Tafsir Surat Al-Ashr (Bag 2)
Ya, hidup manusia memang diliputi oleh bermacam kerugian. Tapi, apakah semua manusia akan rugi?
Allah melanjutkan firman-Nya,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ -٣
(Al-Ashr 3)
Manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang memiliki 4 syarat. Beriman, beramal shaleh, saling menasehatkan kebenaran dan saling menasehatkan kesabara.
Orang-orang yang beriman (الَّذِينَ آمَنُوا)
Syarat pertama untuk terbebas dari kerugian adalah Iman. Kenapa Iman menjadi syarat pertama?
Karena iman adalah pondasi kehidupan manusia. Apabila iman kita telah kokoh, maka ia akan mendorong kita untuk berbuat baik.
Iman bagaikan cahaya yang terang. Ketika ia tertanam dalam hati, ia akan menerangi seluruh anggota badan. Lisan akan berkata baik, mata akan memancarkan cahaya dan seluruh anggota tubuh kita akan menjauhkan kita dari kerugian.
Iman yang kuat bagai lampu yang amat terang di sebuah kamar. Selain menerangi kamar, cahaya lampu akan keluar menerobos jendela dan lubang-lubang kamar itu. Begitulah cahaya iman pada hati manusia yang akan memancar melalui perbuatan baiknya.
Perbuatan manusia tidak akan berarti tanpa keyakinan yang benar, karena perbuatan dihitung sesuai kadar keimanannya.
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ -١٠-
(Fathir 10)
Yang dimaksud perkataan baik dalam ayat ini adalah keimanan yang akan naik kepada Allah sementara amal shaleh yang akan mengangkatnya.
Dan mengerjakan kebajikan (وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ)
Syarat kedua adalah berbuat kebaikan. Sebenarnya, berbuat kebaikan telah menjadi satu paket dengan keimanan. Namun Allah sebutkan kembali karena iman adalah cahaya dan perbuatan baik yang akan memancarkannya.
Perbuatan baik bukan hanya berupa ritual seperti solat dan puasa. Perbuatan sekecil apapun yang didasari karena Allah, berada di jalan-Nya dan diridhoi oleh-Nya maka perbuatan itu termasuk Amal Shaleh.
Perbuatan kecil seperti memindahkan batu ditengah jalan agar tidak ada yang celaka sampai perbuatan besar seperti menegakkan keadilan di bumi ini adalah amal shaleh yang memiliki pahala di sisi Allah. Sungguh sempit pemikiran seorang muslim yang berkata bahwa Islam hanyalah urusan ibadah ritual saja.
الصَّالِحَاتِ
Allah menggunakan kata As-Solihaat dengan bentuk jama’. Mengapa? Karena Allah tidak ingin melihat hambanya sesekali melakukan perbuatan baik lalu jarang melakukannya lagi.
Allah menggunakan kata Jama’ agar jangan ada lagi yang sesekali beramal kemudian merasa sudah selamat dari kerugian. Orang yang selamat dari kerugian adalah ia yang selalu beramal shaleh tanpa merasa cukup.
Iman dan amal shaleh saja tidak cukup untuk melepaskan diri dari kerugian. Kita hidup bermasyarakat. Tidak layak bagi seorang muslim untuk menyelamatkan diri sendirian tanpa ingin mengajak yang lain. Karena itu, untuk mewujudkan Iman dan Amal Shaleh di masyarakat, kita perlu untuk menyebarkan dan memahamkan kepada mereka.
Saling menasihati untuk kebenaran (وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ)
Oleh karenanya, setelah Allah menyebutkan iman dan amal shaleh, Dia melanjutkan firman-Nya untuk saling mewasiatkan kebenaran. Makna Tawasau Bil Haq tidak hanya memberi nasihat dari satu arah. Kita dituntut untuk menyebarkan kebenaran dan disaat yang sama harus menerima nasihat dari orang lain. Kita hendak menegur saudara yang salah dan harus siap ditegur jika berbuat salah. Tiada wasiat yang lebih indah dari ajakan untuk hidup dalam kebenaran.
Kata kebenaran (Al-Haq) disini bersifat mutlak. Segala sesuatu yang datang dari Allah dan semua yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah Al-Haq.
وَبِالْحَقِّ أَنزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ -١٠٥-
(Al-Isra’ 105)
Saling mewasiatkan kebenaran bisa berupa amar ma’ruf nahi munkar, mengajari orang yang tidak tau atau menyadarkan orang yang lalai. Sekali lagi, kita tidak layak untuk egois dan berkata “yang penting saya selamat”. Untuk selamat dari kerugian, kita juga harus bersama-sama menyelamatkan diri dan berusaha menyelamatkan masyarakat dengan Iman dan Amal shaleh.
Imam Ali bin Abi tholib pernah berkata,
“Kebenaran itu berat tapi akibatnya indah. Dan kebatilan itu ringan tapi akibatnya adalah kesengsaraan.”
Menyampaikan kebenaran bukan hal yang mudah. Mengajak kepada kebenaran juga bukan hal yang ringan. Lihatlah para nabi, mereka dengan tulus mengajak pada kebenaran namun dituduh orang gila ataupun penyihir. Ada yang dicaci, dilempari bahkan dibunuh.
Saling menasihati untuk kesabaran (وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)
Karena itu, syarat terakhir dalam ayat ini adalah saling menasehatkan tentang kesabaran.
Karena hidup penuh dengan kesulitan dan rintangan, seorang tidak akan mampu melewatinya tanpa senjata kesabaran. Ingatkah kita ketika Luqman Al-Hakim berpesan kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ -١٧-
(Luqman 10)
Setelah pesan untuk beribadah dan ber-amar ma’ruf, Luqman mengakhirinya dengan pesan penting “Dan Bersabarlah!”
Allah bersumpah bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali yang memiliki 4 hal. Iman, Amal shaleh, saling menasehatkan kebenaran dan saling mewasiatkan kesabaran. Selain yang memilikinya pasti akan rugi.
Ketika kita berziarah ke makam, sebenarnya jenazah yang ada didalam kuburan itu ingin berpesan kepada kita. Mereka ingin berkata “Manfaatkanlah waktumu, sungguh solat dua rokaat lebih berharga dari semua yang kau miliki jika telah berpindah ke alam ini.”
Ada beberapa tipe manusia yang mengalami kerugian yang besar menurut Al-Qur’an.
1.Orang yang Berkiblat pada Setan
وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيّاً مِّن دُونِ اللّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَاناً مُّبِيناً -١١٩-
(An-Nisa’ 119)
2. Orang yang beribadah tapi disertai kelemahan dan keraguan.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ -١١-
(Al-hajj 11)
3. Orang yang memutus silaturahmi.
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ -٢٧-
(Al-Baqarah 27)
4. Orang yang telah dikuasai setan.
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ -١٩-
(Al-Mujadalah 19)
5. Orang yang merasa aman dari ancaman Allah swt.
أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ -٩٩-
(Al-A’raf 99)
6. Orang yang Menghabiskan umurnya hanya untuk anak dan hartanya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ -٩-
(Al-Munafiqun 9)
7. Orang yang Mengikuti seruan kebatilan
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ -٥٢-
(Al-Ankabut 52)
8. Orang yang ringan timbangan kebaikannya di akhirat.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَـئِكَ الَّذِينَ خَسِرُواْ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُواْ بِآيَاتِنَا يِظْلِمُونَ -٩-
(Al-A’raf 9)
9. Orang yang tidak mendapat ampunan dan rahmat Allah
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ -٢٣-
(Al-A’raf 23)
10. Orang yang Merasa telah berbuat baik tapi malah menjauhkannya dari Allah.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً -١٠٣- الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً -١٠٤-
(Al-kahf 103-104)
11. Orang yang dirinya rugi beserta keluarganya.
فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُم مِّن دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ -١٥-
(Az-Zumar 15)
Allah swt telah memberikan kita modal waktu untuk kita bertransaksi, gunakan waktu kita sebaik-baiknya dan raihlah 4 bekal diatas agar kita tidak termasuk orang yang merugi. Semoga Allah meridhoi kita dan selalu memberi rahmat serta ampunan-Nya. Agar kelak kita tidak menjadi orang yang menjerit,
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ -٩٩- لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ -١٠٠-
(Al-Mu’minun 99-100)
Post a Comment