Doa Li Khomsatun: Amalan Doa Li Khamsatun Uthfi biha
Doa Li Khomsatun: Amalan Doa Li Khamsatun Uthfi biha di Minangkabau, Mazhab Syiah ternyata memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan Islam dan kebudayaan di Tanah Air. Doktor Muhammad Zafar Iqbal dalam buku Kafilah Budaya meruntut fakta tentang pengaruh-pengaruh itu.
Persisnya, pengaruh Syiah di Ranah
Minang, dari perayaan tabut hingga berbagai istilah di bidang pelayaran.
Dalam buku Kafilah Budaya, di samping ulama, para pedagang dan mubalig
Iran juga memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan Islam di
Tanah Melayu. Lewat merekalah agama yang diturunkan melalui Nabi
Muhammad SAW ini dikenal di Indonesia.
Untuk diketahui, Kerajaan Islam Perlak di
Sumatra adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Alauddin Said Maulana Abdul Aziz Syah
pada 225 Hijriah atau 840 Masehi. Syahdan, Raja Malaka Sultan Alauddin
Syah mengangkat putranya sebagai penguasa di wilayah Pelabuhan Pariaman.
Sang putra kemudian mengembangkan ajaran Syiah di daerah tersebut.
Dalam buku itu disebutkan juga, bahwa
pasukan Dinasti Fatimiah Mesir adalah yang membawa ajaran Syiah ke
Minangkabau. Di daerah tersebut, mereka berkuasa lebih dari 200 tahun.
Pada masa itu, Minangkabau merupakan Kerajaan Islam Syiah yang sangat
kaya.
Menurut Arkeolog Islam Uka
Tjandrasasmita, Islam yang dibawa oleh orang-orang Persia atau Iran ke
Indonesia sudah berlangsung sejak abad ke-7 Masehi. Namun, masuknya
pedagang-pedagang muslim dari Arab Saudi dan Iran ke daerah bagian Barat
Indonesia melalui Selat Malaka baru terjadi abad ke-7. Bahkan menurut
berita lain kata Uka, massa Bani Umayah pernah mempunyai hubungan dengan
Kerajaan Sriwijaya.
Para pedagang Iran juga memperkenalkan
Islam ke Jawa Tengah. Raden Fatah, raja Islam di Jawa saat itu, dikenal
dengan Syah Alam Akbar. Kenyataan tersebut menjelaskan, bahwa pengaruh
Iran melebihi daripada sebelumnya. Sementara itu, para sultan di Maluku
juga berasal dari keturunan Ahlulbait Rasulullah SAW.
Pengaruh Iran terhadap Indonesia
kebanyakan dalam bidang kebudayaan, kesusastraan, pemikiran, dan
tasawuf. Melalui tasawuf dan kebudayaan Islam, kecintaan tersebut
menyebar ke negeri-negeri Islam lainnya dan karena itulah kebudayaan
Iran pun dikenal.
Mengenai Ahlulbait, orang-orang Iran
memiliki cara khusus untuk mengenang peristiwa pembantaian Imam Husain
Alaihi Salam pada bulan Muharram. Peristiwa yang dikenal sebagai Tragedi
Karbala ini merupakan sebuah pentas kepahlawanan dunia yang telah
mempengaruhi kebudayaan bangsa-bangsa nonmuslim. Meski mayoritas muslim
di Tanah Air bermazhab Syafii, hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecintaan muslim Indonesia kepada Ahlulbait karena pengaruh orang-orang
Iran.
Iran.
Ongan Parlindungan dalam bukunya Tuanku
Rao menulis bahwa orang-orang Syiah dari aliran Qaramitah telah
memerintah di Minangkabau selama 300 tahun. Namun, pemerintahan ini
tumbang akibat adanya gerakan Wahabi. Kelompok ini melakukan perlawanan
yang dikenal Perang Padri pada awal abad ke-19 Masehi.
Dilaporkan, bahwa Kesultanan Pagaruyung
di Minangkabau dikuasai para penganut Syiah Qaramitah. Adapun Kerajaan
yang menguasai seluruh daerah Minangkabau berlangsung antara 1513 sampai
1804 Masehi. Di Kota Ulakan, orang-orang Syiah mendirikan sebuah
perguruan tinggi di bawah binaan Tuanku Laksamana Syah Bandar
Burhanuddin Awal yang datang dari Aceh. Di perguruan tinggi ini, sekitar
1.800 orang pintar Syiah Qaramitah melangsungkan kegiatan
belajar-mengajar.
Menurut Parlindungan, keberadaan mazhab
Syiah semakin kuat di Minangkabau. Ini karena pengaruh pelaksanaan
kegiatan ritual Tabut pada setiap bulan Muharram guna mengenang Imam
Husain Alaihi Salam. Selain itu ada ritual Basafar, yakni ziarah ke
makam Syekh Burhanuddin Ulakan di setiap Rabu terakhir Bulan Shafar. Ini
sebagaimana orang-orang Syiah yang berziarah ke Imam Maula Ali Alaihi
Salam di Nazaf dan ke Karbala guna berziarah ke Imam Husaian Alaihu
Salam. Berkat usaha Syekh Burhanuddin Tuanku Ulakan dan masuknya Sultan
Minangkabau ke dalam Islam pada akhir abad ke-16 masehi, ajaran Islam
dari mazhab Syiah telah tersebar di seluruh Minangkabau.
Menurut Budayawan Minang Wisran Hadi,
mudahnya tersebarnya mazhab Syiah di Minangkabau karena tidak
berbenturan dengan ajaran lainnya, Sunni misalnya. Meski berbeda kata
Wisran, perbedaan tersebut dijadikan bagian dari kehidupan. Apalagi
konsep perbedaan itu dikekalkan hingga kini. “Semuanya jalan sampai
sekarang,” kata Wisran.
Pengaruh Syiah juga terlihat pada ritual
pembacaan doa untuk terhindar dari musibah atau tolak bala yang disebut
dengan jampi Mantra dan pada tradisi pembacaan doa ratib. Masyarakat
Melayu, misalnya, agar terhindar dari wabah penyakit membaca doa:
li khamsatun uthfi biha harral waba-i al-khatimah al-musthafa, wa al-murthada, wa ibnahuma, wa al-fatimah.
Artinya: Aku mempunyai Lima pegangan,
yang dengannya kupadamkan penyakit-penyakit, yaitu Nabi (al-musthafa)
yang terpilih, Ali (al-murtadha) yang diridhoi dan kedua anak mereka,
al-Hasan, al-Husain dan Fatimah.
Alhamdullilah, semoga kita semua pencinta dan pengikut setia Rasulullah dan Ahlul Bait nya senantiasa mendapatkan berkah dan manfaat serta karunia perlindungan Allah SWT dengan mengamalkan Doa Li khomsatun. Amin.
ReplyDelete