Header Ads

test

Peringatan dalam Al-Quran: Mengurangi Timbangan

Mengurangi Timbangan



Allah Swt berfirman, "Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar." (QS. al-Muthaffifin: 1-5)

Mengurangi timbangan termasuk salah satu faktor yang merusak kondisi sehat ekonomi dalam sebuah masyarakat dan menciptakan kekhawatiran setiap orang, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mempercayai transaksi yang dilakukannya benar atau tidak. Satu-satunya yang dipikirkan mereka adalah jangan-jangan mereka ditipu oleh penjual.

Atas dasar ini, al-Quran mendasari sistem ekonomi masyarakat Islam di atas prinsip keadilan dan kejujuran kemudian menyebutkan secara umum, "Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. al-Isra: 35)

Sebaliknya, kepada orang-orang yang tidak mengindahkan prinsip ini dan tidak memperhatikan masalah keadilan dan kejujuran dalam jual-belinya, Allah Swt dalam surat al-Muthaffifin memperingatkan mereka dengan keras. Disebutkan bahwa ada orang yang ketika membeli sesuatu, ia menginginkan diberikan semuanya, tapi ketika hendak menjual sesuatu kepada orang lain, ia mengurangi takarannya. Ungkapan yang dipakai untuk orang-orang seperti ini adalah Wail yang berarti celaka! Kata ini lebih banyak dipakai untuk mengancam dan mencela orang-orang Kafir dan para pendusta. Hal ini menunjukkan sedemikian buruknya perbuatan mengurangi takaran di sisi Allah.

Dengan mencermati kehidupan para nabi dapat disaksikan Ashab al-Aikah yang merupakan umat dari Nabi Syu'aib telah diperingatkan soal perbuatan mereka yang mengurangi takaran dan timbangan. Mereka kemudian mengingkari kenabian beliau dan bukan saja tidak tidak meninggalkan perbuatannya, tapi menyebut beliau sebagai tukang sihir dan pembohong. Sikap mereka ini muncul dari perbuatan dosa yang dilakukannya, khususnya memakan barang haram dan mengurangi timbangan. Akibatnya, mereka menyebut utusan Allah sebagai pembohong dan penyihir.[1] Menyebutkan akibat dari perbuatan Ashab al-Aikah, yakni mendustakan nabi mereka dan akhirnya mereka diazab[2], merupakan peringatan serius bagi mereka yang mengurangi takaran dan timbangan serta siapa saja yang menipu orang lain dalam bertransaksi.

No comments