Ramadhan, Musim Semi Munajat (Bagian 1)
Bulan Ramadhan telah tiba, menerangi hati para hamba. Aroma sorga
mengharumi jamuan kita, jamuan dari Sang Pencipta. Bulan Ramadhan, bulan
kerinduan dan munajat kepada Allah Swt. Bulan yang di dalamnya, Allah
Swt mengundang semua hambanya untuk menghadiri jamuan cahaya dan
kebahagiaan untuk menerima pengampunan tertinggi dan rahmat tak
terbatas-Nya. Sebuah jamuan yang penuh spiritualitas dan kesempurnaan
yang menuntut para tamu untuk mengetahui dan menjaga tata cara jamuan
tersebut untuk menerima lebih banyak manfaat. Kini Allah Swt kembali
membuka jamuan megah ini untuk hamba-hamba-Nya dan semua diundang pada
jamuan penuh berkah ini. Bulan Ramadhan telah tiba, bulan pelepasan
diri dari ketergantungan batil pada materi dan bulan penyucian diri.
Arif berkata, "Berbahagia bunga yang tumbuh dekat aliran air, karena akan segar dan mekar, berkembang, berwarna dan indah. Ketika Anda duduk di sampingnya, Anda akan merasa ceria. Dan malang bunga yang jauh dari air, dia akan layu dan kering. Manusia seperti bunga dan Allah Swt bak air kehidupan bagi bunga ini. Beruntung manusia yang berada di jalan hidayah Allah Swt. Manusia itu akan indah dan segar. Dan celaka bagi orang yang jauh dari Allah Swt, seperti bunga yang jauh dari air atau cahaya mentari. Dan pasti yang meletakkan manusia di jalan Allah Swt adalah penghambaan dan ketaatan terhadap-Nya, tanpa syarat."
Jadilah penghamba, sehingga keyakinan dan makrifat akan menghampirimu. Penghambaan ini yang akan membuahkan ketakwaan. Ketakwaan yakni menjaga dan orang yang bertakwa adalah menjaga dirinya dari apa saja yang akan menjauhkannya dari Allah Swt. Penjagaan diri dan ketakwaan itu sendiri penuh berkah yang utamanya adalah kemudahan dalam hidup. Allah Swt dalam al-Quran Surat al-Talaq ayat dua berfirman:
Ini bukan berarti tidak ada kesulitan. Tidak! Melainkan ketika dia menghadapi masalah, dia tidak akan merasa terhimpit dan dengan mudah melaluinya. Seperti seekor kuda yang dengan mudah melompati rintangan di jalannya. Ketakwaan akan membentuk manusia seperti penunggang kuda yang lihai dalam melintasi halangan. Berkah lain dari ketakwaan adalah manusia yang bertakwa tidak akan terjebak dalam kebingungan dan selalu menemukan jalan keluar, seperti yang telah disebutkan dalam ayat tadi. Maka jika kita merasakan sangat terhimpit menghadapi masalah atau terjebak dalam kebingungan dan tidak mengetahui jalan keluarnya, sesunguhnya pada satu titik kita telah melupakan ketakwaan kita dan ketakwaan kita lemah.
Pada satu malam, seorang santri bernama Muhammad Baqer sedang menelaah kembali pelajaran di kamarnya, mendadak seorang gadis dengan terengah-engah masuk ke kamarnya. Gadis yang dari penampilannya diketahui adalah dari keluarga kerajaan itu, menutup pintu kemudian memberikan isyarat kepada santri yang sedang terbelalak menyaksikan kehadirannya untuk diam. Gadis itu bertanya, "Makan malam apa yang kau punya?" Muhammad Baqer menghidangkan apa saja yang dimilikinya. Gadis itu melahap tawaran santri kemudian tidur di salah satu sudut kamar, adapun Muhammad Baqer melanjutkan telaahnya.
Di pihak lain, raja menginstruksikan pasukannya untuk mencari putrinya yang lari dari rumah. Keesokan pagi, putri raja itu keluar dari kamar dan pasukan kerajaan menangkapnya bersama santri itu serta membawa mereka menghadap raja. Shah Abbas, raja dari Dinasti Safavi, dengan nada geram bertanya pada santri itu, "Mengapa kau tidak memberi tahu kami kalau putriku ada bersamamu?" Muhammad Baqer menjawab, "Putri mengancam akan menyerahkanku pada tukang jagal jika aku memberitahu keberadaannya."
Kemudian Shah Abbas menyelidiki apa yang terjadi dan dia mengetahui bahwa santri ini belajar sampai pagi dan tidak melakukan apapun terhadap putrinya. Shah bertanya kepada santri, "Bagaimana kau bisa melawan hawa-nafsumu?" Muhammad Baqer kemudian menunjukkan 10 jarinya yang semuanya hitam terbakar. Shah Abbas menanyakan sebabnya dan santri itu menjawabnya, "Ketika putri tertidur, hawa nafsu menggodaku untuk mendekatinya, akan tetapi setiap kali hawa nafsu menggoda aku meletakkan jariku di atas api lilin agar aku merasakan api neraka jahannam dan pada akhirnya seperti ini aku melewati malam hingga pagi melawan hawa nafsuku, dan berkat bantuan Allah Swt, setan tidak mampu menjerumuskanku ke jalan menyimpang dan membakar imanku."
Shah Abbas menyukai ketakwaan dan keimanan santri muda ini dan dia memerintahkan agar putrinya dinikahkan dengan Muhammad Baqer. Shah Abbas menjulukinya dengan nama Mirdamad yang di kemudian hari termasuk di antara para filsuf dan ulama terkemuka. Nama Mirdamad dikenang ulama dan filsuf besar hingga kini.
Bulan Ramadhan merupakan bulan terbaik dan utama dalam Islam. Bulan Ramadhan juga dikenal dengan nama "bulan jamuan Allah Swt". Selain sebagai bulan puasa dan pembacaan al-Quran, bulan ini juga merupakan kesempatan terbaik untuk bermunajat dan terkabulkannya doa. Doa, akan menjaga hati manusia selalu mengingat Allah dan ini akan memperkokoh iman dan ketakwaan. Oleh karena itu para nabi dan wali Allah Swt, selalu berdoa untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Imam Ali bin Husein as, adalah salah satu di antara wali dan cucu Rasulullah Saw. Beliau yang dikenal "Zainul Abidin" yang berarti hiasan bagi para hamba, memiliki banyak munajat yang sangat indah. Salah satu sahabat beliau bernama Tawus Yamani menukil, "Aku melihat Imam Sajjad as di Baitullah al-Haram mulai dari awal malam hingga pagi, bertawaf, beribadah, menunaikan shalat malam, dan bermunajat kepada Kekasihnya seperti ini, ‘Wahai Tuhanku bintang-bintang di langit telah menghilang, mata-mata telah terlelap, pintu-Mu telah siap untuk masuknya para peminta. Seorang pengemis sepertiku yang menuju gerbang-Mu demi mengharapkan ampunan dan rahmat-Mu, dan berharap Kau tidak mencegahnya menemui Rasul-Mu yang mulia di hari kiamat.' Kemudian air mata mengalir dari kelopak mata Imam seperti awan di musim semi dan beliau berucap, ‘Wahai Tuhan... Kau suci dari segala aib dan kekurangan, masyarakat terus melanjutkan maksiat dan dosa seakan-akan mereka jauh dari pandangan-Mu, dan Kau sedemikian sabar seakan-akan mereka tidak berbuat dosa. Sedemikian rupa Kau mencintai umat dengan cara-cara baik-Mu seakan Kau membutuhkan mereka, sementara wujud sucimu tidak membutuhkan dari semua wujud dan unsurnya.' Setelah itu Imam Sajjad as bersujud dengan penuh kecintaan yang tidak dapat digambarkan."
Imam Zainul Abidin (as), dengan kondisi yang sama bermunajat kepada Allah pada bulan penuh berkah Ramadhan. Beliau bersyukur dan menghaturkan puja dan puji kepada Allah Swt yang telah memberikan kesempatan bagi hamba-hamba-Nya untuk menikmati bulan mulia ini.
Pada bulan Ramadhan ini kita teringat sabda Rasulullah Saw bahwa semua pintu langit dibuka dan jilatan api neraka dipadamkan di bulan rahmat ini. Mari kita bersama sama menerangi hati dengan cahaya ketakwaan dan menikmati manisnya ketakwaan dan menjauhkan diri dari selain-Nya. Amin.
Arif berkata, "Berbahagia bunga yang tumbuh dekat aliran air, karena akan segar dan mekar, berkembang, berwarna dan indah. Ketika Anda duduk di sampingnya, Anda akan merasa ceria. Dan malang bunga yang jauh dari air, dia akan layu dan kering. Manusia seperti bunga dan Allah Swt bak air kehidupan bagi bunga ini. Beruntung manusia yang berada di jalan hidayah Allah Swt. Manusia itu akan indah dan segar. Dan celaka bagi orang yang jauh dari Allah Swt, seperti bunga yang jauh dari air atau cahaya mentari. Dan pasti yang meletakkan manusia di jalan Allah Swt adalah penghambaan dan ketaatan terhadap-Nya, tanpa syarat."
Jadilah penghamba, sehingga keyakinan dan makrifat akan menghampirimu. Penghambaan ini yang akan membuahkan ketakwaan. Ketakwaan yakni menjaga dan orang yang bertakwa adalah menjaga dirinya dari apa saja yang akan menjauhkannya dari Allah Swt. Penjagaan diri dan ketakwaan itu sendiri penuh berkah yang utamanya adalah kemudahan dalam hidup. Allah Swt dalam al-Quran Surat al-Talaq ayat dua berfirman:
ÙˆَÙ…َÙ† ÙŠَتَّÙ‚ِ اللَّـهَ ÙŠَجْعَÙ„ Ù„َّÙ‡ُ Ù…َØ®ْرَجًا
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."Ini bukan berarti tidak ada kesulitan. Tidak! Melainkan ketika dia menghadapi masalah, dia tidak akan merasa terhimpit dan dengan mudah melaluinya. Seperti seekor kuda yang dengan mudah melompati rintangan di jalannya. Ketakwaan akan membentuk manusia seperti penunggang kuda yang lihai dalam melintasi halangan. Berkah lain dari ketakwaan adalah manusia yang bertakwa tidak akan terjebak dalam kebingungan dan selalu menemukan jalan keluar, seperti yang telah disebutkan dalam ayat tadi. Maka jika kita merasakan sangat terhimpit menghadapi masalah atau terjebak dalam kebingungan dan tidak mengetahui jalan keluarnya, sesunguhnya pada satu titik kita telah melupakan ketakwaan kita dan ketakwaan kita lemah.
Pada satu malam, seorang santri bernama Muhammad Baqer sedang menelaah kembali pelajaran di kamarnya, mendadak seorang gadis dengan terengah-engah masuk ke kamarnya. Gadis yang dari penampilannya diketahui adalah dari keluarga kerajaan itu, menutup pintu kemudian memberikan isyarat kepada santri yang sedang terbelalak menyaksikan kehadirannya untuk diam. Gadis itu bertanya, "Makan malam apa yang kau punya?" Muhammad Baqer menghidangkan apa saja yang dimilikinya. Gadis itu melahap tawaran santri kemudian tidur di salah satu sudut kamar, adapun Muhammad Baqer melanjutkan telaahnya.
Di pihak lain, raja menginstruksikan pasukannya untuk mencari putrinya yang lari dari rumah. Keesokan pagi, putri raja itu keluar dari kamar dan pasukan kerajaan menangkapnya bersama santri itu serta membawa mereka menghadap raja. Shah Abbas, raja dari Dinasti Safavi, dengan nada geram bertanya pada santri itu, "Mengapa kau tidak memberi tahu kami kalau putriku ada bersamamu?" Muhammad Baqer menjawab, "Putri mengancam akan menyerahkanku pada tukang jagal jika aku memberitahu keberadaannya."
Kemudian Shah Abbas menyelidiki apa yang terjadi dan dia mengetahui bahwa santri ini belajar sampai pagi dan tidak melakukan apapun terhadap putrinya. Shah bertanya kepada santri, "Bagaimana kau bisa melawan hawa-nafsumu?" Muhammad Baqer kemudian menunjukkan 10 jarinya yang semuanya hitam terbakar. Shah Abbas menanyakan sebabnya dan santri itu menjawabnya, "Ketika putri tertidur, hawa nafsu menggodaku untuk mendekatinya, akan tetapi setiap kali hawa nafsu menggoda aku meletakkan jariku di atas api lilin agar aku merasakan api neraka jahannam dan pada akhirnya seperti ini aku melewati malam hingga pagi melawan hawa nafsuku, dan berkat bantuan Allah Swt, setan tidak mampu menjerumuskanku ke jalan menyimpang dan membakar imanku."
Shah Abbas menyukai ketakwaan dan keimanan santri muda ini dan dia memerintahkan agar putrinya dinikahkan dengan Muhammad Baqer. Shah Abbas menjulukinya dengan nama Mirdamad yang di kemudian hari termasuk di antara para filsuf dan ulama terkemuka. Nama Mirdamad dikenang ulama dan filsuf besar hingga kini.
Bulan Ramadhan merupakan bulan terbaik dan utama dalam Islam. Bulan Ramadhan juga dikenal dengan nama "bulan jamuan Allah Swt". Selain sebagai bulan puasa dan pembacaan al-Quran, bulan ini juga merupakan kesempatan terbaik untuk bermunajat dan terkabulkannya doa. Doa, akan menjaga hati manusia selalu mengingat Allah dan ini akan memperkokoh iman dan ketakwaan. Oleh karena itu para nabi dan wali Allah Swt, selalu berdoa untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Imam Ali bin Husein as, adalah salah satu di antara wali dan cucu Rasulullah Saw. Beliau yang dikenal "Zainul Abidin" yang berarti hiasan bagi para hamba, memiliki banyak munajat yang sangat indah. Salah satu sahabat beliau bernama Tawus Yamani menukil, "Aku melihat Imam Sajjad as di Baitullah al-Haram mulai dari awal malam hingga pagi, bertawaf, beribadah, menunaikan shalat malam, dan bermunajat kepada Kekasihnya seperti ini, ‘Wahai Tuhanku bintang-bintang di langit telah menghilang, mata-mata telah terlelap, pintu-Mu telah siap untuk masuknya para peminta. Seorang pengemis sepertiku yang menuju gerbang-Mu demi mengharapkan ampunan dan rahmat-Mu, dan berharap Kau tidak mencegahnya menemui Rasul-Mu yang mulia di hari kiamat.' Kemudian air mata mengalir dari kelopak mata Imam seperti awan di musim semi dan beliau berucap, ‘Wahai Tuhan... Kau suci dari segala aib dan kekurangan, masyarakat terus melanjutkan maksiat dan dosa seakan-akan mereka jauh dari pandangan-Mu, dan Kau sedemikian sabar seakan-akan mereka tidak berbuat dosa. Sedemikian rupa Kau mencintai umat dengan cara-cara baik-Mu seakan Kau membutuhkan mereka, sementara wujud sucimu tidak membutuhkan dari semua wujud dan unsurnya.' Setelah itu Imam Sajjad as bersujud dengan penuh kecintaan yang tidak dapat digambarkan."
Imam Zainul Abidin (as), dengan kondisi yang sama bermunajat kepada Allah pada bulan penuh berkah Ramadhan. Beliau bersyukur dan menghaturkan puja dan puji kepada Allah Swt yang telah memberikan kesempatan bagi hamba-hamba-Nya untuk menikmati bulan mulia ini.
Pada bulan Ramadhan ini kita teringat sabda Rasulullah Saw bahwa semua pintu langit dibuka dan jilatan api neraka dipadamkan di bulan rahmat ini. Mari kita bersama sama menerangi hati dengan cahaya ketakwaan dan menikmati manisnya ketakwaan dan menjauhkan diri dari selain-Nya. Amin.
Post a Comment