Rumah Khadijah Kubra, Hauzah Ilmiah Islam Pertama
Kebersamaannya dengan Rasulullah saw dan
bantuan-bantuan yang diberikan oleh keluarganya kepada muslimin yang
diboikot di Syi’b Abu Thalib menyebabkan seluruh muslimin itu merasa
tegar dan kokoh. Kebersamaan dan pengorbanan ini telah menjadikannya
sebagai wanita Muhajir yang menjadi teladan bagi seluruh semesta alam.
Siapa tidak kenal wanita ini? Dia adalah Khadijah Kubra seorang wanita bersahaja dan memiliki pikiran yang dalam. Di samping sebagai seorang wanita salihah yang penuh dengan ketakwaan, melalui kecerdasan yang dimiliki, ia mampu menjalankan roda ekonomi perniagaan yang setiap orang ingin melakukan kerja sama dengannya.
Siapa tidak kenal wanita ini? Dia adalah Khadijah Kubra seorang wanita bersahaja dan memiliki pikiran yang dalam. Di samping sebagai seorang wanita salihah yang penuh dengan ketakwaan, melalui kecerdasan yang dimiliki, ia mampu menjalankan roda ekonomi perniagaan yang setiap orang ingin melakukan kerja sama dengannya.
Allah telah menjadikan wanita ini
sebagai figur bagi seluruh kaum wanita dunia. Ia adalah seorang kaya
raya yang telah berjihad di jalan Allah dengan seluruh harta dan jiwa
yang dimiliki. Rasulullah saw selama masih hidup senantiasa mengingatnya
dengan sangat baik. Beliau pernah bersabda, “Islam di samping daya
tarik yang dimiliki berdiri tegak lantaran keberanian dan pedang
keadilan Ali dan harta benda Khadijah.”
Satu-satunya Rumah yang Berpenghuni Muslim
Sejarah hauzah ilmiah berjalan serentang
sejarah Islam. Hauzah ilmiah pertama adalah rumah Khadijah yang hanya
memiliki dua murid: dia sendiri dan Imam Ali as. Juga hanya ada satu
guru. Dan ia tidak lain adalah Rasulullah saw sendiri.
Amirul Mukminin as pernah berkata,
“Ketika itu, tak satu pun rumah memeluk Islam kecuali Rasulullah dan
Khadijah, dan saya adalah orang ketiga.”
Rasulullah saw senantiasa menyebut
Khadijah dengan baik dan selalu mengirimkan salam untuknya. Beliau
bersabda, “Khadijah bergabung denganku ketika seluruh masyarakat
menjauhiku. Ia tidak pernah meninggalkanku sendirian di jalan Islam dan
senantiasa mendukungku. Semoga Allah mengampuninya. Ia adalah seorang
wanita yang penuh berkah, dan aku memiliki enam anak darinya.” (Bihar
al-Anwar, jld. 16, hlm.12)
Bukti Kecintaan Khadijah kepada Allah
Kesucian diri, pernikahan spiritual, keimanan, hijrah, dan kesabaran adalah enam tanda keistimewaan Khadijah as.
Kesucian diri Sayidah Khadijah pada masa
itu menyebabkan dirinya menjadi figur dan memperoleh julukan thahirah
(wanita yang suci). Sekalipun harta melimpah yang dimiliki dan banyak
bangsawan berdatangan untuk meminangnya, tetapi ia tetap memilih
kesucian diri dan hati yang penuh cinta kepada Allah.
Sayidah Khadijah memilih Rasulullah saw
sebagai suami lantaran ia kenal perangai dan akhlak beliau. Masalah
materi sama sekali tidak masuk dalam nominasi pernikahan ini.
Keimanan kalbu dan amal salih telah menjadikan Khadijah wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah saw.
Keimanan kalbu dan amal salih telah menjadikan Khadijah wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah saw.
Khadijah Telah Disiapkan untuk Mendidik Sayidah Zahra
Kebahagiaan dan kesengsaraan setiap
insan telah ditetapkan ketika ia masih berada di dalam rahim ibunya.
Tetapi, ia tidak berarti bahwa segala sesuatu telah terpatri sehingga
tidak bisa dirubah lagi. Ibadah, doa, dan amal salih ibu sangat
mempengaruhi ruh dan jisim seorang bayi.
Untuk itu, ketika kita menelaah sejarah
dan biografi para nabi dan manusia-manusia suci, kita akan memahami
bahwa mereka lahir dari ayah dan ibu yang suci. Seluruh amal dan
perilaku seorang ibu pada masa hamil adalah asupan makanan yang
diberikan kepada bayi.
Rahim Sayidah Khadijah adalah rahim yang
suci, karena rahim ini harus menjadi tempat bagi sebuah sperma yang
suci sehingga terlahirlah seorang sosok seperti Sayidah Fatimah Zahra
as.
Wanita yang Senantiasa Meluruhkan Kesedihan Rasulullah
Rasulullah saw senantiasa mengingat
istri beliau ini dengan sabda, “Allahlah saksiku. Khadijah adalah wanita
yang merangkulku ketika seluruh masyarakat menjauhiku. Ketika seluruh
masyarakat lari dariku, ia selalu menyayangiku. Ketika seluruh
masyarakat membohongkan ajakanku, ia malah beriman kepadaku dan
membenarkanku. Ia selalu membantuku dalam setiap problem hidup. Ia
senantiasa membantuku dengan hartanya dan mengikis habis kesedihan dari
hatiku.”
Di Manakah Ibuku?
Imam Shadiq as berkata, “Fatimah Zahra
masih kecil ketika Khadijah meninggal dunia. Ia menemui ayahnya seraya
bertanya, ‘Di manakah ibuku?’ Rasulullah saw hanya bisa berdiam. Tak
lama kemudian, Jibril turun seraya berfirman, ‘Allah mengirimkan salah
kepadamu. Katakanlah kepada Zahra bahwa ibunya sekarang berada di surga
dalam sebuah istana emas yang berpilar yaqut merah. Di sekelilingnya ada
Asiyah dan Maryam.”
Berkah untuk Khadijah dan Penghibur bagi Rasulullah
Dalam kitab al-Khasha’ish al-Fathimiyah
disebutkan, ketika Khadijah meninggal dunia, para malaikat membawakan
kafan khusus dari sisi Allah untuknya. Hal ini adalah berkah bagi
Khadijah dan penghibur lara bagi Rasulullah saw.
Rasulullah saw mengkafani Khadijah
dengan kafan tersebut dan lantas membawanya ke pekuburan guna dimakamkan
di sisi ibunda beliau, Siti Aminah. Sebelum memasukkannya ke liang
lahat, Rasulullah turun ke dalam kubur dan tidur sejenak. Setelah
keluar, beliau menguburkan Khadijah di situ.
Post a Comment