Eskalasi Krisis Internal di Israel
Rezim Zionis Israel saat ini tengah dilanda krisis internal khususnya di sektor ekonomi dan sosial. Berbagai data menunjukkan tingkat kesejahteraan yang diberikan rezim ini kepada warganya bila di banding dengan seluruh anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development) merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.
Berawal tahun 1948 dengan nama Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi Eropa (OEEC - Organisation for European Economic Co-operation), dipimpin oleh Robert Marjolin dari Perancis, untuk membantu menjalankan Marshall Plan, untuk rekonstruksi Eropa setelah Perang Dunia II. Kemudian, keanggotaannya merambah negara-negara non-Eropa, dan tahun 1961, dibentuk kembali menjadi OECD oleh Konvensi tentang Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi.
Adapun Rezim Zionis Israel menjadi anggota OECD sekitar empat tahun lalu. Dalam hal ini, Bloomberg menjelaskan, Israel di antara 34 negara anggota OECD tercatat sebagai anggota tingkat kemiskinan warganya paling tinggi. Bloomberg menekankan Israel dari segi ketimpangan pendapatan warga berada di urutan kelima anggota OECD dan hal ini mengakibatkan anjlognya rating ekonomi Israel.
Bloomberg mengingatkan, selain kendala ekonomi besar yang dihadapi warga Zionis, melebarnya diskriminasi di tengah masyarakat Zionis kian menambah ketidakpuasan mereka. Sementara di sisi sosial, masyarakat Zionis mengalami kondisi yang sangat parah dan data menunjukkan tingginya pencandu narkotika, aksi kriminal dan kejahatan di tengah masyarakat kian membuka mata masyarakat internasional bahwa masyarakat Israel adalah sebuah masyarakat yang rusak serta tidak aman.
Tingkat pemakaian obat-obatan terlarang di antara remaja dan pemuda Israel dalam beberapa tahun lalu, khususnya sejak 2007 meningkat drastis. Dalam hal ini, Israel menempati posisi kedua dalam konsumsi narkotika di dunia bagi remaja usia 15-17 tahun setelah Ukraina.
Saat ini lebih dari 320 ribu warga Zionis yang hidup di bumi pendudukan Palestina menjadi pecandu narkotika. Sebelumnya Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa urusan Narkotika dan Kejahatan (UNODC) dalam laporannya menyebut Israel sebagai kutub internasional penyelundupan kokain.
Padahal Israel di bidang kerusakan moral dan sosial juga menyalip Barat. Sampai-sampai berbagai pusat Zionis di bumi pendudukan Palestina termasuk Tel Aviv disebut sebagai surga bagi perilaku seks menyimpang termasuk hubungan sesama jenis.
Rata-rata tingkat kejahatan dan kriminal di Israel lebih tinggi dari negara-negara Barat yang menjadi teladan demokrasi Tel Aviv. Para sosiolog pun meyakini adanya undang-undang rimba di tengah masyarakat Israel. Jaringan penyelundupan narkotika, perdagangan manusia, pencurian bersenjata, kekerasan individu dan kelompok menjadi pemandangan sehari-hari di Israel.
Pengamat mengemukakan beragam faktor atas penyakit yang diidap masyarakat Zionis. Tidak adanya nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat Israel, maraknya pendidikan kekerasan, iklim keamanan yang tidak mendukung, kebijakan haus perang Israel yang secara praktis membuat warga Zionis senantiasa hidup dalam ketakutan serta tidak adanya kongruensi dalam masyarakat Israel membuat masyarakat rezim ilegal ini sejak awal terbentuk tercatat sebagai masyarakat yang tidak sehat.
Tak dapat dipungkiri bahwa berbagai krisis yang membelit Israel seperti maraknya praktek korupsi, kejahatan, masyarakat yang tercemar dan diskriminasi kian menguak citra jelek Tel Aviv yang rasis.
Post a Comment