Resep Imam Ali untuk Menggapai Kesabaran
Salah satu wasiat Imam Ali bin Abi Thalib as kepada seluruh umat manusia adalah kesabaran.
Dalam sebuah hadis, Imam Ali as berkata, “Berbekallah kesabaran, karena kesabaran sehubungan dengan iman adalah seperti kepala untuk jasad. Tiada kebaikan bagi jasad yang tiada berkepala dan begitu pula bagi iman tanpa kesabaran.”
Salah satu musibah yang kita miliki sekarang ini adalah kesulitan kita memahami maksud ucapan para manusia sui as dan bahkan pemahaman semacam ini dibayangi oleh pengetahuan-pengetahuan yang pernah melengket dalam benak kita. Sebagian dari kita mungkin memahami kesabaran seperti ini:
Seseorang hanya duduk diam di sebuah pojokan dan hanya menanti sesuatu terjadi.
Jenis pemahaman seperti ini tidak sedikit kita miliki sehubungan dengan terminologi-terminologi etika yang kita miliki.
Hal ini tentu bertentangan dengan sikap para ulama besar dan apa yang bisa disimpulkan dari ajaran al-Quran. Apakah Rasulullah saw dan Amirul Mukminin Ali as yang merupakan manifestasi kesabaran yang teragung memiliki pemahaman seperti ini?
Para pembesar dan figur agama kita, sekalipun dikenal sebagai para figur penyabar, tetap masih aktif di ranah sosial.
Pendaki Gunung Berhasil Lantaran Sabar
Para pendaki gunung, sebagai contoh, bergerak dari rumah pagi hari. Untuk sampai ke puncak gunung yang dituju, mereka memerlukan waktu sekitar 8 jam. Di samping harus melintasi setiap aral yang melintang satu per satu, mereka tetap membekali diri dengan kesabaran. Mereka tetap sabar selama 8 jam sehingga bisa sampai ke puncak gunung. Jika mereka tidak sabar, sudah pasti mereka kalah.
Contoh lain adalah seorang mahasiswa yang ingin menjadi seorang ahli di sebuah jurusan. Untuk menjadi seorang ahli di jurusan ini, ia harus belajar selama 4 tahun. Selama waktu 4 tahun ini, ia tentu tidak duduk santai tanpa belajar dan aktifitas studi apapun. Tetapi ia harus mengikuti kuliah dan melewati aneka jenis ujian di setiap semester sehingga akhirnya bisa meluluskan jurusan yang diinginkan. Selama 4 tahun ini, ia tetap berbekal kesabaran.
Dengan demikian, sangat keliru apabila kita mengartikan kesabaran dengan kita duduk di sebuah pojok rumah tanpa aktifitas apapun dan menunggu seluruh urusan kita terselesaikan dengan sendirinya.
Kesabaran adalah Keselematan
Bagaimana Imam Ali as memandang kesabaran dalam kitab Nahj al-Balaghah?
Dalam hikmah nomor 189, Imam Ali as berkata, “Barang siapa tidak diselematkan oleh kesabaran, maka ia pasti dibinasakan oleh ketidaksabaran.” Kesabaran bisa membuahkan, tetapi ketidaksabaran bisa membinasakan. Pohon-pohon yang bisa bertahan pada musim semi dan panas pasti bisa bertahan hingga musim semi. Barang siapa bisa bertahan melawan setiap kesulitan, maka ia pasti bisa menggapai kebahagiaan dan kelapangan. Barang siapa bisa melintasi jurang, maka ia pasti bisa sampai ke puncak.
Untuk itu, Imam Ali as dalam hikmah nomor 153 berkata, “Penyabar tidak akan pernah kehilangan kemenangan sekalipun masa harus berjalan panjang.”
Inilah rahasia kemenangan yang selalu diimpikan oleh seorang Ilahi. Ia tidak pernah menjadikan masa sebagai landasan berpikir. Ia mengetahui, sekalipun musim panas berjalan lama, musim semi pasti akan tiba.
Berpura-pura Penyabar
Dalam kitab Nahj al-Balaghah, Imam Ali as juga memberikan resep bagaimana kita bisa menggapai kesabaran ini?
Dalam resep yang tercantum dalam hikmah nomor 207, Imam Ali as berkata, “Jika engkau bukan seorang penyabar, maka berpura-puralah menjadi penyabar, karena sangat sedikit seseorang menyerupakan diri dengan suatu kaum kecuali ia pasti menjadi seperti mereka.”
Ajaran agama melarang kita untuk senantiasa duduk bersama orang-orang baik dan menghindari orang-orang buruk. Hal ini lantaran duduk bersama seperti ini pasti memiliki pengaruh yang tidak bisa dihindari. Barang siapa pergi ke laut, maka ia pasti basah sekalipun enggan berlayar. Barang siapa mengunjungi sebuah taman bunga, maka sudah pasti ia akan mencium harum sekalipun ia tidak berubah menjadi bunga.
Resep yang ditawarkan oleh Imam Ali as dalam hadis ini adalah sekalipun kamu tidak bisa berubah menjadi bunga, tetapi kamu bisa berkunjung ke taman bunga sehingga tubuhmu harum seperti aroma bunga. Jika kamu bukanlah seorang penyabar, maka berpura-puralah menjadi penyabar. Temukanlah seorang penyabar dan bergaullah dengannya. Bertingkahlah sebagaimana seorang penyabar bertingkah dan berbicaralah sebagaimana seorang penyabar berbicara. Serupakanlah dirimu dengan seorang penyabar. Lambat laun kamu telah menjadi seorang penyabar.
Post a Comment