Header Ads

test

Kedutaan Besar AS di Turki, Markas Besar Operasi ISIS di Irak

"Siapa sebenarnya pihak yang menekan Obama? Saya tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan kepada Obama. Saya menduga, Kerry tahu itu. Lebih penting lagi, dari mana pesan itu datang: Kissinger, Scowcroft, Nuland, klan Keagan, Stavridis, Petreaus, Riccardione, dan kerumunan neo-con dalam Dewan (Atlantik)...."

Pembantaian warga sipil oleh ISIS di Irak

 Seorang "sumber terpercaya" yang dekat dengan multi-miliarder dan mantan PM Lebanon berdarah Arab Saudi-Libanon, Saad Hariri, mengatakan dalam kondisi anonim, bahwa lampu hijau terakhir untuk perang di Irak bagi brigade ISIS diberikan di balik pintu tertutup, di sela-sela KTT Energi Dewan Atlantik di Istanbul, Turki, pada 22-23 November 2013.

Dewan Atlantik (Atlantic Council) adalah salah satu think tank AS yang paling berpengaruh sekaitan dengan kebijakan luar negeri dan geopolitik AS dan NATO. Presiden Dewan Atlantik, Frederick Kempe, menekankan pentingnya KTT Energi dan situasi di Timur Tengah sebelum pertemuan puncak pada bulan November, seraya mengatakan,

"Kami melihat periode saat ini sebagai titik balik, seperti tahun 1918 dan 1945. Turki dalam segala hal adalah negara sentral, pencipta stabilitas regional. Sebanyak Amerika Serikat dan Turki dapat bekerja bersama-sama, sebanyak itu pula efektivitasnya. "

KTT itu, antara lain, dihadiri Presiden Turki Abdullah Gül, Menteri Energi AS Ernst Monitz, Presiden Dewan Atlantik Frederick Kempe, mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, dan mantan Penasihat Keamanan Nasional AS Brent Scowcroft.

Perlu dicatat bahwa Scowcroft memiliki kedekatan sejak lama dengan Henry Kissinger dan Menteri Sumber Daya Alam di wilayah utara Irak yang dikuasai suku Kurdi.

"Jika saja Baghdad lebih kooperatif sekaitan dengan ladang minyak Suriah di Deir Ez-Zor-pada awal 2013 dan otonomi untuk wilayah Utara (yang didominasi suku Kurdi Irak), mereka barangkali tidak akan berbalik melawan al-Maliki. Atau ia kemungkinan akan diberi lebih banyak waktu," kata orang dekat Hariri itu dalam percakapan selama hampir dua jam tersebut.

Pada Maret 2013, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuntut Irak "menghentikan aliran senjata ke Suriah", sementara senjata AS mengalir ke ISIS via Arab Saudi ke Irak dan Yordania.

Pada Senin 22 April, 2013, 27 dari 28 menteri luar negeri uni eropa sepakat untuk mencabut larangan impor minyak Suriah dari wilayah yang dikuasai pemberontak sehingga memungkinkan "pihak oposisi" membiayai sendiri sebagian kampanye (pemberontakannya).

"ISIS lah yang diharapkan mengendalikan (daerah sekitar) Deir Ez-Zor. (Menteri Energi Turki Taner) Yildiz dan (Menteri Energi Kurdish Ashti) Hawrami bertugad untuk memastikan minyak dapat mengalir melalui (pipa) Kirkuk - Ceyhan; ... Ankara menempatkan al-Maliki di bawah banyak tekanan seputar otonomi Kurdi dan minyak. Terlalu banyak tekanan, terlalu dini, jika Anda menanyakannya kepada saya," kata sumber itu. Ia menambahkan bahwa tekanan itu telah menjadi bumerang.

Laporan sebelumnya mengkonfirmasi bahwa Baghdad mulai mencegat senjata dan gerilyawan di sepanjang perbatasan Irak- Arab Saud , memotong jalur pasokan penting bagi brigade ISIS sekitar Deir Ez-Zor, dan bahwa al-Maliki mulai mengeluhkan upaya yang didukung Saudi-Qatar untuk menumbangkan negara Irak sejak akhir 2012. Memperhatikan komentar saya, ia menjawab,

"Itu benar, namun peningkatan serangan besar-besaran terjadi pada Mei-Juni 2013 setelah al-Maliki memerintahkan militer [bergerak] ke al-Anbar."

Sebuah artikel yang pernah dimuat nsnbc menjelaskan tentang bagaimana blokade Baghdad menimbulkan masalah di Yordania, lantaran banyak pengangkutan senjata, pejuang, dan amunisi harus dialihkan melalui Yordania.

Orang dekat Hariri itu menambahkan bahwa ladang minyak seharusnya berada di bawah kendali ISIS pada bulan Agustus 2013. Namun rencana itu gagal dikarenakan dua alasan. Inggris menarik dukungannya terhadap [rencana] mengebom Suriah sehingga pada gilirannya memungkinkan tentara Suriah mengusir ISIS dan Front al-Nusrah dari Deir Ez-Zor pada bulan Agustus tersebut.

"Situasi ini berubah bencana karena pada bulan Juni, Hariri, Yidiz, Hawrami, Scowcroft, dan semua pihak siap membicarakan tentang bagaimana membagi minyak antara AS, Turki, dan Uni Eropa. KTT pada bulan November itu harus ditangani dengan fait accompli," ujar sumber yang dekat dengan Hariri itu menekankan. Ia menambahkan bahwa rezim Washington menodongkan pistol ke kepala al-Maliki saat diundang ke Gedung Putih.

Presiden wilayah Kurdi di Irak, Masoud Barzani dan PM Irak Nouri al-Maliki diundang ke Washington pada awal November 2013.

"Lingkaran tertentu di Washington memberi banyak tekanan pada Obama untuk menodongkan pistol ke kepala al-Maliki," kata sumber yang dekat dengan Hariri itu, seraya menambahkan bahwa "waktu sudah hampir habis dan Obama masih ragu-ragu". Ketika ditanya, apa yang dimaksud dengan "waktu sudah hampir habis" dan jika bersedia mengungkapkan siapa yang menekan Obama, ia berkata,

"Barzani kehilangan cengkeramannya di Utara (Irak Kurdi); pemilihan (bulan September) adalah kemunduran. Semua rencana untuk mendistribusikan minyak Irak melalui Turki dan meminggirkan Baghdad diatur di antara Kirkuk dan Ankara pada awal November...."

"Siapa sebenarnya pihak yang menekan Obama? Saya tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan kepada Obama. Saya menduga, Kerry tahu itu. Lebih penting lagi, dari mana pesan itu datang: Kissinger, Scowcroft, Nuland, klan Keagan, Stavridis, Petreaus, Riccardione, dan kerumunan neo-con dalam Dewan (Atlantik)...."

"Sejauh yang saya tahu, 'seseorang` mengatakan kepada Obama bahwa ia lebih baik menekan al-Maliki untuk datang bersama pihak otonomi Kurdi pada bulan November atau selainnya. Siapa sebenarnya yang telah 'menyarankan' Obama, tidaklah sepenting fakta bahwa orang-orang itu membiarkannya tahu bahwa mereka akan terus meulenggang, baik dengan maupun tanpa melibatkannya."

Saat ditanya, apakah ia mengetahu rincian tentang bagaimana lampu hijau terakhir untuk kampanye ISIS itu diberikan, ia berkata,

"Di balik pintu tertutup, di hadapan Scowcroft, Hariri, dan beberapa orang lainnya." Untuk pertanyaan "jika ia bisa lebih spesifik", ia menjawab, "Bisa saja; [tapi] Anda tahu, saya ingin tetap hidup; Riccardione ditugasikan beroperasi pada hari itu."

Saat diminta mengonfirmasi keterlibatan seorang anggota terkemuka keluarga kerajaan Arab Saudi, Pangeran Abdul Rachman al-Faisal yang dikabarkan telah dinobatkan sebagai salah satu "komandan" brigade ISIS, ia pun mengangguk.

Seraya itu, ia menambahkan bahwa "Sang Pangeran" bertanggung jawab untuk membiayai operasi dan terlibat dalam struktur komando. Namun demikian, markas operasi tersebut adalah Kedutaan Besar AS di Ankara, Turki.

No comments