situasi yang sama dengan situasi yang dihadapi Ammar bin Yasir, saat ia harus memilih antara mati dibawah penyiksaan seperti kedua orang tuanya atau berpura - pura menjadi orang kafir melalui mulut saja. Kasus ini aturan mati dibawah penyiksaan seperti mulut saja. Kasus ini bukan aturan dasar tetapi hanya kekecualian.
Kami menjawab: itulah aturan dasarnya! Apabila tidak, Allah tidak akan menyebutnya dibanyak surat salam Quran. Apabila seorang Muslim tidak terancam bahaya, ia tidak boleh taqiyah. Sebagaimana kami tidak taqiyah saat ini, tetapi sekiranya kami berada di Negara seperti Arab Saudi yang bisa mengancam jiwa, kami harus melakukannya.
Seorang Sunni mengatakan : Apabila seseorang, menganggap bahwa berdusta tentang Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslim untuk mencapai tujuan yang tidak jelas dan sesat adalah bagian penting dari keyakinannya. Apakah kita dapat mempercayainya? Dalam surat Ali Imram ayat 28 bukan hanya sebuah kekecualian yang dibatasai. Taqiyah tidak hanya dilarang dilakukan kepada kaum Muslimin, tetapi juga tidak dibenarkan berdusta kepada orang lain. Artinya, apabila anda menantang prilaku tertentu dan anda berada pada situasi dimana pengutukan dapat membahayakan Islam atau umat Islam, anda dapat berdiam diri tetapi anda tidak boleh berdusta.15
Kami menjawab; Ucapan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Katsir bertentangan dengan firman Allah, barang kali yang mengucapkan kekafiran, setelah ia beriman kepada Allah, kecuali dalam keterpaksaan, sedang hatinya tetap beriman ( Qs. An-nahl : 106 ). Seperti yang anda lihat, Quran menyatakan, mengucapkan kekafiran ". Hal ini tidak berarti berdiam diri. "Mengucapkan" artinya berkata atau melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan keyakinan, Dusta apa yang lebih besar dari pada mengucapkan kekafiran? Selain itu juga apabila sebagian besar koleksi hadis Sunni yang Shahih seperti Bukhari dan Muslim mengajikan taqiyah, lalu mengapa kaum Wahabi bersikukuh sebaliknya? Bukankah ini merupakan anda kemunafikan itu sendiri?
Post a Comment