Bilal Manusia Adil
Di sisi Sunni, Bilal bin Rabah [radiallahu ‘anhu] dikenal sebagai sahabat Nabi [shalllallahu ‘alaihi wasallam] yang mulia, Ia adalah muadzin Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Keutamaannya tidak diragukan baik di kalangan ulama maupun di kalangan awam. Kemudian bagaimanakah kedudukannya dalam mazhab Syi’ah Imamiyah.
Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan biografinya dalam kitab Rijal Ath Thuusiy dalam bab yang meriwayatkan dari Nabi dari kalangan sahabat-Nya.
بلال، مولى رسول الله صلى الله عليه وآله، شهد بدرا وتوفي بدمشق في الطاعون سنة ثمان عشرة، كنيته أبو عبد الله وقيل أبو عمرو، وهو بلال بن رباح، مدفون بباب الصغير بدمشق
Bilal maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa aalihi], ikut dalam perang Badar, wafat di Dimasyiq karena tha’un pada tahun 18 H, kuniyah-nya Abu ‘Abdullah, ada yang mengatakan Abu ‘Amru, ia Bilal bin Rabaah, dimakamkan di Babul Saghiir di Dimasyiq [Rijal Ath Thuusiy hal 27]
أبو عبد الله محمد بن إبراهيم، قال حدثني علي بن محمد بن يزيد القمي قال حدثني عبد الله بن محمد بن عيسى، عن ابن أبي عمير عن هشام بن سالم، عن أبي عبد الله عليه السلام قال كان بلال عبدا صالحا وكا ن صهيب عبد سوء كان يبكي على عمر
Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ibrahim berkata telah menceritakan kepadaku Aliy bin Muhammad bin Yaziid Al Qummiy yang berkata telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Muhammad bin Iisa dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata Bilal seorang hamba yang shalih, dan Shuhaib seorang hamba yang jelek, ia telah menangisi Umar [Rijal Al Kasyiy 1/190]
Riwayat di atas sanadnya dhaif berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah karena Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al Warraaq, syaikh [guru] Al Kasyiy seorang yang majhul
محمد بن إبراهيم الوراق: من أهل سمرقند. رجال الشيخ. أقول: هو من مشايخ الكشي، روى عنه في عدة موارد، منها ما في ترجمة زرارة – مجهول
Muhammad bin Ibrahim Al Warraaq termasuk penduduk Samarqand, rijal Syaikh. Aku katakan “ia termasuk diantara guru-guru Al Kasyiy, dimana ia telah meriwayatkan darinya pada beberapa tempat, diantaranya dalam biografi Zurarah, dia seorang yang majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 484]
عنه عن معاوية بن حكيم عن سليمان بن جعفر عن أبيه قال دخل رجل من أهل الشام على أبي عبد الله عليه السلام فقال له: إن أول من سبق إلى الجنة بلال قال: ولم؟ قال: لأنه أول من أذن
Telah meriwayatkan darinya [Muhammad bin Aliy bin Mahbuub] dari Mu’awiyah bin Hakiim dari Sulaiman bin Ja’far dari Ayahnya yang berkata seorang laki-laki penduduk Syam masuk menemui Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam], maka Beliau berkata kepadanya “orang yang pertama mendatangi Surga adalah Bilal”. Orang itu berkata “kenapa?”. Beliau berkata “ia orang pertama yang mengumandangkan adzan” [Tahdzib Al Ahkam, Syaikh Ath Thuusiy 2/284]
Riwayat ini shahih sanadnya di sisi Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya dalam kitab Rijal Syi’ah
Muhammad bin Aliy bin Mahbuub disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat faqih shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 349 no 940]
Mu’awiyah bin Hakiim disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat jalil [Rijal An Najasyiy hal 412 no 1098]
Sulaiman bin Ja’far bin Ibrahim Al Ja’fariy disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 182-183 no 483]
Ja’far bin Ibrahim ayahnya Sulaiman disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat dalam biografi anaknya [Rijal An Najasyiy hal 182-183 no 483]
Allamah Al Hilliy memasukkan Bilal dalam kitabnya Khulashah bagian pertama yang memuat daftar perawi yang ia berpegang dengannya [Khulashah Al Aqwaal hal 82-83]. Walaupun hal ini sebenarnya layak dikritisi karena Al Hilliy memasukkan Bilal dalam kitabnya berdasarkan riwayat Al Kasyiy di atas yang kedudukannya dhaif.
Ibnu Dawud Al Hilliy juga memasukkan Bilal dalam kitab Rijalnya bagian pertama yang memuat daftar perawi tsiqat dan terpuji menurutnya [Rijal Ibnu Dawud hal 58].
Al Majlisiy dalam kitabnya Al Wajiizah memberikan predikat mamduh [terpuji] kepada Bilal bin Rabah [Al Wajiizah no 301]. Ada ulama syi’ah yang dikatakan memberikan predikat majhul kepada Bilal bin Rabah dan majhul disini adalah jahalah dalam hal ketsiqatan periwayatannya dalam hadis di sisi Syi’ah Imamiyah.
Nashibi pencela yang bisa dibilang “kerdil akalnya” membuat kedustaan dalam tulisannya dimana ia mengatakan mengenai Syaikh Ali Alu Muhsin
Dengan sombongnya dia menyatakan bahwa Sayyidinaa Bilal bin Rabah Radhiyallaahu ‘Anhu adalah tokoh fiktif, tidak diketahui.
Ucapan ini sangat jelas kedustaannya. Tidak ada ulama Syi’ah yang menyatakan bahwa Bilal bin Rabah [radiallahu ‘anhu] adalah tokoh fiktif tidak diketahui. Yang mengatakan majhul disini maksudnya tidak diketahui ketsiqatannya dalam riwayat di sisi Syi’ah Imamiyah. Sangat jauh bedanya menyatakan seseorang sebagai tokoh fiktif tidak diketahui dengan menyatakan bahwa orang tersebut memang ada tetapi tidak diketahui keadilannya dalam periwayatan hadis.
Dan rasanya tidak perlu diingatkan bahwa di sisi mazhab Syi’ah Imamiyah tidak dikenal doktrin keadilan sahabat sebagaimana yang diyakini mazhab Ahlus sunnah maka berdasarkan hal ini bisa dimengerti jika ada ulama Syi’ah yang mensifatkan sebagian sahabat dengan jahalah dalam hal keadilannya dalam periwayatan.
Adapun mengenai Syaikh Aliy Alu Muhsin maka ia tidak menyatakan Bilal majhul. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Aliy Alu Muhsin dalam kitabnya Irsyadus Saa’iliin hal 367-368
Irsyadus Sa'ilin hal 367
Dalam kitabnya tersebut Syaikh Aliy Alu Muhsin merajihkan bahwa kedudukan Bilal bin Rabah yang rajih di sisinya adalah mamduh [terpuji] dan hadisnya hasan bukan majhul sebagaimana yang dinukil nashibi tersebut. Kami tidak tahu darimana asal penukilannya dan kami telah membuktikan bahwa pandangan Syaikh Aliy Alu Muhsin yang shahih adalah apa yang ia katakan dalam kitabnya di atas.
Sebenarnya penisbatan terhadap Sayyid Al Khu’iy bahwa Bilal bin Rabah majhul di sisinya juga layak dikritisi. Dalam kitab Mu’jam Rijal Al Hadits 4/270-272 no 1894 biografi Bilal bin Rabah tidak ada kata-kata sharih [tegas] bahwa Bilal majhul. Al Khu’iy menyebutkan bahwa ia maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] , ikut perang Badar sebagaimana yang disebutkan Syaikh Ath Thuusiy. Kemudian menukil riwayat Al Kasyiy, riwayat Ath Thuusiy dalam Tahdzib Al Ahkam di atas dan riwayat Ash Shaduq yang memuat pujian terhadap Bilal.
Dan begitu pula dalam Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 92, Muhammad Al Jawahiriy [yang merupakan ringkasan dari kitab Mu’jam Sayyid Al Khu’iy] juga tidak memberikan lafaz majhul sebagaimana yang sering diberikan pada perawi-perawi lain.
بلال مولى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: شهد بدرا، وتوفي بدمشق، كنيته أبو عبد الله، وقيل غيرها، وهو بلال بن رباح، من أصحاب رسول الله (ص)، وردت فيه روايات مادحة – روى في الفقيه، عن رسول الله (ص) – طريق الصدوق، إلى خبر بلال، وثواب المؤذنين، بطوله فيه مجاهيل
Bilal maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], ikut perang Badar, wafat di Dimasyiq, kuniyah Abu ‘Abdullah, dan ada yang mengatakan selain itu, ia adalah Bilal bin Rabaah termasuk sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat riwayat-riwayat yang memujinya, diriwayatkan dalam Al Faqih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], jalan Ash Shaduq hingga kabar Bilal pahala orang yang azan dalam riwayat yang panjang, di dalamnya terdapat para perawi majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 92].
Menurut kami pendapat yang rajih mengenai Bilal bin Rabah [radiallahu 'anhu] di sisi mazhab Syi’ah adalah pendapat ulama Syi’ah yang menyatakan ia tsiqat karena telah ternukil dalam riwayat shahih pujian dari Imam ma’shum [di sisi Syi’ah] dan pujian bahwa ia termasuk ahli surga adalah pujian yang sangat cukup menegaskan keadilannya.
Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan biografinya dalam kitab Rijal Ath Thuusiy dalam bab yang meriwayatkan dari Nabi dari kalangan sahabat-Nya.
بلال، مولى رسول الله صلى الله عليه وآله، شهد بدرا وتوفي بدمشق في الطاعون سنة ثمان عشرة، كنيته أبو عبد الله وقيل أبو عمرو، وهو بلال بن رباح، مدفون بباب الصغير بدمشق
Bilal maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa aalihi], ikut dalam perang Badar, wafat di Dimasyiq karena tha’un pada tahun 18 H, kuniyah-nya Abu ‘Abdullah, ada yang mengatakan Abu ‘Amru, ia Bilal bin Rabaah, dimakamkan di Babul Saghiir di Dimasyiq [Rijal Ath Thuusiy hal 27]
أبو عبد الله محمد بن إبراهيم، قال حدثني علي بن محمد بن يزيد القمي قال حدثني عبد الله بن محمد بن عيسى، عن ابن أبي عمير عن هشام بن سالم، عن أبي عبد الله عليه السلام قال كان بلال عبدا صالحا وكا ن صهيب عبد سوء كان يبكي على عمر
Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ibrahim berkata telah menceritakan kepadaku Aliy bin Muhammad bin Yaziid Al Qummiy yang berkata telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Muhammad bin Iisa dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata Bilal seorang hamba yang shalih, dan Shuhaib seorang hamba yang jelek, ia telah menangisi Umar [Rijal Al Kasyiy 1/190]
Riwayat di atas sanadnya dhaif berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah karena Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al Warraaq, syaikh [guru] Al Kasyiy seorang yang majhul
محمد بن إبراهيم الوراق: من أهل سمرقند. رجال الشيخ. أقول: هو من مشايخ الكشي، روى عنه في عدة موارد، منها ما في ترجمة زرارة – مجهول
Muhammad bin Ibrahim Al Warraaq termasuk penduduk Samarqand, rijal Syaikh. Aku katakan “ia termasuk diantara guru-guru Al Kasyiy, dimana ia telah meriwayatkan darinya pada beberapa tempat, diantaranya dalam biografi Zurarah, dia seorang yang majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 484]
عنه عن معاوية بن حكيم عن سليمان بن جعفر عن أبيه قال دخل رجل من أهل الشام على أبي عبد الله عليه السلام فقال له: إن أول من سبق إلى الجنة بلال قال: ولم؟ قال: لأنه أول من أذن
Telah meriwayatkan darinya [Muhammad bin Aliy bin Mahbuub] dari Mu’awiyah bin Hakiim dari Sulaiman bin Ja’far dari Ayahnya yang berkata seorang laki-laki penduduk Syam masuk menemui Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam], maka Beliau berkata kepadanya “orang yang pertama mendatangi Surga adalah Bilal”. Orang itu berkata “kenapa?”. Beliau berkata “ia orang pertama yang mengumandangkan adzan” [Tahdzib Al Ahkam, Syaikh Ath Thuusiy 2/284]
Riwayat ini shahih sanadnya di sisi Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya dalam kitab Rijal Syi’ah
Muhammad bin Aliy bin Mahbuub disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat faqih shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 349 no 940]
Mu’awiyah bin Hakiim disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat jalil [Rijal An Najasyiy hal 412 no 1098]
Sulaiman bin Ja’far bin Ibrahim Al Ja’fariy disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 182-183 no 483]
Ja’far bin Ibrahim ayahnya Sulaiman disebutkan An Najasyiy bahwa ia tsiqat dalam biografi anaknya [Rijal An Najasyiy hal 182-183 no 483]
Allamah Al Hilliy memasukkan Bilal dalam kitabnya Khulashah bagian pertama yang memuat daftar perawi yang ia berpegang dengannya [Khulashah Al Aqwaal hal 82-83]. Walaupun hal ini sebenarnya layak dikritisi karena Al Hilliy memasukkan Bilal dalam kitabnya berdasarkan riwayat Al Kasyiy di atas yang kedudukannya dhaif.
Ibnu Dawud Al Hilliy juga memasukkan Bilal dalam kitab Rijalnya bagian pertama yang memuat daftar perawi tsiqat dan terpuji menurutnya [Rijal Ibnu Dawud hal 58].
Al Majlisiy dalam kitabnya Al Wajiizah memberikan predikat mamduh [terpuji] kepada Bilal bin Rabah [Al Wajiizah no 301]. Ada ulama syi’ah yang dikatakan memberikan predikat majhul kepada Bilal bin Rabah dan majhul disini adalah jahalah dalam hal ketsiqatan periwayatannya dalam hadis di sisi Syi’ah Imamiyah.
Nashibi pencela yang bisa dibilang “kerdil akalnya” membuat kedustaan dalam tulisannya dimana ia mengatakan mengenai Syaikh Ali Alu Muhsin
Dengan sombongnya dia menyatakan bahwa Sayyidinaa Bilal bin Rabah Radhiyallaahu ‘Anhu adalah tokoh fiktif, tidak diketahui.
Ucapan ini sangat jelas kedustaannya. Tidak ada ulama Syi’ah yang menyatakan bahwa Bilal bin Rabah [radiallahu ‘anhu] adalah tokoh fiktif tidak diketahui. Yang mengatakan majhul disini maksudnya tidak diketahui ketsiqatannya dalam riwayat di sisi Syi’ah Imamiyah. Sangat jauh bedanya menyatakan seseorang sebagai tokoh fiktif tidak diketahui dengan menyatakan bahwa orang tersebut memang ada tetapi tidak diketahui keadilannya dalam periwayatan hadis.
Dan rasanya tidak perlu diingatkan bahwa di sisi mazhab Syi’ah Imamiyah tidak dikenal doktrin keadilan sahabat sebagaimana yang diyakini mazhab Ahlus sunnah maka berdasarkan hal ini bisa dimengerti jika ada ulama Syi’ah yang mensifatkan sebagian sahabat dengan jahalah dalam hal keadilannya dalam periwayatan.
Adapun mengenai Syaikh Aliy Alu Muhsin maka ia tidak menyatakan Bilal majhul. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Aliy Alu Muhsin dalam kitabnya Irsyadus Saa’iliin hal 367-368
Irsyadus Sa'ilin hal 367
Dalam kitabnya tersebut Syaikh Aliy Alu Muhsin merajihkan bahwa kedudukan Bilal bin Rabah yang rajih di sisinya adalah mamduh [terpuji] dan hadisnya hasan bukan majhul sebagaimana yang dinukil nashibi tersebut. Kami tidak tahu darimana asal penukilannya dan kami telah membuktikan bahwa pandangan Syaikh Aliy Alu Muhsin yang shahih adalah apa yang ia katakan dalam kitabnya di atas.
Sebenarnya penisbatan terhadap Sayyid Al Khu’iy bahwa Bilal bin Rabah majhul di sisinya juga layak dikritisi. Dalam kitab Mu’jam Rijal Al Hadits 4/270-272 no 1894 biografi Bilal bin Rabah tidak ada kata-kata sharih [tegas] bahwa Bilal majhul. Al Khu’iy menyebutkan bahwa ia maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] , ikut perang Badar sebagaimana yang disebutkan Syaikh Ath Thuusiy. Kemudian menukil riwayat Al Kasyiy, riwayat Ath Thuusiy dalam Tahdzib Al Ahkam di atas dan riwayat Ash Shaduq yang memuat pujian terhadap Bilal.
Dan begitu pula dalam Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 92, Muhammad Al Jawahiriy [yang merupakan ringkasan dari kitab Mu’jam Sayyid Al Khu’iy] juga tidak memberikan lafaz majhul sebagaimana yang sering diberikan pada perawi-perawi lain.
بلال مولى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: شهد بدرا، وتوفي بدمشق، كنيته أبو عبد الله، وقيل غيرها، وهو بلال بن رباح، من أصحاب رسول الله (ص)، وردت فيه روايات مادحة – روى في الفقيه، عن رسول الله (ص) – طريق الصدوق، إلى خبر بلال، وثواب المؤذنين، بطوله فيه مجاهيل
Bilal maula Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], ikut perang Badar, wafat di Dimasyiq, kuniyah Abu ‘Abdullah, dan ada yang mengatakan selain itu, ia adalah Bilal bin Rabaah termasuk sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat riwayat-riwayat yang memujinya, diriwayatkan dalam Al Faqih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], jalan Ash Shaduq hingga kabar Bilal pahala orang yang azan dalam riwayat yang panjang, di dalamnya terdapat para perawi majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 92].
Menurut kami pendapat yang rajih mengenai Bilal bin Rabah [radiallahu 'anhu] di sisi mazhab Syi’ah adalah pendapat ulama Syi’ah yang menyatakan ia tsiqat karena telah ternukil dalam riwayat shahih pujian dari Imam ma’shum [di sisi Syi’ah] dan pujian bahwa ia termasuk ahli surga adalah pujian yang sangat cukup menegaskan keadilannya.
Post a Comment