Header Ads

test

Dunia Perspektif Nahjul Balaghah


Kehidupan setiap insan di dunia ini hanya berlangsung sesaat dan berlalu dengan sangat cepat. Dunia ibarat sebuah bayangan yang cepat beranjak dan dunia adalah tempat persinggahan, sementara akhirat adalah rumah keabadian. Akan tetapi, perbuatan dan tingkah laku manusia di sini akan menentukan nasibnya kelak di akhirat. Sungguh beruntung orang-orang yang memperoleh semua kenikmatan dunia, tapi mereka tidak pernah terbuai olehnya, mereka justru sibuk menabung kebaikan sebagai bekal kehidupan di alam abadi.

Di semua agama langit, para utusan Tuhan senantiasa memperingatkan umat manusia agar tidak menambatkan hati pada dunia dan kenikmatan-kenikmatan fana. Namun, mereka juga tidak pernah menyeru manusia untuk hidup terasing dan meninggalkan dunia sama sekali. Para manusia suci itu menekankan kefanaan dunia dan urgensi memanfaatkannya untuk kebaikan. Kitab Nahjul Balaghah yang memuat mutiara-mutiara hikmah dari Imam Ali as juga memaparkan panjang lebar tentang dunia dan cara seorang Muslim bersikap dengan segala kenikmatan duniawi.

Mengingat fenomena cinta dunia sebagai penghalang jalan kebahagiaan manusia, maka kebanyakan khutbah, surat, dan kalimat pendek Nahjul Balaghah berbicara tentang bahaya cinta dunia dengan segala kemilaunya. Imam Ali as dalam khutbah 83 mengenai dunia mengatakan, "Dunia suatu pemandangan yang menipu hati dan memiliki kesudahan berbahaya. Dunia adalah penipu dan penggoda hati, akan tetapi tidak abadi. Dunia adalah sebuah cahaya yang sedang tenggelam dan bayangan yang menghilang. Dunia suatu persinggahan yang diliputi oleh berbagai bala. Dunia terkenal dengan ketidaksetiaan dan tipu muslihat. Dunia adalah rendah dan hina karena menjadi tempat bermaksiat kepada Allah. Dan dunia adalah tempat tinggal tidak tenang, tempat persinggahan, perjumpaan dan perpisahan."

Dunia akan menghadiahkan kesegaran dan keceriaan di masa muda manusia, tapi juga akan mempersembahkan kepenatan dan kelemahan di hari tua. Bahkan jika seseorang memiliki penglihatan yang jernih dan pendengaran yang sempurna, itu semua tidak akan berlangsung lama dan ia akan mengalami penurunan fungsinya pada waktunya nanti. Paras-paras yang cantik dan tampan akan layu ditelan masa, otot-otot yang perkasa akan lemah dimakan usia, dan musim semi masa muda juga akan menyambut hari tua yang tak berdaya. Oleh sebab itu, manusia diingatkan agar tidak menambatkan hatinya pada sesuatu yang fana sehingga tidak terpuruk putus asa saat kehilangannya.    
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan Imam Ali as dari pemaparan menakjubkan tentang dunia ini adalah untuk mencegah kaum Muslimin agar tidak mencintai dan bergantung kepada dunia, 
tidak bersandar dan mengejar kemilau dan gemerlap, harta dan kedudukan dunia.

Meskipun kenikmatan dunia diciptakan untuk manusia, namun cinta dunia, sikap arogan, perilaku tiran, kezaliman terhadap orang lain, dan pengingkaran nikmat Tuhan merupakan sikap yang dicela oleh semua agama samawi. Sebab, sifat-sifat tersebut jauh dari rasa kemanusiaan dan juga akan mendatangkan siksa di hari kiamat. Para pecinta dunia telah menjual akhirat mereka dengan rumah persinggahan yang fana ini dan mereka memilih keluar dari jalur iman dan bimbingan Tuhan. Imam Ali as mewasiatkan kepada manusia untuk mencermati dan memikirkan kehidupan orang-orang terdahulu, menyaksikan kesudahan dan akhir perbuatan mereka dan menjadikannya sebagai pelajaran.

Imam Ali as juga memperingatkan semua orang tentang bahaya bermesraan dengan dunia seperti dalam khutbah 112 Nahjul Balaghah. Beliau berkata, "Saya peringatkan Anda tentang dunia ini karena ia adalah kediaman yang tak tetap. Ia bukan rumah untuk tempat merumput. Ia telah menghiasi diri dengan tipuan dan menipu dengan hiasannya. Ia adalah rumah yang rendah di hadapan Allah. Maka ia mencampur yang halalnya dengan haramnya, kebaikannya dengan keburukannya, kehidupannya dengan kematiannya, dan manisnya dengan pahitnya. Allah tidak menjauhkannya bagi pencinta-Nya, tidak pula Dia kikir dengan itu kepada musuh-musuh-Nya. Apakah yang baik dalam rumah yang hancur seperti bangunan yang rubuh, atau dalam usia yang berakhir ketika perbekalan habis, atau dalam waktu yang berlalu seperti berjalan?"

Ketika Imam Ali as mendengar seorang lelaki mencela dunia, beliau berkata, "Wahai Anda yang mencela dunia, wahai Anda yang telah ditipu oleh tipuannya dan terkecoh oleh kesalahan-kesalahannya. Anda menaruh serakah pada dunia, kemudian mencelanya? Anda menuduhnya, atau diakah yang seharusnya menuduh Anda? Kapan ia membingungkan atau menipu Anda? Apakah dengan jatuh dan membusuknya nenek moyang Anda, atau oleh tempat-tempat tidur ibu-ibu Anda di bawah bumi? Berapa banyak Anda mengurusi mereka dalam sakit mereka dan merawat mereka dalam kepedihan mereka. Anda tak dapat mengelakkan (maut) dari mereka dengan segala kekuasaan Anda. Sebenamya, melalui orang yang akan mati itu dunia menyajikan suatu gambaran buat Anda, dan menunjukkan kepada Anda melalui contoh dari kejatuhannya betapa Anda (juga) akan jatuh."

Di bagian lain, Imam Ali as mengatakan, "Sesungguhnya dunia ini adalah rumah kebenaran bagi orang yang menilainya, suatu tempat keamanan bagi orang yang memahaminya, suatu rumah kekayaan bagi orang yang mengumpul bekal darinya (untuk dunia yang berikut), dan rumah pelajaran bagi orang yang menarik pelajaran darinya. la tempat ibadah bagi para pencinta Allah, tempat berdoa bagi malaikat-malaikat Allah, tempat di mana wahyu Allah turun, dan tempat berdagang bagi para pengabdi Allah. Di sini mereka menerima rahmat dan di sini mereka mendapatkan surga sebagai keuntungan."

Semua manusia ingin menikmati kemegahan, kilauan, dan kelezatan dunia semasa hidupnya. Namun, betapapun berkilaunya isi dunia ini, itu semua adalah kenikmatan yang fana dan cepat berlalu. Tuhan tidak melarang manusia untuk menikmati anugerah-Nya dan dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa kepemilikan rumah besar, kendaraan yang bagus, dan istri yang cantik dan baik budi termasuk di antara kebahagiaan seorang mukmin. Oleh karena itu, jalan terbaik adalah memanfaatkan semua pemberian Allah Swt di dunia ini untuk mempersiapkan bekal kehidupan di akhirat kelak.

Suatu kali, Imam Ali as menjenguk Ala ibn Ziyad, sahabatnya yang sedang sakit. Sesampainya di kediaman Ala, Imam mendapati rumah besar dan mewah. Setelah bertegur sapa dan menanyakan kesehatannya, Imam Ali berkata, "Wahai Ala, buat apa rumah besar dan mewah ini?"  Tapi, belum sempat Ala menyahut, sang Imam pun meneruskan, "? tapi, jika kamu ingin punya rumah besar di dunia, sekaligus rumah besar di akhirat, gunakanlah rumahmu ini untuk tempatmu melakukan amal-amal saleh."

Manusia-manusia yang berjiwa besar akan memperoleh kemenangan dalam bergulat dengan tipu daya dunia ini, sebab mereka dengan segenap perenungan menemukan dunia ini tidak lebih dari sebuah perlintasan. Mereka memanfaatkan peluang-peluang di dunia ini dengan sebaik mungkin dan tidak menjual kehidupannya dengan kelezatan-kelezatan sesaat. Mereka ibarat musafir yang menggunakan kendaraan bagus sehingga sampai di tujuan dengan selamat dan tidak terbuang waktunya di tengah jalan karena kerusakan alat transportasi. Mereka yang berakal akan memanfaatkan detik-detik kehidupan ini untuk memperoleh keutamaan dan keridhaan Tuhan. Dunia bagi mereka adalah tempat untuk mengumpulkan kebaikan dan pahala.

Di pengadilan akhirat nanti, para pecinta dunia justru akan mengkambinghitamkan dunia sebagai pembenaran atas kesalahan dan dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Mereka berkata kepada Tuhan bahwa dunia telah menipu kami. Imam Ali as dalam sebuah khutbahnya mengatakan, "Aku katakan dengan jujur, apakah dunia telah menipu Anda atau Anda yang termakan tipuannya? Dunia dengan rasa sakit yang menghujani tubuh Anda dan membuat Anda tak berdaya, jauh lebih jujur dari sekedar berkata bohong kepada Anda atau membuat Anda terlena?"

Dalam sebuah ungkapan menarik tentang dunia di khutbah 45 Nahjul Balaghah, Imam Ali as berkata, "Dunia ini adalah suatu tempat yang fana dan penghuninya akan meninggalkannya. Ia manis dan hijau. Ia bergegas kepada pencarinya dan bertaut pada hati si pemandang. Maka tinggalkanlah dia dengan perbekalan terbaik yang dapat Anda peroleh, dan jangan meminta di sini lebih banyak dari yang cukup, dan jangan menuntut darinya lebih dari kebutuhan hidup."

No comments