Header Ads

test

Rahbar: Jangan Percayai Janji Manis AS & Barat!


Pemimpin Revolusi Islam


Konferensi Ulama dan Kebangkitan Islam yang dihadiri oleh ratusan ulama, pemikir, cendekiawan dan kalangan rohaniwan Muslim dari berbagai belahan Dunia Islam hari ini, Senin (29/4) secara resmi dibuka di Tehran dengan pidato pembukaan oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei. Dalam pidatonya, Rahbar menjelaskan sejumlah poin penting tentang patologi gerakan kebangkitan Islam di kawasan utara Afrika dan Timur Tengah. 

Beliau membawakan analisanya tentang lima hal penting yaitu, "Menjaga poros-poros keagamaan sebagai tempat rujukan", "Menyusun target jangka panjang", "Menghindari pengalaman pahit karena percaya kepada janji-janji yang diumbar oleh Barat", "Cermat dalam membaca konspirasi yang hendak menyulut konflik berdarah dengan isu kelompok, madzhab dan etnis", serta "Tidak melupakan masalah Palestina sebagai parameter utama dan tolok ukur untuk setiap gerakan".

Beliau menandaskan, "Resistensi dalam mempertahankan prinsip keislaman dan keterlibatan rakyat di tengah medan adalah dua unsur utama dan menentukan yang akan menggagalkan seluruh konspirasi, tipu muslihat dan makar musuh."

Di awal pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut kebangkitan Islam sebagai fenomena mengagumkan yang jika selamat dan terus berjalan akan menjadi landasan bagi lahirnya peradaban Islam dalam kurun waktu yang tidak begitu lama. Menyinggung kepanikan yang nampak pada diri para juru bicara kubu arogansi dan reaksionisme dunia saat mendengar nama ‘kebangkitan Islam', beliau mengatakan, "Kebangkitan Islam sekarang sudah menjadi fakta yang tanda-tandanya bisa disaksikan di seluruh pelosok Dunia Islam. Buktinya yang paling mencolok adalah kecenderungan besar opini umum dunia, khususnya kalangan muda, kepada upaya menghidupkan kembali kebesaran dan keagungan Islam dan terkuaknya wajah rezim-rezim hegemoni yang bengis, keji dan congkak."

Dikatakannya, lingkup dan dimensi kebangkitan yang diberkahi ini sangat luas dan penuh rahasia, "Terwujudnya janji-janji Ilahi yang laksana mukjizat selalu menjadi tanda dan memunculkan harapan akan terlaksananya janji-janji Allah yang lebih besar."

Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan beberapa contoh dari al-Qur'an al-Karim tentang terlaksananya janji-janji Ilahi yang menjadi pembuka bagi terwujudnya janji-janji Allah yang lebih besar. Beliau menyebut hal itu sebagai taktik dari Allah untuk memberikan pertolongan kepada hamba-hambaNya. Beliau mengungkapkan, "Kemenangan revolusi Islam di Iran adalah satu contoh nyata dari taktik Ilahi ini. Sebab, ketika Islam mencapai kemenangan di Iran dan berhasil menaklukkan salah satu benteng paling vital bagi Amerika Serikat (AS) dan zionisme di kawasan yang strategis ini, saat itu orang-orang yang bijak dan arif menyadari bahwa dengan kesabaran dan kearifan maka kemenangan-kemenangan lain akan berhasil diraih, dan itulah yang memang terjadi."

Menurut beliau, kemenangan revolusi Islam dan realitas-realitasnya yang cemerlang tercapai berkat kepercayaan kepada janji-janji Ilahi serta kesabaran, keteguhan dan doa kepada Allah Swt. "Sekarang, pengalaman yang berharga ini ada di tangan bangsa-bangsa yang bangkit melawan arogansi dan kediktatoran dan berhasil menumbangkan atau mengguncang rezim-rezim bejat yang patuh kepada titah dan bergantung kepada AS," tegas beliau.

Lebih lanjut Rahbar menjelaskan patologi dari gerakan kebangkitan Islam dan ancaman yang dihadapi gerakan kebangkitan di kawasan ini. Poin pertama yang beliau singgung adalah peran besar ulama dan pemuka agama dalam perkembangan besar dan gerakan reformasi di kawasan dan di negara-negara Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa para ulama memikul tugas dan tanggung jawab yang berat dalam masalah ini. "Ulama dan para agamawan harus selalu jeli dan mawas diri," kata beliau.

Mengenai upaya kaki tangan AS dan Zionis untuk memasang boneka-boneka yang tak bertanggung jawab sebagai rujukan umat dan usaha mereka untuk meracuni kaum agamis dan orang-orang saleh, beliau menegaskan bahwa terbiasa hanyut dalam kenikmatan duniawi dan mengotori diri dengan pemberian dan uluran bantuan dari kaum arogan dunia adalah faktor paling berbahaya yang bisa menjauhkan kalangan elit dari rakyat dan menghilangkan kepercayaan rakyat.

Poin kedua dalam patologi ini adalah keharusan menyusun tujuan jangka panjang dan target akhir dari gerakan kebangkitan Islam. Mengenai target akhir kebangkitan Islam Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebutkan, "Target akhir ini tidak boleh kurang dari ‘membangun peradaban Islam yang cemerlang'."

Seraya mengingatkan untuk menghindari ketergesa-gesaan dan kecerobohan dalam memandang prospek ke depan ini, beliau menjelaskan kelaziman dari upaya membangun peradaban Islam, dan mengatakan, "Diantara parameter peradaban Islam adalah menegakkan pemerintahan kerakyatan yang dilandasi oleh ajaran al-Qur'an, ijtihad dan kemampuan menjawab kebutuhan umat manusia yang selalu terbarukan, menghindari reaksionisme, kemandekan, bid'ah dan adopsi pemikiran asing, membangun kesejahteraan dan kekayaan umum, menegakkan keadilan, bebas dari ekonomi yang dilandasi oleh nepotisme, riba dan penimbunan harta, memperluas norma insani, membela kaum tertindas di dunia, usaha, kerja keras, dan kreativitas, serta mendobrak lingkaran monopoli ilmu, ekonomi dan politik yang dikuasai oleh kekuatan-kekuatan hegemoni."

Poin ketiga yang disinggung Rahbar dalam pidatonya mengenai patologi gerakan kebangkitan adalah pengalaman pahit dan mengerikan yang terjadi karena mengekor kepada Barat dalam berpolitik, beretika, berperilaku dan bergaya hidup. Mengenai penderitaan umat Islam dalam kurun waktu lebih dari satu abad terakhir karena mengikuti budaya dan politik negara-negara arogan termasuk ketergantungan dan keterhinaan politik, kemiskinan ekonomi, dekadensi moral, dan ketertinggalan ilmu yang dialami umat Islam, beliau mengatakan, "Janji-janji manis atau ancaman yang ditebar AS dan Barat jangan sampai mempengaruhi pengambilan keputusan dan tindakan elit politik dalam gerakan rakyat ini."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Pemerintahan dan para penguasa yang menggantungkan diri kepada janji-janji AS dan menyerah kepada kaum arogan tak pernah bisa menyelesaikan kesulitan yang dialami bangsanya atau menyingkirkan kezaliman yang menimpa mereka. Mereka bahkan tak pernah bisa mencegah aksi pengerusakan sebuah rumah milik warga Palestina di tanah dan negeri Palestina."

Poin keempat adalah ancaman berbahaya yang bisa mengubah gerakan kebangkitan Islam ini menjadi konflik berdarah bernuansa madzhab, kelompok dan etnis.

Ayatolah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Konspirasi ini sekarang tengah dijalankan oleh agen-agen spionase Barat dan Zionis dengan bantuan dolar-dolar hasil penjualan minyak dan para politikus yang telah menjual diri mereka. Konspirasi ini dijalankan dengan getol dari kawasan Asia timur sampai utara Afrika, khususnya di wilayah Dunia Arab. Uang yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyejahterakan kehidupan umat manusia justeru digunakan untuk menebar ancaman, aksi pengkafiran, teror, peledakan, penumpahan darah umat Islam dan pengobaran api fitnah untuk jangka panjang."

Seraya menegaskan bahwa dengan mencermati konflik internal yang ada akan nampak tangan-tangan keji musuh di balik layar, beliau menandaskan, "Tugas para tokoh pembaharu, elit agama dan politik dalam masalah ini sangat berat."

Menyinggung tentang kondisi Libya, Mesir, Tunisia, Suriah, Pakistan, Irak dan Lebanon, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Propaganda Barat dan corong-corong media massa bayarannya di kawasan terus-menerus mengesankan bahwa perang yang menghancurkan di Suriah adalah konflik Syiah dan Sunni. Dengan demikian mereka sengaja membuat orang-orang Zionis dan musuh-musuh moqawamah di Suriah dan Lebanon merasa aman. Padahal, dua kubu yang berperang di Suriah tak ada kaitannya dengan Syiah dan Sunni. Yang terlibat perang di sana adalah kelompok pendukung moqawamah anti zionis melawan kubu yang bertentangan dengan mereka."

Mengenai Bahrain, beliau menandaskan, "Di Bahrain, mayoritas rakyat yang sejak lama hidup di bawah penindasan dan tidak mendapat hak suara dan hak-hak yang layak sebagai bangsa kini bangkit menuntut hak-hak mereka. Kebetulan, mayoritas rakyat yang mazlum di sana bermadzhab Syiah. Rezim despotik yang sekular di negara itu mengesankan diri sebagai kelompok Sunni. Pada tahap berikutnya, mesin-mesin propaganda Eropa, AS dan kaki tangannya di kawasan mengesankan bahwa yang terjadi adalah konflik antara Syiah dan Sunni."

Seraya mengajukan pertanyaan, "Apakah yang diberitakan itu adalah fakta yang sebenarnya?", Rahbar menekankan bahwa masalah-masalah seperti ini mendorong para ulama dan tokoh-tokoh pembaharu yang obyektif untuk merenungkan, meneliti dan menunjukkan rasa tanggung jawab. Semua pihak harus mengenal target musuh dalam menebar perselisihan bernuansa madzhab, etnis dan kelompok.

Poin kelima atau terakhir yang disinggung Ayatollah al-Udzma Khamenei dalam pidatonya adalah sikap dalam masalah Palestina. Poin ini beliau sebut sebagai tolok ukur dan parameter untuk mengenal dengan benar orientasi gerakan kebangkitan Islam.

Beliau mengatakan, "Siapa saja yang menolak slogan pembebasan al-Quds dan Palestina atau menjadikan isu ini sebagai isu terpinggirkan seraya menentang kubu moqawamah berarti ia layak didudukkan di kursi pesakitan."

Umat Islam, imbuh beliau, di manapun dan kapanpun juga harus menjadikan masalah ini sebagai tolok ukur.

Di bagian akhir pidatonya pada pembukaan Konferensi Ulama dan Kebangkitan Islam, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut ‘keteguhan mempertahankan prinsip-prinsip keislaman' dan ‘partisipasi masyarakat di tengah medan' sebagai dua unsur penting untuk menggagalkan konspirasi musuh, seraya menegaskan, "Kedua hal ini adalah faktor kunci untuk meraih kemenangan di manapun juga."

Namun demikian, beliau menggarisbawahi bahwa kedua hal itu hanya bisa diraih dengan ‘keyakinan yang tulus kepada janji-janji Ilahi' serta ‘kerja keras secara ikhlas dan pencerahan yang tulus'.

"Bangsa yang meyakini kejujuran dan ketulusan para pemimpinnya akan memeriahkan medan dengan partisipasi mereka yang membawa berkah. Dan bangsa manapun juga yang terjun ke tengah medan dengan tekad yang kuat tak akan bisa dikalahkan oleh kekuatan manapun juga," kata beliau.

Setelah menyampaikan pidatonya, Ayatollah al-Udzma Khamenei bertatap muka dari dekat dan berbincang-bincang secara singkat dengan para ulama, cendekiawan dan tokoh Muslim dari berbagai negara.

Sumber: Islamtimes

No comments